JAKARTA (Independensi.com) – Pengamat Intelijen dan Pertahanan Universitas Indonesia, Dr Connie Rahakundini Bakrie (55 tahun), mengingatkan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, untuk memikirkan alternatif memberlakukan Status Darurat Militer, mengantisipasi meluasnya penyebaran Corona Virus Disease-19 (Covid-19).
Hal itu dikemukakan Connie pada Senin, 23 Maret 2020. Status Darurat Militer, ujar Connie, tindaklanjut dari Penanganan Darurat Covid-19 sejak 29 Februari 2020 – 29 Mei 2020.
Menurut Connie, bicara masalah Covid-19, mesti bicara dalam konteks penanganan lebih luas dan terintegratif. Di antaranya bicara masalah pengoptimalkan peran Tentara Nasional Indonesia. Karena bicara Covid-19, realitanya adalah virus pemusnah massal.
Senjata biologi dalam dunia militer disebut Weapon of Mass Desctruciton (WMD) atau senjata pemusnah massal. Penanggulangan Covid-19 sebagai pemusnah massal, harus meliibatkan TNI dan Kementerian Pertahanan.
Daya serang WMD sangat mengerikan, karena lebih dari 100 negara di seluruh dunia dewasa ini, menderita akibat penularan Covid-19, sehingga menelan ratusan ribu nyawa manusia tidak berdosa.
Peran CBRN-E
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, kata Connie, mesti memperhatikan 3 hal penting. Pertama, technology. Kedua, integrasi Kementerian-kementerian dan langkah-langkah Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, terkait CBRN-E.
“Peran tugas dan kesiapan yang harus terbangun oleh Tentara Nasional Indoensia (TNI) jika Darurat Militer dilakukan sebagai pilihan, mengingat tingkat kematian di Indonesia, terkait Covid -19, menjadi tertinggi kedua setelah Italia,” ungkap Connie.
CBRN-E singkatan dari Chemical, Biological, Radiologycal, Nuclear and Explosives, atau Kimia, Biologi, Nuklir dan Bahan Peledak. Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia, mesti mengoptimalkan peran Desk CBRN-E di dalam menghadapi WMD yang tidak mungkin bisa dihindari sebagai Covid-19 yang sekarang tengah mewabah di banyak negara.
Desk CBRN-E Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, yaitu tim kerja yang secara khusus menghadapi ancaman serangan senjata Kimia, Biologi, Nuklir dan Bahan Peledak, melalui strategi kerja efektif, responsive dan berkelanjutan.
Connie, peneliti kelahiran Bandung, Provinsi Jawa Barat, 3 Nopember 1964, ini, dan tercatat pula sebagai staf Pengajar Universitas Pertahanan Jakarta, serta Presiden Indonesia Institute for Maritime Studies, dimintai tanggapan sehubungan beredarnya rekaman video, tentang Covid-19.
Rekaman video beredar berdurasi 7 menit, mengutip materi paparan Connie di Bentara Budaya Kompas, Jakarta, Selasa, 10 Maret 2020, dan youtube channel Astronacci Internasional.
Disebutkan, mengutip Astronacci International, Covid-19 merupakan senjata biologi ciptaan Amerika Serikat (AS) dan Israel, dalam rangka memenangkan Perang Dagang dengan China, di samping memporak-porandakan Iran.
China dan Iran, sasaran utama dan terparah penyebaran Covid-19. Covid-19 menyebar ke banyak negara di daratan Eropa, Asia, dan Amerika. Iran, satu-satunya negara di dunia dicatat pejabat negaranya paling banyak terpapar Covid-19.
Dari 290 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Iran, sebanyak 20 orang atau 8 persen dinyatakan terpapar Covid-19.
Economy Big Star
Mengutip youtube channel Astronacci Internasional, rekaman video yang beredar, menuding, Covid-19, ulah Illuminati sebuah kumpulan orang-orang dari berbagai profesi di seluruh dunia. Illuminati bertujuan membentuk Economy Big Star, menghentikan keperkasaan China di bidang kekuatan ekonomi dan militer.
Economy Big Star, mengendalikan World Bank dan International Monetary Fund (IMF). Dampak Covid-19, banyak negara menghentikan dana pembangunan, untuk dialihkan mengobati warganya yang tertular.
