Posko Siaga Monitoring Waspada Wabah Coronavirus.di Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta

WHO Bilang Virus Corona Emergency, Bandara Soekarno Hatta Aktifkan Posko Siaga

Loading

JAKARTA (Independensi.com) Badan kesehatan dunia WHO sudah menyatakan bahwa kasus Corona ini sebagai International Public Health Emergency.

Mengantisipasi potensi penyebaran virus masuk ke Indonesia, bandara internasional Soekarno-Hatta mengaktifkan Posko Siaga Monitoring Waspada Wabah Coronavirus.

Posko yang terletak di kawasan Terminal 1 ini merupakan pusat komando dan koordinasi terkait pencegahan penyebaran virus Corona di Pintu Utama Indonesia yakni Soekarno-Hatta.

Sementara itu upaya pencegahan utama tetap dilakukan di terminal penumpang pesawat melalui pemantauan dengan thermal scanner dan surveillance syndrome.

Adapun personil yang bertugas di posko adalah unsur dari Komite Nasional Fasilitasi (FAL) yang terdiri dari stakeholder di Soekarno-Hatta antara lain PT Angkasa Pura II selaku operator bandara dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Karantina Hewan dan Tumbuhan Bandara, Karantina Ikan, Imigrasi, Bea dan Cukai, dan sebagainya,

Posko dilengkapi dengan berbagai peralatan medis, monitor CCTV yang memantau seluruh terminal penumpang, serta sistem teknologi terkini guna mempercepat respons dalam menanggulangi atau mencegah penyebaran virus Corona.

President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan berbagai upaya akan dilakukan untuk meminimalisir potensi penyebaran virus Corona ke Indonesia.

“Upaya pencegahan di terminal penumpang melalui thermal scanner dan surveillance syndrome ditambah dengan diaktifkannya Posko Siaga ini maka kami berharap potensi penyebaran virus Corona di Indonesia semakin kecil. Berbagai upaya akan dilakukan PT Angkasa Pura II untuk melakukan pencegahan di Bandara Soekarno-Hatta.”

PT Angkasa Pura II juga telah menyiapkan rencana kontingensi sesuai dengan PM 61 Tahun 2015 tentang Fasilitasi (FAL) Udara, jika diketahui ada pesawat yang tiba dengan penumpang terjangkit virus Corona.

Skenario dari rencana kontingensi itu antara lain pesawat akan diberikan tempat pendaratan dan ditempatkan ke dalam daerah isolasi atau karantina, sesudah kapten penerbang melaporkan ada penumpang yang diduga terjangkit.

Pejabat karantina kesehatan kemudian akan memberikan persetujuan karantina kesehatan setelah dilakukan pemeriksaan dokumen karantina kesehatan, pemeriksaan faktor risiko kesehatan masyarakat dan pemeriksaan kesehatan terhadap orang.

“Untuk tempat karantina pesawat yang terduga membawa penumpang terjangkit kami siapkan di area remote yang terletak cukup jauh dari terminal penumpang pesawat. Pesawat itu sendiri nantinya akan dilakukan sterilisasi,” jelas Muhammad Awaluddin.

Lebih lanjut, Muhammad Awaluddin mengatakan sebelum virus Corona ini hanya ada 4 kasus yang dinyatakan sebagai International Public Health Emergency yaitu H1N1 Flu Pandemic (2009), Ebola outbreak di Afrika Barat (2014), Polio outbreak (2014), dan virus Zika serta Ebola outbreak di Kongo (2016).

Berdasarkan laporan, penyebaran virus Corona dimulai di Wuhan, China, di mana jumlah penderitanya terus bertambah. Pada 27 Januari 2019 jumlah penderita di China sebanyak 5.974 orang, lalu naik menjadi 6.973 orang (28 Januari), kemudian 9.239 orang (29 Januari), lalu 12.167 orang (30 Januari), dan 15.238 orang hingga pagi tadi (31 Januari).

Muhammad Awaluddin mengatakan PT Angkasa Pura II juga mengintesifkan koordinasi dengan regulator dan kementerian terkait perihal pencegahan virus Corona ini.

Di sisi lain, PT Angkasa Pura II secara berkelanjutan melakukan koordinasi internal.
Ada 3 langkah yang kami lakukan sebagai upaya pencegahan. Pertama, berkoordinasi dengan instansi berwenang yaitu Kantor Kesehatan Pelabuhan dengan diwujudkan melalui pemasangan thermal scanner dan sebagainya.

Kedua, rutin berkoordinasi dengan kementerian terkait mengenai perkembangan terkini dan secara global.”
Ketiga, memperhatikan peralatan dan perlengkapan personil di terminal penumpang pesawat sebagai yang paling terdepan bersentuhan dengan penumpang pesawat.

Kami berharap upaya pencegahan ini efektif. Tidak menutup kemungkinan ke depannya akan dilakukan cara pencegahan yang lain sesuai dengan perkembangan yang ada,” ungkap Muhammad Awaluddin. (hpr)