Koruptor pembangunan Pusat Pelelangan Ikan (PPI) di Kabupaten Garut, Tauhidi Fachrurrozi (kaos coklat) ditangkap Tim Tabur Kejaksaan setelah buron 14 tahun.(ist)

Koruptor Pembangunan Pusat Pelelangan Ikan di Garut Diciduk Setelah 14 Tahun Buron

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Koruptor proyek pembangunan Pusat Pelelangan Ikan (PPI) di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Tauhidi Fachrurrozi berhasil diciduk Tim tangkap buronan (Tabur) Kejaksaan setelah buron selama 14 tahun.

Tauhidi yang berstatus terpidana ditangkap di rumahnya di Jalan Perum Mahkota, Subang, Jawa Barat, Kamis (16/9) sekitar pukul 15.00 WIB oleh Tim Tabur gabungan Kejati Jawa Barat bersama Kejari Garut dan Kejari Subang.

Kapuspenkum Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer Simanjuntak mengatakan penangkapan terhadap buronan Kejaksaan Negeri Garut tersebut merujuk putusan Mahkamah Agung Nomor 669 K/Pid.Sus/2007 tanggal 5 September 2007.

Putusannya menghukum Tauhidi dua tahun penjara karena terbukti korupsi dalam pembangunan PPI Cilauteureun, Desa Pamalayan Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut tahun 2005 yang merugikan keuangan negara sebesar Rp597 juta dari nilai proyek Rp1,190 miliar.

Perbuatan terpidana yaitu melaksanakan pembangunan tidak sesuai atau menyimpang dari bestek yang ada. Selain itu selaku kuasa Direktur PT Satia Nugraha Mulya, M Taufik tidak melakukan kewajiban memperbaiki kerusakan bangunan revetment dalam masa pemeliharaan.

Leo menuturkan sebenarnya terpidana sudah dipanggil secara patut oleh tim jaksa eksekutor untuk dilakukan ekseksusi. Namun yang bersangkutan tidak pernah mememuhi panggilan tim jaksa eksekutor hingga dimasukan dalam daftar pencarian orang atau DPO.

“Sampai berhasil diamankan kemarin oleh tim tabur kejaksaan,” ujarnya seraya menyebutkan terpidana telah dieksekusi ke Rutan Kelas IIB Garut setelah dari hasil pemeriksaan kesehatan dan swab antigen dinyatakan sehat dan negatif Covid-19.

Leo pun kembali menghimbau para buronan yang menjadi DPO Kejaksaan untuk segera menyerahkan diri dan mempertanggung-jawabkan perbuatannya. “Karena tidak ada tempat yang nyaman bagi para buronan,” ujarnya.(muj)