Butet Kertaradjasa. (Antara)

Butet: Dia Penyelamat Hidup Saya

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Akhir pekan lalu wartawan senior sekaligus penulis kenamaan, Paulus Arswendo Atmowiloto atau Arswendo Atmowiloto yang akrab disapa Sarwendo, meninggal dunia. Seperti dikutip dari Antara, Sarwendo wafat pada usia 70 tahun di kediamannya, Jalan Damai, Kompleks Kompas, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta, Jumat (19/7/2019). Sebagaimana nama jalan rumahnya, Arswendo berpulang dengan damai setelah berjuang melawan kanker kandung kemih yang membuatnya sempat dirawat beberapa kali di rumah sakit.

Budayawan Butet Kertaradjasa mengingat sosok penulis skenario Keluarga Cemara Arswendo Atmowiloto sebagai orang yang telah berjasa sebagai penyelamat hidupnya. “Dia penyelamat hidup (saya). Ya kalau nggak dikasih makan sama Pak Wendo (Arswendo) jadi wartawan, yah gak hidup,” ujar Butet kepada Antara beberapa waktu lalu. Pria asal Yogyakarta itu menyebut Arswendo banyak membuka peluang kepadanya untuk bekerja dalam bidang jurnalistik hingga seni peran.

Mendiang Arswendo, menurut Butet, merupakan figur panutan yang penuh canda tawa dan kebahagiaan. “Pokoknya kalau ketemu Pak Wendo itu hanya bercanda. Jadi, hari ini surga full canda karena naik ke surga tidak harus tegang,” ujar Butet. “Naik surga juga bisa berkelakar dan Pak Wendo membukakan jalan untuk kelakar di surga,” katanya.

Bukan hanya terkenal akan canda dan kelakar, mantan wartawan yang tutup usia 70 tahun itu juga dikenal sebagai pribadi yang jujur dan suka menolong. “Bebas dan jujur mengatakan sesuatu, menolong banyak orang lain, menyelamatkan kehidupan orang lain, berperan untuk manusia dan kemanusiaan, itulah Pak Wendo,” kata Butet.

Bagi sebagian pelayat, khususnya para sineas, komedian, dan para pekerja seni yang datang ke rumah duka, momen bersama Arswendo membekas di ingatan karena ia banyak dikenal sebagai sosok penuh humor dan selalu mendatangkan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitar. “Siapa yang gak kenal dengan Wendo yang mulutnya ceplas-ceplos itu? Tapi di balik mulutnya itu, tergambar suatu kedekatan emosional di antara kita,” kata Slamet Rahardjo, aktor senior, saat ditemui usai melayat di rumah duka.

Slamet mengatakan ia jadi salah satu saksi bahwa Arswendo orang baik. “Semua wartawan muda atau yang baru pasti tahu betul. Arswendo itu tak bisa dipisahkan dari jasanya. Kepada keluarga ia meninggalkan Keluarga Cemara, kepada wartawan, dia menunjukkan jurnalis adalah orang yang bebas,” ujar Slamet dengan suara bergetar.

Tak hanya Slamet, pasangan pendiri Teater Koma, Nano Riantiarno dan Ratna Riantiarno pun mengenang Arswendo sebagai sosok penuh guyon. Saat ditemui usai melayat, Ratna mengatakan orang-orang yang mengenal Arswendo akan melihat ia menjalani hidup seperti tanpa beban. “Dia senang bercanda. Dalam keadaan seserius apapun, dia bercanda. Dia itu seperti tak ada beban,” ujar Ratna.

Pria kelahiran Surakarta, 26 November 1948 itu, meninggal dunia dalam usia 70 tahun, karena sakit yang dideritanya, yakni kanker prostat (kandung kemih). Sebelumnya, selama beberapa waktu Arswendo juga mendapatkan perawatan di rumah sakit.