Setelah sebuah negara dinyatakan terbebas dari Covid-19, World Bank dan IMF melalui teori Illuminati, memberikan pinjaman untuk pemulihan ekonomi yang porak-poranda, melalui bunga pinjaman yang mencekik leher, karena tidak ada jalan lain.
Padahal baik World Bank maupun IMF, pendananya adalah pengusaha berkantong tebal di dalam teori Illuminati, setelah berhasil membentuk Economy Big Star.
Corona virus syndrome pernapasan akut berat 2 atau SARS-CoV-2, atau (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2) adalah salah satu anggota corona virus mengakibatkan infeksi pernapasan Covid-19. Virus ini pertama kali diidentifikasi di Kota Wuhan, China dan menyebabkan wabah Covid-19.
Virus corona dikenal sebagai corona virus Wuhan dan virus pneumonia pasar makanan laut di Wuhan (Wuhan seafood market pneumonia virus).
Genom virus ini telah diurutkan. Perbandingan urutan genetik antara virus ini dan sampel virus lain, menunjukkan tingkat kesamaan dengan SARS-CoV sebesar 79,5% dan dengan koronavirus kelelawar 96%. Beberapa teori menyimpulkan bahwa virus ini berasal dari kelelawar.
Menurut Connie, ada laporan penelitian pasar Chemical, Biological, Radiological, and Nuclear (CBRN) defense, periode 2017 – 2023.
Disebutkan, pasar pertahanan CBRN global oleh tujuan (deteksi, perlindungan, dekontaminasi dan simulasi & pelatihan), dengan aplikasi (militer dan penegakan hukum sipil), dan oleh geografi (Amerika Utara, Eropa, Asia Pasifik, Timur Tengah & Afrika, dan Amerika Selatan) – peramalan sampai 2023, kimia, biologis, radiologis, dan nuklir, atau Chemical, Biological, Radiological, and Nuclear (CBRN) keamanan – diharapkan untuk tumbuh sekitar 5%.
Ketakuan global menyebar karena corona virus, di antaranya, meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemahaman tentang masalah keselamatan lingkungan, akan membantu untuk mengatasi ketakutan yang tidak berdasar dan kesalah-pahaman, serta untuk membangkitkan kepercayaan.masyarakat melalui kondisi tanggap dan kesiapsiagaan.
Kemudian, ancaman baru dari bio weapons sebagai senjata pemusnah massal, terus muncul sebagai akibat dari kemudahan akses informasi dan ketersediaan teknologi serta kapasitas produksi untuk digunakan dalam terorisme dan kejahatan terorganisir.
Hal ini diperlukan aksi rancang tanggap bersifat preventif dan protektif melalui inovasi technologi, protokol (sipil) serta doktrin (militer) dalam frame kerjasama nasional, regional dan internasional melalui prosedur konsultasi, monitoring, verifikasi dan pencegahan.
Corona, mencakup 4 jenis virus corona yang ditemukan dalam riset Institut Pertanian Bogor (IPB) – Jepang Researcher, 2012 – 2016. Data per 10 Maret 2020, sebanyak 113.582 penduduk bumi terjangkit, 3.411 orang meninggal dunia, dan 62.512 disembuhkan.
Amerika Serikat dan Israel
Keberadaan Covid-19, menurut Connie, tidak boleh mengabaikan pengakuan mantan perwira intelijen militer dari Central Inteligence Agency (CIA) Amerika Serikat (AS), Philip Giraldi.
Philip Giraldi mengeluarkan pernyataan kontroversi, tentang mewabahnya Covid-19 dalam sebuah artikel diterbitkan Strategic Culture Foundation, Kamis, 5 Maret 2020.
Philip Geraldi menyebutkan, virus mematikan itu, tidak terjadi karena proses alami melalui mutasi genetika, tapi memang sengaja diproduksi di sebuah laboratorium.
Untuk menjelaskan mengapa corona virus, telah menyerang satu negara khususnya selain cina dengan sangat parah. Negara itu adalah Iran, musuh kedua Amerika Serikat (AS).
“Beberapa laporan memberi kesan bahwa ada komponen virus yang terkait dengan Human Immunodeficiensi Virus (HIV) yang tidak mungkin terjadi secara alami. Jika benar bahwa virus telah dikembangkan atau bahkan diproduksi untuk dipersenjatai, itu akan lebih jauh menunjukkan bahwa pelariannya dari Institut Virologi Wuhan dan masuk ke populasi hewan dan manusia bisa saja tidak disengaja. Teknisi yang bekerja di lingkungan seperti itu sadar bahwa ‘kebocoran’ dari laboratorium sering terjadi,” tulis Philip Giraldi.
