JAKARTA (Independensi.com) – Ajang basket profesional IBL Pertamax 2019 menghadirkan laga klasik di babak final antara Stapac Jakarta melawan Satria Muda (SM) Pertamina dalam laga IBL Final 2019. Duel “El Classico” ini akan memainkan format tanding Home and Away (Away, Home, Home) dan the best of three. Laga awal akan dimainkan di Britama Arena yang merupakan kandang SM, Kamis (21/3/2019). Sedangkan untuk dua laga Home, Stapac memilih GOR C’tra Arena Bandung untuk dijadikan lokasi tanding pada 23-24 Maret mendatang.
“Rivalitas Stapac dan Satria Muda adalah yang paling menarik. Diharapkan kedua tim bisa tampil maksimal, mengingat skor pertemuan yang imbang 5-5 untuk keduanya,” ujar Direktur IBL Hasan Gozali saat jumpa pers di Jakarta, Selasa (19/3/2019). Hasan mengakui, kualitas pertandingan semakin membaik menyusul hadirnya pebasket asing serta performa pemain lokal yang maksimal.
Hasan mengatakan, dipilihnya GOR C’tra Arena Bandung karena fasilitas lapangan di Jakarta yang tidak mumpuni menyelenggarakan laga final, apalagi untuk menggelar laga klasik Stapac melawan Satria Muda. Menyoal perjalanan gelaran IBL Pertamax musim ini, Hasan akan segera melakukan evaluasi menyeluruh seusai laga final digelar.
Ketua Umum PP Perbasi, Danny Kosasih menyambut baik gelaran ini yang bisa dilakukan di Jakarta dan Bandung. Selain itu, dirinya berharap dari ajang IBL akan bermunculan pebasket-pebasket andalan yang menjadi tulang punggung timnas basket Indonesia.
“Laga di Jakarta dan Bandung sangat bagus buat penonton di daerah sekaligus menjadi sarana pemassalan olahraga basket. Diharapkan pula hasil dari laga IBL bisa menjadi tulang punggung timnas basket ke depan,” kata Danny.
Manajer Stapac Jakarta, Irawan Haryono mengatakan, SM adalah tim tangguh yang bermaterikan pebasket-pebasket andal serta dilatih pelatih terbaik. Kendati demikian, pria ramah yang akrab disapa Kim Hong ini meminta kepada para asuhannya bermain tanpa beban dan tetap persiapkan diri secara maksimal. “SM punya materi bagus, banyak pebasket kawakan yang punya pengalaman juara, seperti Arki (Dikania Wisnu). Tapi saya optimistis dengan anak-anak. Kami sudah empat tahun ridak merasakan final. Kami akui bukan sebagai tim unggulan di musim ini, semoga bisa sukses bila dapat izin dari yang atas,” ujarnya.
Lebih jauh Kim Hong mengatakan, menjadikan GOR C’tra Arena Bandung sebagai kandang mereka, fasilitas lapangan untuk menggelar laga final sangat mendukung. Selain lapangan bertanding yang cukup bagus, kapasitas penonton pun bisa terakomodir dengan baik. “Kami belajar dari laga sebelumnya dimana penonton tidak kebagian tiket karena kapasitas gedung tidak besar,” imbuh Kim Hong.