Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, saat membuka Temu Lapang Pakan Mandiri Provinsi Jawa Timur, di Probolinggo, Kamis (29/8). Humas Budidaya KKP

Gerakan Pakan Ikan Mandiri Makin Dirasakan Manfaatnya Bagi Pembudidaya

Loading

PROBOLINGGO (Independensi.com) – Pakan mandiri semakin jadi harapan pembudidaya ikan skala kecil hingga menengah di Kab. Probolinggo. Sebagaimana diketahui pakan menjadi penyusun biaya produksi terbesar yakni hingga 70%. Penggunaan pakan mandiri terbukti mampu menekan biaya produksi minimal 30%, sehingga nilai tambah keuntungan pembudidaya naik. Disisi lain, kualitas produk pakan mandiri juga mampu bersaing dengan pakan pabrikan.

“Harga pakan mandiri dipastikan terjangkau dengan kuantitas dan kualitas yang kompetitif dengan pakan pabrikan. Selain itu, kita pastikan produk pakan dibuat melalui penerapan prinsip-prinsip cara pembuatan pakan yang baik sehingga produk akan selalu dipercaya masyarakat sehingga akan semakin berkembang di tengah-tengah pembudidaya ikan di Indonesia”, ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, saat membuka Temu Lapang Pakan Mandiri Provinsi Jawa Timur, di Probolinggo, Kamis (29/8).

Menurutnya, suplai pakan yang terjangkau sesuai kebutuhan pembudidaya ikan menjadi sangat penting, oleh karena itu KKP terus mendorong pembudidaya mengusahakan pakan secara mandiri. Kalau pakan ikan murah kemudian kualitasnya bagus, maka pembudidaya semakin berdaya dan ekonomi mereka semakin meningkat pula.

Ia memamparkan pakan ikan berkualitas yang baik memiliki kriteria diantaranya dapat dicerna dengan baik oleh ikan, sehingga rasio pemanfaatan pakan atau FCR-nya bisa rendah hingga dibawah 1 (satu). Kemudian, pakan harus ramah lingkungan artinya tidak merusak lingkungan karena pakan mampu diserap oleh ikan sehingga hasil metabolisme rendah.

“Selain itu, perlu diperhatikan bahwa pakan yang diproduksi memiliki kadar fospor rendah, karena jika kandungan fospor terlalu tinggi akan meningkatkan kesuburan perairan yang akhirnya terjadi blooming alga yang sangat berbahaya bagi ikan budidaya”, paparnya.

Kemudian ujar Slamet, kedepannya pendampingan dari berbagai pihak juga menjadi kuncinya, bagaimana nanti pembudidaya ikan disosialisasikan cara memproduksi pakan mandiri. “KKP yakin dengan komitmen semua pihak, kemandirian pakan pasti dapat tercapai, dengan demikian permasalahan pakan yang mendera pembudidaya dapat terselesaikan”, tuturnya.

Saat ini melalui UPT Ditjen Perikanan Budidaya terus melakukan pendampingan bagi kelompok penerima bantuan program gerakan pakan ikan diantaranya melalui pembelajaran cara pembuatan pakan yang baik mulai dari pengolahan bahan baku, memformulasikan pakan, pembuatan pakan hingga cara pengemasan dan penyimpanan pakan.

Selain itu, KKP juga akan membantu mempermudah registrasi peredaran pakan ikan. Lalu, untuk keberterimaan produk diterima ditengah-tengah masyarakat, penerapan prinsip Cara Pembuatan Pakan Ikan yang Baik (CPPIB) juga diterapkan.

“Kita juga akan pastikan pakan mandiri ini mampu berdaya saing dengan kualitas pakan pabrikan. Jika pakan mandiri akan mampu terserfitikasi IndoGAP, maka tidak menutup kemungkinan kita bisa ekspor pakan ke luar negeri yang kualitas tidak kalah dengan pakan komersial”, sebutnya.

Tambah Slamet, kedepan KKP akan mendorong terbentuknya kelompok-kelompok khusus pembuat pakan ikan mandiri untuk mempercepat penggunaan pakan mandiri secara nasional. “Nanti akan ada kelompok pakan ikan mandiri tugasnya memproduksi pakan mandiri mulai dari tahap pengadonan, pencetakan, pengeringan hingga pengemasan, sedangkan untuk penyedia dan penyiapan bahan baku dan membuat formulasi pakan akan dilakukan kelompok formulasi pakan”, Ia optimis.

Sedangkan kendala ketersediaan bahan baku pakan, KKP mendorong penggunaan alternatif bahan baku berbasis lokal, artinya bahan baku ini tidak bersaing dengan peruntukan industri lain, misalnya untuk peternakan maupun makanan manusia, tersedia sepanjang tahun serta kandungan gizinya yang baik. “Sumberdaya lokal yang bisa berlaku universal atau bisa didapat di semua daerah masih sangat potensial sehingga terus kita kembangkan,” ujar Slamet.

“Dulu kita berhasil kembangkan maggot sebagai bahan baku lokal pengganti tepung ikan, karena kandungan proteinnya yang cukup tinggi dan tersedia sepanjang tahun, saat ini kita coba kembangkan potensi biji karet sebagai salah satu bahan lokal yang nantinya bisa dicampurkan dalam formulasi pakan”, jelasnya.

Salah kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) yang berhasil mengembangan bahan baku lokal untuk memproduksi pakan mandiri yaitu pokdakan Berkah Siongan Desa Banjarsari Kabupaten Probolinggo.

Saat dimintai keterangannya, Ketua pokdakan Berkah Siongan, Wahyudiono menyebutkan pokdakan-nya mampu memproduksi pakan ikan air tawar sebanyak 5 – 6 ton per bulan untuk mencukupi kebutuhan pakan bagi pembudidaya ikan di Kecamatan Sumberasih Probolinggo dan sekitarnya dengan 100% mengandalkan bahan baku lokal yang ada seperti ikan rucah, dedak padi, bungkil kopra, ampas kecap dan tepung biskuit.

“Dengan pakan mandiri berbasis bahan baku lokal ini, margin pembudidaya naik 50%, dulu keuntungan per kg nya hanya Rp. 4 ribu sekarang jadi Rp. 6 ribu”, tutur Wahyudiono.

Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi yang turut hadir menyampaikan bahwa pembuatan pakan secara mandiri oleh para pokdakan sangat penting, sehingga mengurangi ketergantungan dari pakan pabrikan yang harganya semakin hari semakin mahal.

“Sudah saatnya Kabupaten Probolinggo mengandakan pakan mandiri, karena potensi budidaya nya cukup besar yang terdiri dari budidaya keramba jaring apung (KJA) laut, budidaya tambak hingga budidaya air tawar. Kami tidak mau kalau ikan air tawar seperti lele, nila dan patin harus “impor” dari luar daerah, padahal potensi budidaya tawarnya cukup besar”, tambah Dedy.

Kegiatan temu lapang ini juga dihadiri oleh para kelompok pembudidaya ikan dari 11 kab/kota se-Jawa Timur meliputi Kabupaten Probolinggo, Sumenep, Banyuwangi, Pasuruan, Mojokerto, Jombang, Tuban, Gresik, Tulungagung, Pacitan dan Ponorogo.