Argumentasi Philip Giraldi, tentu belum terbukti sahih. Pemerintah China sendiri pernah menolak teori yang menyebut virus corona baru, sengaja diproduksi sebagai senjata biologis. Tentu saja dan tak terhindarkan, ada teori lain.
Ada beberapa spekulasi bahwa karena Pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald John Trump, terus-menerus mengangkat meningkatnya daya saing global China.
China diklaim sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional Amerika Serikat dan dominasi ekonomi. Mungkin saja Washington telah menciptakan dan melepaskan virus dalam upaya untuk membawa pertumbuhan ekonomi dan militer Beijing mungkin akan jatuh beberapa tingkat.
“Pasti, sulit untuk percaya bahwa bahkan Presiden Amerika Serikat Donald John Trump, akan melakukan sesuatu yang begitu sembrono, tetapi ada preseden untuk jenis perilaku seperti itu,” lanjut Philip Giraldi.
Bukan hanya Amerika Serikat, Philip Giraldi, curiga Israel terlibat dalam proyek produksi virus corona baru atau Corona Virus Disease-19 (Covid-19).
“Pada 2005-2009, Pemerintah Amerika Serikat dan Israel secara diam-diam mengembangkan virus komputer yang disebut Stuxnet, yang dimaksudkan untuk merusak sistem kontrol dan pengoperasian komputer Iran yang digunakan dalam program penelitian nuklir negara itu.
Diakui Stuxnet dimaksudkan untuk merusak komputer, bukan untuk menginfeksi atau membunuh manusia, tetapi kekhawatiran bahwa itu akan menyebar dan pindah untuk menginfeksi komputer di luar Iran terbukti akurat karena menyebar ke ribuan Personal Computer (PC) di luar Iran, di negara-negara sejauh China, Jerman, Kazakhstan, dan Indonesia,” ujar Philip Giraldi.
“Jika seseorang menganggap itu mungkin bahwa Amerika Serikat memiliki andil dalam menciptakan virus corona di sisa-sisa pusat penelitian senjata biologis yang dulunya luas di Ft Detrick Maryland, sangat mungkin bahwa Israel adalah mitra dalam proyek tersebut.”
“Membantu mengembangkan virus juga akan menjelaskan bagaimana para ilmuwan Israel telah dapat mengklaim keberhasilan dalam menciptakan vaksin begitu cepat, mungkin karena virus dan perawatan untuk itu dikembangkan secara bersamaan,” kata Philip Geraldi.
Para ilmuwan Israel mengklaim, sudah dekat dengan pengembangan vaksin untuk virus Corona yang dapat tersedia dalam waktu sekitar 90 hari. Mereka mengatakan telah mengembangkan vaksin yang efektif terhadap avian coronavirus Infectious Bronchitis Virus (IBV), yang akan segera diadaptasi dan dibuat vaksin manusia terhadap Covid-19.
Hal yang sama juga terjadi di Amerika Serikat, sebuah laboratorium militer tengah membuat obat atau vaksin untuk Covid-19. Hal itu dikatakan Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark Milley.
“Laboratorium militer sedang bekerja keras, tidak hanya untuk membuat vaksin, tapi juga hal-hal lainnya,” kata Mark Milley seperti dilansir Reuters, Selasa, 3 Maret 2020.
Pria berusia 61 tahun asal Winchester ini juga mengungkapkan, salah satu laboratoriumnya berada di Fort Detrick, Maryland. “Jadi kita akan lihat bagaimana perkembangannya dalam beberapa bulan ke depan,” lanjut Mark Milley.
Perang kuman
Connie mengatakan, melihat dahsyatnya serangan Covid-19, memang mau tidak mau mengingatkan kita akan perang biologis atau perang kuman.
Perang kuman, menggunakan racun biologis atau agen menular dengan maksud membunuh manusia, hewan atau tanaman terdiri dari organisme hidup yang dapat bereproduksi, seperti jamur, bakteri, atau virus, bahan beracun yang dihasilkan oleh organisme hidup – atau protein fisiologis aktif/peptida
“Bio-Weapons” atau “Bio-Agents “ adalah organisme hidup atau replikasi entitas (virus) yang mereproduksi atau mampu bereplikasi pada korban seringkali sangat sulit untuk diobati karena berkembang biaksangat cepat dibandingkan dengan virus normal atau bakteri dan jamur.
