Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari

Siti Fadilah Supari: Indonesia Jangan Mau Diperbudak WHO

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia periode 2004 – 2009, Dr dr Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K), mengingatkan Presiden Joko Widodo dan Menteri Kesehatan Letjen (Purn) Dr dr Terawan Agus Putranto, untuk tidak menyeret Indonesia menjadi budak lembaga kesehatan internasional, World Health Organization (WHO) di dalam menghentikan penyebaran Penyakit Menular Corona atau Corona Virus Disease-19 (Covid-19).

“Dari dulu, saya melihat WHO itu adalah lembag bisnis. WHO selalu berpihak kepada pelaku industri kesehatan. WHO selalu merekomendasikan vaksin yang diproduksi kelompok pengusaha tertentu,” ujar Siti Fadilah Supardi dalam siaran persnya, Minggu, 17 Mei 2020.

Presiden Amerika Serikat, Donald John Trump, telah pula menunjukkan kemarahannya dengan WHO, dengan menghentikan bantuan untuk WHO. Kemarahan Amerika Serikat, karena WHO dikendalikan kelompok tertentu. Indonesia jangan jadi budak WHO.

Pemerintah Republik Indonesia, harus mampu bekerjasama dengan kekuatan sendiri, menggunakan sumberdaya di dalam negeri saat mengatasi penularan Covid-19. Indonesia diharapkan bisa mengambil hikmah dari puncak kemarahan Presiden Amerika Serikat, Donald John Trump, terhadap WHO.

Menurut Siti Fadilah Supari, Indonesia harus bangkit dengan kekuatan sendiri, jangan harus menunggu produksi massal vaksin yang direkomendasi WHO.

Presiden Joko Widodo, telah menetapkan agar melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dengan maksud agar bangsa ini secara bertahap mampu mengembalikan kegiatan sosial dan membangun perekonomian Indonesia pulih kembali.

“Seperti yang kita saksikan seluruh dunia terpuruk. Meski negara adidaya seperti Amerika Serikat, pun, menderita, bahkan kasusnya terbanyak di dunia dan kematiannya pun sangat banyak. Pergerakan ekonomi dan perdagangan terhenti,” ujar Siti Fadilah.

Di Benua Eropa pun demikian juga, korbannya juga cukup banyak. Apalagi khusus di negara Italia sangat parah boleh dikatakan, terbanyak bila dibandingkan dengan jumlah penduduk .

Saat ini mereka semua mulai menggeliat sadar mereka harus bangun dari ketakutan dan kekawatiran. Mereka harus bangun dari keterpurukan ini untuk memulai kehidupannya lagi.

Namun Bill Gates, seorang pengusaha kaya raya berkebangsaan Amerika Serikat, mengatakan bahwa yang mampu menghentikan wabah covid hanyalah vaksin corona.

Bill Gate, sangat yakin vaksin unggulannya akan siap 18 bulan kedepan. Bill Gates juga menekankan kalaupun wabah corona ini berhenti, belum tentu masyarakat bisa kembali seperti dulu lagi. Mungkin Bill Gate mengacu ketika Spanish flu 1918 selesai. Terjadi perubahan peradaban yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.

Anthony Fauci mengatakan, awas kalau ada negara yang cepat-cepat membuka lockdown-nya pasti akan mengalami perburukan penularan Covid-19 dan wabah akan lebih dahsyat lagi. Sedangkan WHO menyatakan tidak akan pernah ada vaksin sebelum akhir 2021.

Dr David Nabarro, seorang professor dari global health di Imperial College London dan sekarang sebagai special envoy WHO untuk Covid-19, mengatakan, kemungkinan besar tidak akan pernah ada vaksin yang efektif untuk corona.

Diungkapkan Siti Fadilah Supardi, memang ada penyakit-penyakit yang tidak ditemukan vaksinnya contohnya Human Imunnodeficiency Virus (HIV), Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), dan Dengue. Maka kita harus bisa hidup berdamai dengan Covid-19.

“Menurut saya andaikan vaksin dari Bill Gates dengan kawan-kawan benar siap, kita harus ingat ketika Ejikman melakukan sequencing virus strain Indonesia, ternyata karakter virus kita berbeda dengan virus yang beredar di negara yang sedang getol mengadakan ujicoba vaksin yang akan diproduksi besar-besaran untuk sedunia,” ungkap Siti Fadillah Supari.

“Kita harus hati-hati di sini, berarti vaksin yang sedang mereka bikin berasal dari virus yang karakternya berbeda dengan vìrus yang ada di Indonesia. Maka tidak akan kompatibel dengan kita. Tidak cocok sehingga tidak akan efektif,” ungkap Siti.

