Anton Charliyan. (Ist)

Mantan Perwira Polisi Ini Berencana Bangun Museum Galunggung

Loading

TASIMALAYA (Independensi.com) – Budayawan dan tokoh masyarakat Sunda, yang juga mantan perwira tinggi kepolisian RI, Anton Charliyan berencana membuat Museum Galunggung yang berhubungan dengan sejarah Tatar Sunda dan Tasikmalaya.

Anton menyatakan itu didasari sejarah awal berdirinya kota dan Kabupaten Tasikmalaya, kerajaan Galuh serta Sunda sejalan dengan sejarah Galunggung dari zaman Kabataraan Resi Sempak Waja pada abad- VI.

“Kemudian beralih ke zaman Kerajaan Galunggung Ratu Batari Hyang Tahun 1111, lalu kerajaan Sukakerta Prabu Sri Gading Anteg Putra Prabu Surawisesa abad ke XVI. Di zaman Sultan Agung Mataram tahun 1632 M menjadi Ke Adipatian Soekapoera, dan  di zaman VOC tahun 1677  menjadi Kabupaten Sukapura,” papar Anton.

Selanjutnya, tambah Anton, menjadi Kabupaten Tasikmalaya sejak Bupati Wiratanuningrat memerintah tahun 1913.

“Sebuah perjalanan  sejarah Tasikmalaya yang cukup panjang,yang semua berawal dari Galunggung. Apalagi posisi Galunggung ini di dalam catatan sejarah Sunda secara umum mendapat tempat yang sangat penting,” ujar Anton dilansir dari gesuriid.

Anton menjelaskan, menurut salah satu Naskah Lontar Kuno Amanat Galunggung yang ditulis raja Sunda Galuh Prabu Darmasiksa (1175), Galunggung merupakan suatu wilayah Kabuyutan atau tempat suci yang harus tetap dijaga keutuhan dan kelestarianya.

Dan yang terpenting, lanjut Anton, jangan sampai Galunggung dikuasai bangsa lain. Jika tidak bisa menjaga Tanah Air maka Putra Sunda derajatnya akan lebih hina dari bangkai yang ada ditempat sampah.

“Adapun menurut Naskah Lontar kuno yang lain yakni fragmen Carita Parahyangan posisi Galunggung tersebut selain sebagai tempat yang sakral di Tatar Sunda, juga dikenal sebagai TARAJUNYA JAWADWIPA atau Pasak Penyeimbang Jawadwipa,” ungkap Anton.

Sehingga, lanjut Anton, Galunggung mempunyai posisi penting dan strategis bukan hanya di Tatar Sunda, tapi juga untuk seluruh Jawadwipa.

Dengan demikian, tentu saja perlu ada catatan-catatan, dokumen-dokumen, barang-barang,  artefak-artefak dan sebagainya yang harus disimpan dan dikumpulkan sebagai pelajaran bagi generasi penerus di masa kini maupun masa  datang.

Untuk itu, Anton yang juga pernah menjadi Kapolda Jabar ini memohon dukungan nyata  dari semua pihak, baik Pemerintah Daerah, DPR dan DPRD, BUMN/BUMD,  swasta dan seluruh kalangan masyarakat yang cinta dan peduli terhadap sejarah dan budaya, untuk turut berkontribusi dalam pembangunan museum ini.

“Karena sekarang ini semua berjalan atas usaha swadaya atau pribadi sendiri, seadanya dan semampunya. Namun bila ada uluran tangan dan gotong royong dari semua pihak tentu akan jadi Ringan,” ujar Anton.

“Dan salah satu yang sudah ikut peduli adalah bapak Yod Mintarega, bapak Sekda Kabupaten Tasikmalaya , Bapak Kadisbudpar Kabupaten Tasikmalaya serta dari keluarga besar Sukapura. Yang penting bukan hanya sebuah wacana dan cerita tapi betul-betul realita yang nyata, ” tambah Anton.