Pertanyaan kemudian, mengapa menggunakan senjata biologis, bukan senjata nuklir?
Jawabannya, lanjut Connie, karena efektif dan murah. Contohnya, 1 (satu) gram botulinus dapat membunuh 10.000.000 (sepuluh juta atau billion) orang. Botulinus adalah keracunan langka yang disebabkan oleh racun dari bakteri clostridium botulinum.
Botulisme dapat berakibat fatal dan memerlukan perawatan medis darurat. Kondisi ini dapat terjadi pada bayi, tersebar dalam makanan, atau napas berbunyi infeksi luka.
Gejalanya termasuk kesulitan menelan atau berbicara, otot wajah lemas, dan kelumpuhan.
Botulisme dianggap 3.000.000 (tiga juta atau tiga bilion) kali lebih kuat daripada senjata kimia terbaik. Biaya untuk efektifitas serangan pada 1 kilometer persegi area $2000 senjata konvensional, $800 senjata nuklir, $600 senjata kimia, $1 senjata biologi.
Paling penting lagi, ungkap Connie, tidak mudah terdeteksi, tidak dapat dideteksi dengan x-ray dan anjing pelacak, serta mudah untuk diangkut ketika manusia terinfeksi maka manusia tersebut dapat berfungsi sebagai perangkat transportasi senjata biologis tersebut.
“Urgensi kesadaran: bio-warfare, karena biologi warfare dapat menghapus seluruh populasi dalam hitungan detik dengan menghasilkan hewan berbahaya dan kerusakan
Tanaman, organisasi teroris, kelompok milisi domestik, lone wolves telah menyatakan niat dan menunjukkan kapasitas pengembangan senjata biologis,” tutur Connie.
Kemajuan dalam ilmu pengetahuan, ungkap Connie, menyebabkan konvergensi biologi dan kimia diikuti kemampuan biologi sintetis telah memperluas jenis dan jumlah potensi senjata biologis, menciptakan senjata biologis sama sekali tidak mahal, sehingga dikenal dengan julukan; “poor man’s nuclear weapon”, atau senjata nuklir orang miskin.
Connie mengatakan, Weapon of Mass Desctruciton (WMD) atau senjata pemunah massal, senjata biologi dapat disebut juga sebagai senjata pemusnah massal atau weapon of mass destruction istilah “senjata pemusnah massal”.
Itu berarti setiap senjata atau perangkat yang dimaksudkan, memiliki kemampuan untuk mengakibatkan kematian atau cedera yang serius bagi sejumlah besar orang melalui pelepasan, penyebaran, atau dampak bahan kimia beracun/racun/organisme penyakit, radiasi serta radio-aktivitas.
Dikatakan Connie, istilah “senjata pemusnah massal” berarti setiap senjata atau perangkat yang dimaksudkan memiliki kemampuan untuk mengakibatkan kematian atau cedera yang serius bagi sejumlah besar orang melalui pelepasan, penyebaran, atau dampak bahan imia beracun/racun/organisme penyakit/radiasi serta radio-aktivitas.
Menurut Connie, Amerka Serikat, secara teori proaktif di dalam memerangi WMD. Pada 21 Desember 2018, Presiden Amerika Serikat, Donald John Trump, menandatangani undang-undang melawan Weapon of Mass Destruciton (WMD) serta sepenuhnya memberikan wewenang pada lembaga Counter of Weapon of Mass Destruction (CWMD) mengaktifkan mitra operasional dan mendorong kesiapan untuk menghadapi ancaman kimia, biologis, nuklir, dan keamanan kesehatan.
Tujuan strategis.
Dikatakan Connie, mengantisipasi, mengidentifikasi, dan menilai ancaman WMD saat ini dan masa depan, memperkuat pendeteksian dan ancaman gangguan CBRNE ke dan di wilayah Amerika Serikat, sinkronisasi air counter-WMD dan cetak biru perencanaan keamanan kesehatan serta eksekusi.
Pusat Analisis dan Penghitungan Biodefence Nasional dan National Biodefence Analisys and Countrmeasures Center (NBACC) adalah salah satu fasilitas untuk melindungi rakyat Amerika Serikat terhadap ancaman biologis.
Dimulai dari penilaian intelijen, perencanaan kesiapan, respon, karakterisasi ancaman yang muncul dan analisis bioforensik merupakan laboratorium nasional pertama yangdiciptakan setelah serangan amerithrax dari 2001.