“Kalau kita melihat negara China, dimana di Wuhan telah kembali memulai kehidupan baru setelah Corona, dengan tanpa vaksin, tapi menggunakan obat tradisional.”

“China menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi corona dari awal, terus lockdown dan kemudian corona terhenti setelah itu ekonomi sudah mulai bangkit kembali. Tidak perlu heran karena China negara dg azas otoritarian,” ungkap Siti.

Maka dalam menghadapi emergency seperti wabah corona ini desicion making sangat efektif, komunikasi searah sangat cepat tanpa kendala, sangat dibutuhkan.

Dan ini hampir tidak mngkin terjadi di negara-negara yang menganut azas demokrasi, yang selalu ada pro kontra sehingga suatu keputusan makan waktu lebih banyak.

“China dengan jelas menunjukkan kepada dunia bahwa dia bisa bangkit tanpa vaksin dan mereka siap dengan gelombang kedua dengan virus yang berbeda pula. Bisa tuh,” ungkap Siti Fadilah.

“Di samping itu, kalau kita mendengarkan Bill Gates dan kawan-kawannya yang sudah invest dananya di dalam bisnis vaksin dunia, mau tidak mau, kita, ya, harus ikutin maunya mereka. Maka kita harus perpanjang psbb diam saja di rumah. Ekonomi kita akan nungsep lebih dalam lagi sampai tahun 2021 berakhir?” tanya Siti Fadilah.

“Apakah itu yang kita pilih? Nunggu vaksin yang belum tentu jadi dan belum tentu cocok.

Berpikirlah saudaraku setanah air. Inget pendapat lain dari seorang expert yang bernama Dr Nabarro yang tidak ada pretensi dalam bisnis vaksin mengatakan pendapat yang jujur seperti diatas, hidup berdamai dengan corona, tapi tetap waspada,” ungkap Siti Fadillah.

“Kita harus berada di antara itu. Kita harus mengukur diri kita sendiri dengan jujur ada di posisi mana kita berdiri? Kita harus bangkit dari keterpurukan ini. Tapi kita juga selamat dari corona. Sudah cukup kita diam di rumah sudah cukup kita tidak bekerja normal tidak sekolah seperti biasanya.”

“Sampai kapan kita harus mulai? Presiden Joko Widodo, sudah tiup peluit, memukul genderang untuk bergerak tapi semoga aturan pemerintah tidak bertambah banyak.

Misalnya, boleh naik kapal terbang tapi saratnya banyak dan akhirnya yang bisa terbang sedikit. Dari segi ekonomi tidak menguntungkan. Kalau mau melonggarkan PSBB itu ya longgarkan saja aturan-aturannya yangg sudah ada. Jangan bikin aturan baru, lakukan dengan bertahap,” kata Siti Fadilah.

“Misalnya, Kereta Api Listrik atau KRL tidak boleh jalan tadinya, oke sekarang boleh tapi isinya jangan 100% dulu, mngkin mulai dar 50% terus 70% dulu dan seterusnya. Ini sudahh betul,” ujar Siti Fadilah.

Dikatan Siti Fadilah Supari, pergerakan warga adalah sumbu pergerakan ekonomi setidaknya ekonomi rakyat yang harus nomer satu bangkit. Kalau ekonomi rakyat bangkit pemerintah akan lebih ringan tugasnya dalam memenuhi social safety net-nya. Mungkin sudah tidak akan diperlukan lagi.

Kalau pergerakan warga dibatasi terus bagaimana ekonomi bisa hidup lagi? Yang harus diingat adalah pergerakan warga tidak menimbulkan penyebaran corona lebih buruk.

Diungkapkan Siti Fadilah Supari, kita harus berjalan diantara pilar yang seimbang , pergerakan warga dengan cara yang sehat, hati-hati harus pakai masker, jarak satu meter dengan lainnya, dan tidak bersentuhan dan cuci tangan.

Hidupkan lagi perilaku hidup bersih sehat . Ingat jangan terlalu takut penularan corona hanya lewat droplet WHO, mestinya dengan masker cuci tangan dan berjarak sudah cukup.

Pihak Pemerintah Republik Indonesia, hendaknya menyediakan sarana swab test molecular base made in Indonesia berdasar virus strain Indonesia karena lebih valid. Baan Pengkajian dan Peneraban Teknologi (BPPT) sudah siap, mudahkan rakyat menjangkaunya. Siapkan pula primer untuk Polymerase Chain Reaction (PCR) di laboratorium, dengan basis virus strain Indonesia juga

Siapkan rumah sakit yang sudah ada menjadi lebih baik lagi, tingkatkan dan luaskan penelitian terapi plasma yangg dirintis oleh Ejkman. Jadikan sebagai standar prosedur resmi untuk terapi penanganan corona di rumah sakit. Cukupkan ventilator dan dokter-dokter sudah lebih berpengalaman selama ini.

