Direktorat Air Minum Yudha Mediawan Kemeja Putih foto bersama para narasumber usai Webinar hari kamis, (04/03/2021) di Hotel Aviary Bintaro

Kementerian PUPR Gelar Webinar “Peluang Sinergi Alternatif Pembiayaan Untuk Mencapai Target 100% Air Minum Layak 2024”

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Air Minum, Direktorat Jenderal Cipta Karya menggelar Webinar dengan tema “Our Challenges Are Your Opportunities” Peluang Sinergi Alternatif Pembiayaan Untuk Mencapai Target 100% Air Minum Layak 2024 pada hari Kamis (04/03/2021) di Hotel Aviary Bintaro.

Direktur Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR, Yudha Mediawan dalam sambutanya mengatakan , Webinar ini digelar  untuk menginformasikan bahwa kita bisa mencari solusi pembiayaan yang cerdas. Jadi cerdas itu macam-macam, bisa menggunakan Keppres 46 pinjaman perbankan dengan subsidi bunga 5 persen, nanti sebagian menggunakan APBN, APBD, DAK, diblended jadi satu itu bisa untuk satu project, atau  kita menggunakan investasi dan government support atau investasi tanpa dukungan pemerintah.

Direktorat Air Minum Yudha Mediawan di damping Rudie Kusmayadi Ketua Umum Perpamsi beri keterangan pers usai webinar

“Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 kurang lebih terdapat 89,77% sambungan baru dengan gabungan perpipaan dan bukan perpipaan, sehingga, hal tersebut merupakan pekerjaan rumah besar, tantangan dan peluang bagi dunia usaha,” tambah Yudha.

Kalau dilakukan pendataan, kebutuhan pendanaan sampai kita bisa mendapatkan 10 juta sambungan rumah baru itu Rp108 triliun, kalau berbicara ketersediaan APBN air minum itu Rp7 triliun per tahun sudah bagus, plus kita ambil hibah kurang lebih hampir Rp1 triliun juga ditambah investasi,” lanjut  Yudha.

Yudha menambahkan, dengan tingginya kebutuhan pendanaan sambungan baru air minum sekaligus menjadi peluang sangat besar bagi pelaku usaha dalam pembiayaan penyediaan saluran air minum baru.

“Peluang investasi sambungan baru air minum masih terbuka lebar bahkan untuk investor luar negeri, dimana investor luar masih banyak yang belum memahami apa-apa saja proyek investasi di Indonesia,” imbuh Yudha.

“Ternyata orang luar negeri gatau tentang apa aja project yang bisa diinvestasi di Indonesia, kita harus lebih agresif untuk memberikan informasi proyek-proyek mana, bukan hanya DKI, orang Jepang taunya air minum hanya DKI, Buaran malah, sementara kita sudah bergerak di Jatiluhur I dan II dan Serpong,” tutup Yudha. (wst)