Penghentian Kekerasan Kemanusiaan

Loading

Independensi.com – Kunjungan bersejarah seorang pemimpin tahta suci umat Katolik se-dunia ke Jazirah Arab yang dilakukan Paus Fransiscus ke Dubai, Uni Emirat Arab minggu lalu sangat monumental, bukan karena pertama kali seorang pemimpin umat Katolik Roma ke negara Arab, tetapi lebih kepada penyelamatan umat manusia dari bahaya perang.

Paus Fransiskus juga tidah hanya sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan tetapi pada kesempatan kunjungan itu, lebih menonjol sebagai Kepala Gereja dan umat Katolik yang tersebar di seluruh negara di dunia.

Kehadiran Sri Paus dimaknai seluruh dunia dari sekedar Kunjungan Kenegaraan, sebab sambutan tidak hanya dari Presiden UEA, Khalifah bin Zayid Al Nahyan dan Perdana Menteri Mohammad Rashid Al Maktoum sangat mengagumkan, iring-iringan kendaraan rombongan Sri Paus disambut dengan pasukan berkuda sebanyak 13 orang dengan pesawat tempur di udara, serta dentuman meriam sebanyak 21 kali.

Bukan karena masyarakat dunia tidak menghormati keagungan dan kebesaran hari Pemerintah Uni Emirat Arab yang menerima kunjungan Sri Paus serta hasil-hasil timbal balik untuk kepentingan ke dua negara UEA dan Vatikan, tetapi di saat yang tepat Paus dan Imam Mesjid al-Azhar menadatangani Dokumen Persaudaraan Manusia, di tengah-tengah kunjungan itu. Seluruh dunia terpana pada penerimaan sang Imam yang telihat begitu akrab berpelukan dengan Sri Paus seolah mereka berdua sudah sahabat lama, tanpa rasa sungkan dan enggan.

Di kala dunia dilanda ketidakpastian dan saling curiga dan melayukan, kedua pemimpin spitual dunia itu menunjukkan bahwa mereka sebagai representasi umat manusia jaman ini adalah sesama saudara yang saling mengasihi, saling asah dan saling asuh, dan sakit yang satu adalah juga sakit yang satu lain juga.

Sikap sepenanggungan sebagai sesama saudara itu tercermin dari Isi Dokumen Persaudaraan Manusia yang ditandatangani oleh Sheikh Ahmad al-Tayeb, Grand Syekh Al Azhar, Kairo, Mesir dan Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi umat Katolik se-dunia menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia di Abu Dhabi.

Sebagaimana diberitakan seluruh media internasional, bahwa yang menjadi bagian penting dari kunjungan bersejarah Paus Fransiskus ke Uni Emirat Arab tersebut ada 12 butir penting dari Dokumen Persaudaraan Manusia tersebut yaitu:
1. Keyakinan bahwa ajaran asli agama-agama mendorong manusia untuk hidup bersama dengan damai, menghargai kemanusiaan, dan menghidupkan kembali kebijaksanaan, keadilan, dan cinta kasih.
2. Kebebasan adalah hak setiap orang. Pluralisme dan keberagaman agama adalah kehendak dan karunia Allah.
3. Keadilan yang berlandaskan kasih adalah jalan untuk hidup yang bermartabat.
4. Budaya toleransi, penerimaan terhadap kelompok lain, dan kehidupan bersama dengan damai akan membantu mengatasi pelbagai masalah ekonomi, sosial, politik dan lingkungan.
5. Dialog antar agama berarti bersama-sama mencari keutamaan moral tertinggi dan menghindari perdebatan tiada arti.
6. Perlindungan terhadap tempat ibadah adalah tugas yang diemban oleh agama, nilai kemanusiaan, hukum, dan perjanjian internasional. Setiap serangan terhadap tempat ibadah adalah pelanggaran terhadap ajaran agama dan hukum internasional.
7. Terorisme adalah tindakan tercela dan mengancam kemanusiaan. Terorisme bukan diakibatkan oleh agama, melainkan kesalahan interpretasi terhadap ajaran agama dan kebijakan yang mengakibatkan kelaparan, kemiskinan, ketidakadilan, dan penindasan. Stop dukungan pada terorisme secara finansial, penjualan senjata, dan justifikasi. Terorisme adalah tindakan terkutuk.
8. Kewarganegaraan adalah wujud kesamaan hak dan kewajiban. Penggunaan kata “minoritas” harus ditolak karena bersifat diskriminatif, menimbulkan rasa terisolasi dan inferior bagi kelompok tertentu.
9. Hubungan baik antara negara-negara Barat dan Timur harus dipertahankan. Dunia Barat dapat menemukan obat atas kekeringan spiritual akibat materialisme dari dunia Timur. Sebaliknya, dunia Timur dapat menemukan bantuan untuk bebas dari kelemahan, konflik, kemunduran pengetahuan, teknik, dan kebudayaan dari dunia Barat.
10. Hak kaum wanita untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan berpolitik harus diakui. Segala bentuk eksploitasi seksual dengan alasan apapun harus dihentikan.
11. Hak-hak mendasar bagi anak-anak untuk tumbuh dalam lingkungan keluarga yang baik, mendapat gizi yang memadai, pendidikan, dan dukungan adalah kewajiban bagi keluarga dan masyarakat. Semua bentuk pelecehan pada martabat dan hak anak-anak harus dilawan dan dihentikan.
12. Perlindungan terhadap hak orang lanjut usia, mereka yang lemah, penyandang disabilitas, dan mereka yang tertindas adalah kewajiban agama dan sosial, maka harus dijamin dan dibela.

Kedua pemimpin itu telah menunjukkan jalan setiap umat manusia bertanggungjawab untuk memberikan jaminan bagi hidup dan kehidupan setiap umat manusia, tanpa terkecuali dan isi Dokumen itu juga tidak perlu tafsir, tinggal melaksanakan.

Apapun alasannya, semua harus menghentikan kekerasan kemanusiaan, jangan lagi menebar permusuhan harus memulai perdamaian di atas bumi ini, terorisme, radikalisme dan kebencian adalah musuh kemanusiaan. Kita beruntung karena Prof Dr H Mohammad Quraish Shihab, MA tokoh agama dari Indonesia juga hadir dalam kunjungan Sri Paus tersebut, secara moral kita juga bertanggungjawab menerapkan isi Dokumen Persaudaraan Manusia tersebut. (Bch)