Laris Manis, Saham Bukalapak Terbang Hingga Rp1.060 Per Saham

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Raksasa e-commerce asal Indonesia secara resmi melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) sekaligus mencatatkan sahamnya (listing) di papan pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Menggunakan kode saham BUKA, perusahaan ini melepas 25,76 miliar lembar saham biasa atas nama yang seluruhnya merupakan saham baru, atau setara dengan 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor pasca pelaksanaan IPO. Lewat pelaksanaan IPO ini, perusahaan mengantongi dana segar hingga Rp21,9 triliun. “Ini menjadi sejarah kita bersama, karena Bukalapak merupakan perusahaan unicorn pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia, dan bahkan di bursa kawasan Asia Tenggara. Juga, (IPO) ini tercatat sebagai perusahaan dengan ketertarikan investor paling banyak. Tercatat ada sekitar 96 ribu investor yang berpartisipasi pada pelaksanaan public offering ini,” ujar Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, dalam seremoni IPO Bukalapak yang disiarkan secara virtual, Jumat (6/8).

Dilepas dengan harga Rp850 per saham, saham BUKA langsung diburu investor hingga melejit ke level Rp1.060 per saham, atau mengalami lonjakan sampai 24,7 persen. Akibat lonjakan tersebut, perdagangan saham BUKA otomatis dihentikan karena masuk dalam kategpri auto reject atas (ARA), di mana saham dengan harga antara Rp200 sampai Rp5.000 per saham hanya boleh naik maksimal 25 persen dalam sehari perdagangan. Para pelaku pasar memperkirakan, tren lonjakan harga ini masih akan terus terjadi hingga sepekan ke depan, sehingga sangat dimungkinkan saham BUKA bakal kembali terkena aturan ARA.

Sebagai informasi, dalam pelaksanaan IPO kali ini Bukalapak telah menunjuk PT Mandiri Sekuritas dan PT Buana Capital Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sedangkan PT UBS Sekuritas Indonesia dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia dipercaya sebagai penjamin emisi efek. Secara keuangan, per akhir 2020 lalu Bukalapak tercatat masih mengalami kerugian sebesar Rp1,35 triliun. Meski demikian, kondisi tersebut dinilai sudah cukup bagus lantaran nilai kerugian itu sudah jauh berkurang dibanding catatan kerugian perusahaan pada tahun sebelumnya yang masih sebesar Rp2,79 triliun. Kerugian masih diderita lantaran masih tingginya beban penjualan dan pemasaran yang mencapai Rp1,51 triliun dan juga beban umum dan administrasi Rp1,49 triliun. Sedangkan pendapatan Bukalapak pada akhir tahun lalu tercatat sebesar mencapai Rp1,35 triliun, tumbuh 25,56 persen dibandingkan pendapatan tahun 2019 yang masih sebesar Rp1,07 triliun.

(TSP)