Jadi rakyat tenang harus sehat , boleh sakit tapi kalau sakit tidak akan mati (bisa sembuh). Artinya sewaktu-waktu PSBB lagi tidak susah , anggap dinamika kehidupan jangan jadi beban.

Ada pengertian umum agar kita lebih yakin untuk lebih berani: (rakyat maupun petugas).

Bangsa kita ini bangsa yang kuat menderita. Bangsa kita ini bangsa yang kaya sinar matahari , corona takut sinar matahari. Bangsa ini makan empon-empon, sejak lahir corona tidak suka empon-empon.

Bangsa ini disuntik vaksin Bacillus Calmette–Guérin (BCG) ketika masih kecil.

Ada penelitian dimana negara yg melaksanakan imunisasi BCG sejak lama korban corona hanya seperenam dibanding dengan negara yg tidak pernah vaksinasi BCG.

Maka tidak ada alasan kita menunggu lebih lama lagi. Kalau ekonomi menggeliat kita akan cepat hidup seperti dulu bahkan harus lebih baik dari dulu.

Menurut Siti Fadillah Supardi, untuk segera bangkit, maka Bangsa Indonesia, makan dibutuhkan berspikir secara revolusi. Di antaranya, Pemerintah dan masyarakat

harus bersatu dalam satu komitmen bahwa kita harus memulihkan keadaan secepat kita bisa tanpa mengabaikan kesehatan.

Pemerintah dalam membuat kebijakan sebaiknya tidak memperberat beban rakyat. Mereka sudah cukup menderita. Dan rakyat itu tulang punggung negara. Kalau rakyat lemah ketahanan nasional juga lemah.

Saat ini sebagian dari mereka, tidak punya uang tidak punya kerja. Bahkan untuk keperluan makan. Sebagian dari mereka yangg mampu membagikan makanannya untuk mereka yang tidak mampu.

“Politicall will pemerintah utk melindungi rakyatnya langsung sangat penting utk memperkuat kepercayaan rakyat kepada pemimpinnya,” ungkap Siti Fadillah Supardi.

Dikatakan Siti Fadilah, kalau rakyat percaya penuh dg pemerintah maka saya yakin untuk bangkit sekarangpun kita bisa, dis ana kita menang. Jangan takut. Hilangkan

ketakutan kecemasan yang tidak perlu terhadap corona.

“Apa yang ditakuti? Kita bisa melalui dalam beberapa bulan ini dengan sangat lumayan.

Angka-angka laporan Kemenkes tidak menunjukkan perburukan penularan hanya menunjukkan data kumulatif dari awal Maret 2020. Yang jelas didalam laporan harian itu yang berhasil disembuhkan semakin banyak dan yang meninggal lebih sedikit.”

Kata WHO penularannya eksponensial, tapi kalau kita lihat pada kasus pertama yang di umum kan presiden waktu itu (ada dua org perempuan). Setelah ditelusuri Orang Dalam Pengawasan (ODP)-nya yang positif ketularan hanya dua orang dari 80 orang . Padahal kebersamaan mereka tanpa masker cukup lama ruangan itu.

Artinya hanya 2 dari 80 orang tertular. Hitungan kasar penularannya hanya 2.5% .

Sekarang kita punya kira-kira 269 ribu ODP (dilaporan harian Kementerian Kesehatan Republik Indonesia) kalau itu di pertiksa semua maka kita akan punya gambaran seperti apa penularannya.

“Jadi tidak perlu takut tapi tetap eling lan waspodo. Eling itu inget, masih dalam masa pandemi, dan waspodo itu harus tetap mengikuti Protokol PSBB yang dilonggarkan sesuai anjuran pemerintah.”

Dikatakan Siti Fadilah Supari, “Setelah kita yakin, eling lan waspodo, ayo kita bangkit untuk membangun kembali peradaban dengan menggerakkan kehidupan sosial dan roda ekonomi.”

Presiden Chhina, Xi Jinping, mengatakan, “Corona adalah perang. Bill Gates juga mengatakan ini seperti perang dunia kedua. Maka kita sekarang harus punya mindset perang terhadap virus, terhadap ketakutan, terhadap keterpurukan, terhadap kebingungan.”

“Inget justru negara kita merdeka setelah perang dunia kedua. Maka dalam peperangan ini kita harus berani mengambil resiko untuk menang. Ayo kita bangkit sekarang juga Bangsa Indonesia, gerakkan warga dengan cara yang sehat dan aman, untuk gerakan pembangunan ekonomi rakyat yang mandiri. Kita harus hidup yang lebih baik lagi,” ujar Siti Fadilah Supari. (Aju)