Corona virus tidak akan menjadi yang terakhir dari mikroba menular yang akan muncul
jelas sangat memiliki kondisi yang sempurna untuk wabah lain di masa depan – di tengah zona perkotaan yang padat dimana manusia berinteraksi erat dengan hewan
memiliki ekosistem teknologi yang sempurna untuk kita mampu berinovasi dalam membentuk respons baru.
Ant Financial (bagian dari Alibaba) telah mengembangkan perangkat lunak yang memberi kode warna pada status infeksi Covid-19 dalam warna hijau (bersih), kuning (hati-hati & wajib melapor) dan merah (karantina) berdasarkan pada tanggapan terhadap kuesioner tentang lokasi di mana anda pernah kunjungi, siapa yang anda temui, bersin2
batuk dan lain-lain.
Menurut sebuah laporan di New York Times (akhir Februari 2020) – hampir 90 persen dari populasi. Tencent, yang memiliki 1 miliar pengguna melalui layanan wechat telah bekerja sama dengan otoritas kesehatan pada aplikasi ini.
Persiapan senjata bio, outbreak (kejadian luar biasa), tanggapan dan kesehatan masyarakat forensik keamanan bio pelatihan skenario koordinasi institusi antar instansi (Kementerian Pertahanan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan, serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan).
Connie menuturkan, ancaman bio warfare sesungguhnya disertai dengan tidak hanya kemungkinan korban jiwa, tetapi juga kerugian ekonomi yang masif negara belum memberikan perhatian pada ancaman ini setara dengan tingkat perhatian pada jenis ancaman lainnya (Pemilihan Kepala Daerah/Pemilihan Presiden).
“Tidak ada Kementerian/Lembaga terpusat untuk biodefence berikut rencana strategis nasional yang komprehensif untuk biodefence. Tidak ada anggaran khusus untuk biodefense belum ada doktrin khusus untuk biodefence,” ungkap Connie.
Kementerian Pertahanan
Connie mengatakan, baik Tentara Nasional Indonesia maupun Kementerian Pertahanan, sampai sekarang, belum memiliki visi dan misi dalam memahami lingkungan, ancaman, dan kerentanan penting untuk memiliki pemahaman sejelas mungkin tentang kondisi lingkungan: kesadaran situasional dari lokasi, kuantitas, kerentanan.
Termasuk belum ada langkah antisipasi menyiapkan Tentara Nasional Indonesia, untuk memahami jalur, kegiatan, jaringan pendukung, proses pengambilan keputusan serta doktrin yang harus diterapkan
“Dalam mengontrol, mengalahan, melumpuhkan dan menghancurkan ancaman WMD, Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia harus memiliki kemampuan untuk mengontrol, mengalahkan, menonaktifkan, dan menghancurkan ancaman WMD, kegiatan pengendalian memerlukan kemampuan untuk mengisolasi, mencegat, mengalihkan dan mengamankan WMD serta jaringan pendukung memerangi WMD,” tutur Connie.
Di samping itu, kekuatan mengelola resiko & konsekuensi. kemampuan tanggap dari serangan WMD melalui pembangunan kekuatan yang berkemampuan mempertahankan operasi efektif ketika serangan terjadi di Tanah Air (inward looking defence), melawan serangan yang datang dari luar negeri (outward looking defence). Sangat penting untuk memulihkan situasi dengan cepat, dekontaminasi personil dan peralatan, serta membangun postur perlindungan.
Arah Indonesia
Dalam mengedepankan peran Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia di dalam menghadapi WMD, ungkap Connie, maka harus ada langkah Pemerintah Republik Indonesia, dalam menetapkan pola pikir & solusi terbaru; mengidentifikasi masalah, kebijakan, infrastuktur alat dan personil; mendapatkan membuat apps/ detector dan surveillance WMD terkini dan mutakhir.
Kemudian, fokus pada kemampuan intelijen; membangunjaringan dan postur kekuatan, jaringan dan koordinasi; mendidik pemimpin dan masyarakat tentang bahaya strategis senjata biologis.
Di samping itu, strategi mengembangkan dan memproduksi dual purpose diagnostics,
therapeutics, vaksin serta kemampuan bertahan terhadap senjata biologis; pengendalian serangan wmd melalui peningkatan pengawasan, system peringatan dini, jaringan
komunikasi dan pelatihan.
