Terobosan Komunikasi Jokowi – Sultan Segera Wujudkan Jalan Tol Hingga Yogya

Loading

YOGYAKARTA (IndependensI.com) – Jalan Tol Trans Jawa terbukti nyata membantu para pemudik menempuh perjalanan dari Ibu Kota hingga Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. Jarak tempuh dari Jakarta ke Surabaya yang biasanya dicapai dalam 20 jam bisa diringkas jadi separuhnya.

Begitu pula untuk tujuan yang lebih pendek, misalnya ke Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Solo dan Klaten. Semua tujuan itu terhubung dengan pintu keluar tol terkuat di dekat destinasi mudik masing-masing.

Tapi, tak sedikit dari para pemudik masih menyimpan rasa kecewa. Pasalnya, ada ribuan pemudik tujuan utamanya mengarah ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Sayangnya, jalan tolnya hanya sampai Jawa Tengah.

Gerbang tol terdekat dari Yogya ada di Boyolali, Colomadu, ataupun Kartasura, untuk menuju ke arah ‘Kota Gudeg’ dari Klaten, Prambanan masuk ke Yogyakarta. Bisa juga pemudik keluar di Tol Bawen, Semarang, untuk menuju ke arah Magelang, masuk Yogya dari sisi utara.

Sudah banyak yang rindu, kapan jalan tol bisa tembus sampai ke Yogyakarta, sehingga perjalanan ke gerbang kampung halaman bisa lancar, mulus, tanpa hambatan dan tak terhenti sampai Solo saja.

“Jalan Tol Yogya Solo sudah mendesak dibangun karena jalan arteri yang ada sudah tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang melintas. Dari Prambanan arah ke Yogya dan sebaliknya lebih sering macet terutama hari libur. Demikian juga dari Delanggu, Klaten, maupun Kartasura,” kata Liestianingsih Dwi Dayanti, staf pengajar Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Airlangga yang punya ritual mudik ke Baciro, Yogyakarta setiap Idulfitri.

Bu Lies, demikian sapaan akrab doktor Ilmu Komunikasi lulusan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada itu, menguraikan, adanya jalan tol pasti mengurai kemacaten yang kini terjadi.

“Bayangkan saja, jarak dari Solo ke Yogyakarta yang 63 km harus ditempuh 3 hingga 4 jam jika long weekend. Sementara jarak dari Solo ke Surabaya yang mencapai 250 km bisa ditempuh hanya 3 jam lewat tol. Jelas sekali, jalan tol memangkas biaya dan waktu,” paparnya.

Karena itu, lampu hijau yang disampaikan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyepakati pembangunan jalan tol Yogyakarta-Solo guna mendukung pengembangan kawasan Yogyakarta, Solo, dan Semarang menjadi sebuah berita amat menggembirakan.

“Kami sudah ada kesepakatan dalam pengembangan kawasan Joglosemar (Jogja, Solo, dan Semarang), jadi untuk Jogja-Solo akan ada jalan tol,” kata Sultan di sela acara Silaturahmi dan Syawalan Gubernur DI Yogyakarta di Pendopo Parasamya Kabupaten Bantul, Senin, 25 Juni 2018.

Hanya saja, Sultan memberikan catatan keberatan jika proyek tol mengharuskan pembebasan tanah di sekitar Prambanan. “Karena terlalu banyak situs di Prambanan yang belum diidentifikasi, jadi risikonya sangat berat untuk mengizinkan pembebasan tanah melewati Prambanan,” katanya.

Oleh sebab itu, lanjut Sultan, pilihan yang diambil yang sudah disepakati dengan pemerintah pusat adalah di atas Jalan Jogja-Solo tersebut mulai dari timur Prambanan akan ada jembatan untuk tol sampai di atas ring road utara.

“Jadi akan ada jalan bertingkat, dan itu mungkin lebih murah dari pada pembebasan lahan dan tidak melewati Prambanan karena banyak situs,” ujarnya.

Sultan mengemukakan, dari Semarang akan dibangun jalan tol dari Bawen ke Secang, selanjutnya dari Secang ke wilayah Borobudur yang ada di Kabupaten Magelang, dan selanjutnya juga akan ada dari Borobudur ke Yogyakarta.

“Dari Borobudur ke Yogyakarta itu kira-kira lewat di sebelah utara Markas TNI Demak Ijo, Sleman. Tetapi itu elevasi di atas untuk nyambung di Ring Road utara sebelah barat, lewat di atas Selokan Mataram. Itu sudah disepakati untuk jalan tol,” katanya.

