JAKARTA (Independensi.com) – Pelukis senior Profesor Kanjeng Pangeran Srihadi Soedarsono Adhikoesoemo, MA, tidak lama lagi akan segera menggelar pameran tunggal terbarunya di Galeri Nasional Indonesia pada 11 Maret sampai 9 April 2020. Pria berusia 88 tahun ini menggelar Pameran Lukisan sekaligus Peluncuran Buku lewat tema “Srihadi Soedarsono – Man X Universe”. Dalam pameran ini nantinya akan dipamerkan 44 lukisan karya Srihadi dan sebanyak 38 lukisan merupakan karya baru dan sisanya koleksi pribadi.
Pria kelahiran 1931 di kota Solo, Jawa Tengah tersebut menyampaikan bahwa rencana pameran tunggal sebenarnya digelar pada usianya menginjak 88 tahun. Tapi baru terwujud tatkala usianya sudah melewati beberapa bulan dari rencana awalnya.
“Saya sangat bersyukur pada Yang Maha Kuasa akhirnya pameran ini dapat dilangsungkan,” ungkap Srihadi dihadapan awak media pada saat Media Gathering Pameran Tunggal dan Peluncuran Buku Srihadi Soedarsono – Man X Universe di Jakarta, Rabu (11/3/2020).
Pameran tunggal ini menginterpretasikan keindahan landscape Indonesia sebagai semangat spiritual atas rasa kemerdekaan dan kebanggaan berbangsa. Karya-karya lansekap yang digoreskan Srihadi tak sekadar lukisan pemandangan yang menghipnotis orang lain untuk datang berkunjung.
“Universe itu catatan tentang ingatan-ingatan, layaknya seseorang yang mengingat memorinya sebelum menulis. Catatan-catatan itu berubah menjadi sebuah karya seni. Sementara sketsa mirip seperti membuat catatan. Sehingga apa pun saya kembangkan sampai kemudian mengikuti perjalanan perkembangan usia. Jadi itu kaitannya karya dengan kematangan usia itu jalan bersama-sama,” ungkap Srihadi.
Sebelumnya, Rikrik Kusmara yang menjadi Kurator Pameran mengungkapkan bahwa lansekap dalam perspektif Srihadi adalah tema yang lebih dalam dari sekadar lukisan pemandangan yang menghipnotis orang lain untuk datang berkunjung.
“Sejumlah karya menunjukkan gejolak simbolik yang ditunjukkan untuk lansekap alam. Ini merupakan respon Srihadi terhadap bangsa dengan cara artistiknya sebagai ruang jeda,” ujar Rikrik.
Rikrik juga membagi 44 karya Srihadi ke dalam empat bagian yakni permasalahan sosial politik, dinamis, manusia dan alam, serta kontemplasi. Ia juga menambahkan bahwa proses artistik tersebut tak lepas dari kondisi sosial politik Indonesia yang tensinya naik sepanjang 2016-2019.
“Hampir tiga tahun ini, Srihadi menghasilkan 38 karya baru, tetapi ada sesuatu di balik karya itu,” imbuh Rikrik. Karya-karya tersebut antara lain Horizon – The Golden Harvest (2018), Borobudur Drawing (1948), Borobudur – The Energy of Nature (2017), The Mystical Borobudur (2019), dan Jakarta Megapolitan – Patung Pembebasan Banjir (2020).
“Skesta-sketsa Borobudur sengaja dihadirkan sebagai bagian kontemplasi dari kekaryaan Srihadi. Kami juga memajang sketsa yang berasal dari tahun 1948 saat Srihadi masih berusia 17 tahun,” katanya.
Lewat sketsa Borobudur inilah, Srihadi yang sudah memiliki intuisi dan ketertarikan terhadap nilai-nilai alam, manusia, dan budaya. Sketsa ini jugalah yang menjadi cikal bakal Srihadi membuat lukisan-lukisan landscape di kemudian hari.