(Oleh: Ansor Mu’min)
JAKARTA (Independensi.com) – Menurut analisa Prof. Dr. AM. Hendropriono, Pilpres 2019 adalah pertarungan antara Pancasila versus Khilafah. Sehingga, perhelatan 5 tahunan kali ini terasa berbeda dari hajat-hajat 5 tahunan sebelumnya. Kali ini, Pilpres sangat kentara nuansa perang ideologi. Di sisi petahana, upaya untuk mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan nilai luhur dalam kehidupan berbangsa dijadikan semangat untuk menghidupkan energi para pendukung sebagai perjuangan ideologis. Salah satu entitas pendukung utama adalah dari ormas Nahdhatul Ulama.
Dalam konteks mobilisasi suara dan klaim ideologis, Pak Jokowi memiliki keunggulan ketimbang Prabowo di Pilpres 2019, karena Pak Jokowi didukung dan digerakkan oleh para pendekar dari Nahdhatul Ulama. Mereka inilah yang bergerak, baik secara terbuka maupun klandestine (kapal selam), membendung radikalisme yang banyak bercokol di kubu penantang. Sebab, mobilisasi dukungan dari kubu penantang banyak mengkapitalisasi kekuatan keagamaan yang dirawat sejak helat pilpres sebelumnya, Pilkada DKI, lalu momen besar Aksi 212 dan 411.
Ada sejumlah nama yang signifikan dalam kerja-kerja ini. Di Tim Kerja Relawan (TKN) Jokowi-Kiai Ma’ruf Amin ada sosok enerjik dan pekerja keras, ideolog dan petempur seperti Kang Maman Imanul Haq yang ditugaskan sebagai Direktur Relawan TKN. Ia bergerak dari kota ke desa, desa ke kota, mengonsolidir dan menginspirasi para relawan dan pendukung Jokowi untuk tak pernah takut dan gentar meski berada dalam kepungan lawan. Ada pula Hanif Dhakiri, anak muda yang menjadi Menteri Ketenagakerjaan di kabinet Jokowi-JK.
Dari kalangan profesional ada Harvick Husnul Qalbi Bendahara PBNU. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Perekonomian Nahdhatul Ulama (LPNU), mengurus berbagai perusahaan nasional dan internasional, malang melintang di dunia korporasi. Ada Dr. Imam Anshari Saleh sosok profesional di bidang hukum, dan Dr. Irnanda Laksanawan yang pengalaman bekerja di Kementerian BUMN.
Dari tokoh senior, ada KH. Yahya Chalil Staquf yang terkenal punya jejaring internasional yang paten. Bersama Pengurus GP Ansor, kemarin ia memimpin delegasi Indonesia untuk berjumpa dengan Paus Fransiskus di Vatikan.
Di tengah situasi bangsa pasca pilpres yang masih tak kunjung reda dari isu radikalisme dan berbagai perlawanan, nama-nama di atas adalah para pendekar NU yang setia bergerak di garis perjuangan pancasila dan NKRI. Mereka bekerja atas komitmen kebangsaan yang mereka yakini sebagai NKRI Harga Mati, dan mengejawantah dalam kerja kerja ideologis di bidang ekonomi, politik, sosial, dan hukum. Dengan kerja kerja ini lah perjalanan bangsa ke depan bisa lolos dari berbagai batu sandungan seperti ancaman disintegrasi, radikalisme, dan sebagainya.
#JOKOWI2PRIODE