Setelah itu, ujar Connie, ketersediaan serta kesiapan merespons di garis depan dalam menanggapi bioterrotisme dan bio war; kemampuan mengintegrasikan segala kapasitas domestik bagi kesiapan terhadap bioterorisme (Preston, 1998); kemampuan mengendalikan dan mengontrol dunia maya & comm-tech lainnya.
Diungkapkan Connie, sebagaimana dengan darurat lainnya, baik apa saja atau pandemi, tanggapan biasanya untuk memanggil militer, sebagai organisasi yang paling dapat diandalkan dan efisiensi di pada waktu krisis.
“Sebuah epidemik membutuhkan tanggapan cepat di skala. Unit militer akan sering ditawarkan untuk mengambil zona kuarantina dan bantuan dengan semuanya dari layanan makanan ke dukungan medis,” turut Connie.
Connie mengatakan, mesti disiapkan kemampuan ideal teknis Nuklir, Biologi dan Kimia (Nubika) Tentara Nasional Indonesia (TNI), penyelidikan Nubika monitoring, survey & konfirmasi kontaminasi ubikaperingatan & pemberitaan sebaran bahaya kontaminasi Nubika.
Kemudian, evakuasi Nubika, ekstraksi korban kontaminasi, bantuan medis darurat korban terkontaminasi.
Dekontaminasi Nubika, netralisasi racun kimia, disenfeksi bio, pembersihan radioaktif manusia, material, alat transportasi (kendaraan, pesawat, alat dan peralatan) & lingkungan hidup.
Disposal (pembuangan) Nubika pemusnahan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) & infeksius (lembah medis).
Technology dan inovasi
Diungkapkan Connie di dalam menghadapi WMD, maka solusi teknologi dan inovasi menjadi penting, mengingat jumlah personil yang terbatas. Pada tahun 2020, misalnya, Tentara Nasional Indonesia yang aktif hanya 400.000 aktif; Polisi Republik Indonesia hanya 470.700 aktif; Penduduk Indonesia (2020) 269.6 juta; ketersediaan Dokter Umum 33.500 orang; ketersediaan Tenaga Perawat 105.147 orang; 1 personil Tentara Nasional Indonesia/Polisi Republik Indonesia: 573 orang penduduk; 1 Dokter/Perawat: 1.944 orang penduduk.
Sehubungan dengan itu, ungkap Connie, maka saran strategi biodefense nasional, mesti meliputi mengembangkan, mengimplementasikan dan atau memperbarui strategi biodefense nasional bersifat kekinian dan inovatif; mengidentifikasi semua level kebijakan.
Kemudian, lanjut Connie, merumuskan strategi biodefense indonesia dan rencana pelaksanaannya; penganggaran sesuai analisis anggaran biodefense untuk mencapai target strategi biodefense nasional.
Setelah itu, memperbaiki manajemen dari intelijen biologis serta menunjuk Desk di Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Intelijen Strategis (BAIS) dan Intelijen Pengamanan Polisi Republik Indonesia, khusus untuk ancaman bio war (perang); melaksanakan strategi nasional untuk bio surveillance dan geo sensing; optimalisasi sistem integrasi, bio surveillance nasional.
Tidak kalah pentingnya, lanjut Connie, membentuk kerjasama sipil militer untuk bio defence; memperjelas parameter dukungan militer kepada pihak berwenang sipil dalam menanggapi serangan; menyiapkan, memperbarui dan menerapkan doktrin pertahanan (bio defence).
“Permintaan sosial adalah apa yang mengemudi teknologi inovasi. Setelah episode coronavirus ini, tidak ada permintaan lebih banyak daripada teknologi yang bisa
deteksi, diagnosa dan infeksi register dengan cepat ke batang penyebaran penyakit antara penduduk,” demikian Connie. (Aju)
Murni kebocoran dari sebuah “pengembangan” yg belum 100% tuntas.
🙏terimakasih atas informasi ini.
Ini merupakan info yng sangat penting ,yang perlu kita semua fahami, semua yng di paparkan disini tentu nya bs dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang ancaman bahaya nya Prang texnologi seiring kemajuan Disegala sektor. Tentu nya Pemerintah tdk boleh memandang remeh Mslh Wabah COVID19 ini. Harus segera ambil langkah langkah tepat. Jng sampai lengah. Krn ini merupakan saran nya EKONOMI .