SAMARINDA (IndependensI.com) – Generasi muda adalah salah satu kelompok yang paling rentan terpapar paham radikalisme dan intoleransi. Karena generasi muda yang masih mencari jati diri sangat mudah untuk terpengaruh oleh paham-paham seperti ini. Karenanya, pelibatan generasi muda sangat penting untuk menangkal penyebaran paham radikalisme khususnya dikalangan mereka sendiri.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ahmad Nurwakhid mengatakan bahwa pemuda telah menjadi sasaran utama dari kelompok radikal. Hal ini dikarenakan pemuda sebagai generasi penerus bangsa memiliki value atau nilai strategis ke depan bagi bangsa ini.
“Apalagi pemuda memiliki militansi tinggi, suka mencari tantangan. Para pemuda masih belum memiliki self control yang kuat, wawasan pemahaman dan pengetahuan yang dinamis dan masih terus berkembang yang mana sebetulnya masih membutuhkan bimbingan,” ujar Ahmad saat menjadi narasumber pada acara Bincang Damai BNPT RI bersama Pemuda Kalimantan Timur (Kaltim) yang berlangsung di Swiss-Bell Hotel Borneo, Samarinda, Jumat (4/12/2020).
Menurut Nurwakhid, karena karakter generasi muda yang seperti itu sehingga ini rentan sekali oleh radikalisasi yang dilakukan oleh kelompok radikal. Maka ia menyebutkan bahwa dengan pelibatan pemuda akan lebih efektif dalam mencegah radikalisasi khususnya dikalangan pemuda sendiri.
“Maka narasi kontra ideologi dan kontra propaganda melalui media ini sangat efektif kalau dilakukan oleh pemuda. Karena sasaran kita adalah pemuda generasi z dan generasi milenial,” tutur alumni Akpol tahun 1989 ini.
Oleh karena itulah dirinya menyebut penting untuk melibatkan pemuda untuk kontra narasi, kontra ideologi maupun kontra propaganda di dunia maya. Karena menurutnya, tantangan yang merebak selama ini adalah intoleransi, karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural terdiri dari banyak suku bangsa dan agama.
“Sehingga ini potensial konflik yang luar biasa, perlu dijaga keberagamannya dengan Bhineka Tunggal Ika. Nah intoleransi ini adalah sangat membahayakan keberagaman atau kebhinekaan itu. Karena intoleransi adalah watak dasar dari radikal terorisme,” ucap Jenderal Bintang Satu itu.
Lebih lanjut, mantan Kabag Bantuan Operasi Densus 88/Anti Teror Polri itu mengungkapkan bahwa dengan adanya kegiatan seperti Bincang Damai hari ini juga bisa untuk menjaga toleransi, menjaga kedamaian bangsa, menjaga keberagaman dan lain sebagainya. Menurutnya hal ini sangat penting dan sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia hari ini.
“Maka 13 regional Duta Damai yang ada Insya Allah akan kita tambah terus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita. Tapi yakinlah bangsa ini adalah bangsa yang besar, bangsa yang beradab dan harus selalu dibangun keberagaman dengan moderasi beragama maupun moderasi berbangsa,” jelasnya yang alam kesempatan tersebut didampingi tiga koordinator Duta Damai Dunia Maya dari Kalimantan Timur (Kaltim), Jawa Barat (Jabar) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai narasumber di acara tersebut.
Tidak lupa ia juga menyampaikan pesan kepada para generasi muda yaitu taati, hormati dan muliakan orang tua. Kemudian taati aturan, cintai bangsa indonesia, cintai pancasila, cintai keragaman yang menjadi khazanah kekayaan sebagai karunia Allah. Dan terakhir menurutnya menjaga jati diri bangsa Indonesia.
“Karena menaati dan memuliakan orang tua adalah salah satu ciri kesuksesan manusia, terutama generasi muda. Sebagai garda terdepan yang akan menentukan masa depan bangsa, tanamkan jiwa kebangsaan dan nasionalismenya untuk kemajuan, kedamaian dan kesejahteraan bangsa indonesia,” kata mantan Kapolres Gianyar ini.
Dalam kesempatan tersebut, acara yang dimoderatori Diamantin Aisy selaku Koordinator Duta Damai Dunia Maya BNPT ini, Abdul Aziz selaku Koordinator Duta Damai Kaltim, mengatakan bahwa pihaknya sebagai Duta Damai Dunia Maya yang telah dibentuk oleh BNPT telah melaksanakan tugasnya sebagai agen penyebar perdamaian. Ia menyebut bahwa pihaknya telah merangkul berbagai organisasi kepemudaan yang ada di Kaltim untuk bersama-sama menjalin kerjasama dalam rangka perdamaian.
“Kami di Kaltim memiliki agenda tahunan yang dinamakan ’Sapa Pemuda Kaltim’. Kami juga ada kegiatan goes to school untuk memberikan pemahaman kepada anak muda bagaimana menggunakan media sosial dan juga menebar suasana damai disana,” ujarnya.
Kemudian Ridwan Rustandi selaku Koordinator Duta Dama Jabar juga menyampaikan hal serupa, bahwa pihaknya di Jabar selama ini fokus untuk menggandeng para pelajar agar tidak sampai terkena paham radikal terorisme khususnya dari dunia maya. Ridwan menyebut bahwa pihaknya rutin mengadakan jurnalis damai di sekolah-sekolah, serta melakukan kolaborasi dengan pesantren-pesantren di Jawa Barat.
“Kami juga berkolaborasi dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jabar dan berbagai organisasi kepemudaan dengan membentuk yang kami namakan ’Ekosistem Damai’. Dimana tujuannya adalah menggandeng semua pihak, tidak hanya pelajar, tetapi juga sampai ke desa-desa,” ucapnya.
Sementara itu, Ziadah selaku Koordinator Duta Damai NTB menjelaskan bahwa selama ini pihaknya diajari untuk menjadi seperti angin, tidak terlihat namun terasa. Menurutnya, hal itulah saat ini yang sedang dikerjakan oleh Duta Dama NTB. Karena dia menyebut di NTB sendiri memiliki sejarah panjang terkait kasus terorisme.
“Maka kami berusaha membangun partnership dengan sebaik-baiknya dengan siapa saja baik itu dari pemerintah daerah maupun organisasi non-pemerintah baik dari dalam dan luar negeri. Karena terorisme sendiri cukup banyak dan itu berimbas ke pariwisata kami, membuat orang takut untuk datang,” jelasnya.
Acara Bincang Damai ini dihadiri tidak kurang sebanyak 80 peserta yang mewakili organisasi kepemudaan serta mahasiswa yang ada di Kaltim. Acara yang dihadiri pula oleh Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Sujatmiko ini dihadiri Kepala Kesbangpol Kota Samarinda, Ketua Pengadilan Negeri Samarinda serta perwakilan dari Korem 091/ASN, Kodim 0901/Samarinda serta Polres Samarinda.