Ketua DPR RI Bambang Soesatyo usai melantik kader dan saksi Tempat Pemungutan Suara (TPS) Tim Pemenangan Bambang Soesatyo di salah satu dari tiga di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (24/2/2014)

Bamsoet: Pemilih Perempuan di Pemilu 2019 Tidak Bisa Disepelekan

Loading

Jakarta (Independensi.com)
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Bambang Soesatyo mengakui keberadaan pemilih perempuan tak bisa disepelekan dalam Pemilu 2019. Dari 192 juta warga yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap sebanyak 96 juta diantaranya adalah perempuan.
Dia pun mengajak kaum perempuan ikut serta aktif berpartisipasi di Pemilu 2019 dengan memberikan hak pilihnya agar masa depan demokrasi terjaga dengan baik. Selain itu
kehadiran perempuan akan membuat pemimpin maupun pemangku kebijakan senantiasa waspada dalam menjalankan amanah yang diberikan.
“Sebab jika mereka salah langkah, ada kaum perempuan yang siap menghadangnya,” kata Bambang usai melantik ribuan kader dan saksi Tempat Pemungutan Suara (TPS) Tim Pemenangan Bambang Soesatyo di tiga kecamatan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (24/2/19).
Politisi Partai Golkar ini menyadari dengan besarnya potensi pemilih perempuan maka para caleg diminta mengedepankan program-program yang pro dan menyentuh hati kaum perempuan.
Misalnya, tutur dia, program ekonomi kerakyatan, tersedianya akses pendidikan serta terjaminnya kesehatan. Ketiga hal inilah yang bisa menarik perempuan memberikan hak pilihnya di Pemilu 2019.
“Partai Golkar selalu mendukung program-program kerakyatan Presiden Joko Widodo yang langsung dirasakan manfaatnya oleh kaum perempuan. Seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Program Keluarga Harapan (PKH), serta Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT),” tutur Bamsoet demikian biasa dia disapa.
Dia mencontohkan di Amerika Serikat sebagai salah satu negara kiblat demokrasi, hak pilih perempuan baru diberikan saat ulangtahun kemerdekaan Amerika ke-144 tahun di tahun 1920. Sedangkan di Indonesia, hak perempuan untuk dipilih dan memilih sudah diberikan sejak usia 10 tahun kemerdekaan, yaitu di Pemilu 1955.
“Hak untuk dipilih dan memilih ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh perempuan. Dengan jumlah pemilih yang sangat besar, perempuan bisa merubah bandul politik ke arah yang lebih baik atau bahkan sebaliknya. Karena itu, pilihlah kandidat Caleg yang mumpuni, sesuai penilaian nurani,” tandas Bamsoet.
Dia pun berharap perempuan jangan menjadi Golongan Putih . “Daya sensitifitas tinggi yang dimiliki perempuan sangat dibutuhkan untuk memilih para pemimpin pada Pileg dan Pilpres 2019,” kata Bamsoet. (M Juhriyadi)