Pengamat kebijakan publik sekaligus penggiat pertanian, Razikin Juraid

Indeks Ketahanan Pangan Indonesia Membaik, Pengamat: Tak Perlu Khawatir

Loading

JAKARTA (Independensi.com)  – Pengamat kebijakan publik sekaligus penggiat pertanian, Razikin Juraid mengungkapkan indeks ketahanan pangan Indonesia tahun ke tahun semakin membaik. Ini dibuktikan dengan data Global Food Security Index (GFSI), dimana secara keseluruhan status ketahanan pangan Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan.

“Dari data ini disebutkan status ketahanan pangan Indonesua pada tahun 2016 Indonesia masih berada di peringkat 71 dari 113 negara yang diobsevasi dan di tahun 2019 alami peningkatan ke peringkat 62. Ini artinya prestasi bagi sektor pertanian Indonesia. Tak perlu dikhawatirkan,” demikian dikatakan Razikin di Jakarta, Kamis (18/2/2021).

Mantan Juru Bicara Milenial Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf ini menambahkan sepanjang tahun 2014 sampai 2018 indeks ketahanan pangan secara global menurut data dari GFSI, Indonesia berada pada peringkat ke 65 dunia dan peringkat ke-5 di Asean. Di kawasan Asean, Indonesia berada di atas Filipina, Myanmar, Kamboja, dan Laos.

Sementara itu, skor Food Sustainability Index (FSI) untuk Amerika Serikat sebesar 68,8. Angka ini tidak berbeda jauh dengan Ethiopia sebesar 68,5, sedangkan India 66,4 dan Israel 64,6 di bawah Ethiopia.

“Tidak fair jika dibandingkan dengan negara Eutopia dan Zimbabwe yang notabenenya negara yang baru bangkit dari kelaparan ke negara yang terpenuhi pangannya,” jelasnya.

“Sementara Indonesia bukan negara kelaparan, tapi memang negara yang sudah mandiri menyediakan pangannya dan bertahan untuk tetap mandiri akan pangannya,” pinta Razikin.

Untuk diketahui, indikator FSI itu tidak hanya aspek pangan dan juga bukan hanya pada aspek produksinya. Akan tetapi mencakup lebih luas, yaitu berdasarkan 58 indikator yang mengukur keberlanjutan sistem ketahanan pangan di tiga tema yakni kehilangan/penyusutan pangan dan Limbah, Pertanian Berkelanjutan, dan Gizi. Indeks tersebut berisi tiga jenis indikator kinerja utama yakni ingkungan, sosial, dan ekonomi.

Lebih lanjut Razikin membeberkan fakta lain yang menyebutkan indeks ketahanan pangan Indonesia mambaik yakni dengan mengacu data dari The Economist Intelligence Unit (EIU). Yakni pada tahun 2014 hingga 2018, indeks ketahanan pangan di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

“Pada tahun 2014 mencapai 46,5 indeks dan di tahun 2018 mencapai 54,8 indeks. Indeks ketahanan pangan di Indonesia terlihat membaik sepanjang tahun 2014 hingga 2018,” bebernya.

Selanjutnya pria jebolan Ilmu Politik Universitas Indonesia ini mengatakan penilaian ketahanan pangan nasional pun dengan merujuk data yang dikeluarkan Global Hunger Index (GHI) 2020. Indonesia sendiri menempati level moderate dengan skor 19,1, setelah sebelumnya masih berada di level serius dengan skor 20,1 pada tahun 2019.

“Sebenarnya bicara kondisi kelaparan di suatu negara itu jangan sepenuhnya terjebak pada angkat atau data. Buktinya, dari dulu hingga sekarang Indonesia tidak pernah alami kelaparan, pangan selalu tersedia, tidak ada gejolak harga pangan,” tuturnya.

“Toh negara yang GHI nya di bawah Indonesia yakni Kamboja, Myanmar dan Laos kenyataan di lapangan panganya tersedia. Jadi kita tidak perlu berlebihan merespon data, rujukan sebenarnya adalah fakta lapangan,” pinta Razikin.

Perlu diketahui, dari Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan atau Food Security and Vulnerability Atals (FSVA) menyebutkan jumlah kabupaten/kota yang rentan rawan pangan mengalami penurunan dari 76 kab/kota pada tahun 2019 menjadi 70 Kabupaten/Kota rentan rawan pangan di tahun 2020.(wst)