Konsep layang bertingkat Jalan Tol Bawen – Yogya – Solo alias elevated yang meminimalkan pembebasan tanah ini dibenarkan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kabupaten Sleman, Kunto Riyad.

“Tol elevated atau melayang tidak terlalu makan lahan. Dampaknya cuma konstruksi saja,” katanya. Diteranhkan, untuk tol Bawen – Yogya di wilayah Sleman melewati Kecamatan Mlati, kemudian Seyegan, Moyudan, dan Tempel. Sedangkan Yogja – Solo, melalui jalur di Kecamatan Depok, Kalasan, dan Prambanan.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan proses pembangunan jalan tol Jogja – Solo dimulai tahun ini. Lampu hijau dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mempercepat proses ini.

“Paling lambat, akhir tahun ini lah sudah bisa dimulai pembangunan tol Jogja-Solo,” jelas Direktur Jenderal Bina Marga Kemen PUPR Sugiyartanto menyebut hasil pertemuan dengan HB X di Kepatihan, baru-baru ini.

Sementara itu, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Danang Parikesit mengatakan, untuk Yogyakarta – Bawen, saat ini masih dalam proses penetapan trase dengan masing-masing gubernur. Setelah trase ditetapkan barulah dilakukan penetapan lokasi oleh pemerintah daerah (pemda).

Kedua jalan tol yakni Yogyakarta – Solo sepanjang 40,49 kmdan Bawen-Semarang-Yogyakarta sepanjang 41 km.

“Keinginan Pak Menteri PUPR tendernya tahun ini. Pelaksanaan pembangunan 2,5 tahun, 1 tahun untuk pengadaan tanah dan 1-1,5 tahun untuk pembangunan,” paparnya.

Pembangunan Tol Yogyakarta-Bawen diperkirakan memakan biaya investasi Rp 12,3 triliun. Sedangkan Tol Yogyakarta-Solo diperkirakan menelan biaya investasi sebesar Rp 16,01 triliun.

Buah Komunikasi Jokowi – Sultan

Yang juga tak bisa dipandang remeh, sinyal dibangunnya Jalan Tol Yogyakarta tak lepas dari komunikasi positif selama ini terbangun antara Presiden Jokowi dan Sri Sultan HB X.

Selain pernah bertahun baru di Yogyakarta, pada Lebaran kemarin, Jokowi datang ke Gedung Agung, tinggal selama tiga hari dua malam di Istana Yogya itu dan menyapa warga sekitar Malioboro. Tak lupa, Jokowi pun bersilaturahmi dengan Sultan dan keluarganya.

Jokowi sebagai presiden maupun sebagai pribadi datang bersilaturahmi ke keluarga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Jokowi dan Iriana kembali membawa cucu pertamanya diterima langsung Sri Sultan Hamengkubuwono beserta istrinya GKR Hemas.

Dalam pertemuan 30 menit di Keraton Yogyakarta itu, tuan rumah menyambut ‘full team’. Selain Sultan dan Gusti Hemas, tampak pula putri, mantu, dan cucu Sri Sultan Hamengkubuwono X, yaitu GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, GKR Bendara, KPH Wironegoro, KPH Purbadiningrat, KPH Notonegoro, RM Marrel, RM Drastya, dan RAj Irdina.

Liestianingsih menegaskan, walaupun menjabat gubernur yang secara struktur di bawah presiden, Sultan adalah ‘Raja Yogya’ yang memiliki pengaruh kuat bagi masyarakat Yogyakarta.

“Sultan diletakkan pada posisi penguasa tertinggi di Yogya. Sebutan ‘sampeyan ndalem’, ‘sinuwun’ untuk Sri Sultan menunjukkan bahwa Sri Sultan memiliki kharisma, wibawa dan menjadi panutan yang sangat dihormati masyarkat Yogya,” katanya.

Karena itu, tambah Bu Lies, kedatangan Presiden Jokowi ke ‘Raja Yogya’ menjadi hal penting untuk berkomunikasi dengan masyarakat Yogya.

“Jokowi dianggap mampu memposisikan diri sebagai pejabat yang andhap asor, tak merasa lebih tinggi dari Sultan. Simbol-simbol yang disampaikan Sri Sultan dengan menyambut Jokowi menghadirkan anggota keluarga Sultan menunjukkan Sultan menerima hangat, penuh kekeluargaan, dan keakraban,” jelasnya.

Jadi, mari kita nikmati buah sikap pemimpin yang rendah hati dengan terus berkembangnya pembangunan demi kesejahteraan dan kemaslahatan seluruh rakyat, termasuk segera terwujudnya jalan tol di Yogya.