Mentan Syahrul dalam pertemuan dengan para eksportir di Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Pasar Minggu, Senin (2/12). Humas Kementan

Arahan Mentan Syahrul untuk Dorong Ekspor dangan Penguatan Cluster

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memerintahkan semua jajaran di Kementerian Pertanian (Kementan) untuk membangun dan mengembangkan potensi pertanian di seluruh indonesia dengan sistem cluster. Menurut Syahrul, sistem ini dinilai mampu menambah daya gedor ekspor yang jauh lebih besar.

“Hari ini saya perintahkan kepada Sekjen dan jajaran di Kementan untuk memperkuat sistem cluster di 34 propinsi. Kita punya potensi ubi kayu dan tanaman obat obatan, jadi harus didukung data yang lebih kuat. Untuk itu kita juga harus melakukan koneksi dan mixing aturan program,” kata Syahrul dalam pertemuan dengan para eksportir di Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Pasar Minggu, Senin (2/12).

Mentan Syahrul menegaskan, pemerintah juga membuka lebar masukan dan saran dari para eksportir yang berkaitan dengan penguatan sistem cluster ini. Dengan begitu, percepatan dan penguatan ekspor pertanian yang diharapakan bisa terlaksana dengan baik.

“Jadi apa yang bisa saya bantu dan apa yang bapak lakukan. Kalau kita kompak dan kita tahu mau kemana arahnya, maka endingnya juga akan jelas. Saya berharap kita tidak lagi bertemu dalam bentuk formal, tetapi kita bertemu di lapangan,” katanya

Menurut Syahrul, eksportir sebagai pionir ekspor sangat dibutuhkan dalam mewujudkan kebangkitan pertanian. Peran mereka juga diharapkan bisa membawa produk pertanian mendunia dan diterima di pasar internasional.

“Jika tidak mampu melakukan koneksi maka itu adalah kegagalan. Yang paling penting bagi kita adalah negara dan rakyat. Toh Negara sebesar Tiongkok saja butuh kita. Sekarang saatnya kita masuk dalam upaya-upaya nyata,” katanya.

Ditambahkan Syahrul, Indonesia merupakan negara besar yang memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa, yang bisa dioptimalkan dengan baik melalui kemampuan bertani secara modern dan berbasis teknologi.

“Di luar negeri butuh jahe merah. Kita bisa mengekspor denga koneksi. Atau saya memiliki koneksi tetapi saya tidak punya lahan. Jadi saya kira semua harus selaras dan mau bergerak bersama. Petani dan eksportir juga harus berjalan seimbang,” tukasnya.