Warga menyalakan 1000 lilin sebagai simbol penolakan penambangan emas di Pulau Sangihe

Tolak PT TMS, Warga Nyalakan 1000 Lilin dan Doa Bersama

Loading

Tagulandang, Sangihe (Independensi.com) – Doa syukur bersama dan pemasangan 1000 di Aula Gereja Imanuel, Kelling Balehumara,Tagulandang, Selasa, 28 Juni  dilakukan Jemaat Imanuel Kelling bersama komunitas rukun Sangihe “Mang Sunaung” di Tagulandang.

Menurut inisiator Save Sangihe Island ( SSI ), Jull Takaliuang yang hadir ditengah tengah masyarakat dalam acara doa syukur dan pemasangan 1000 lilin serta menonton bareng film dokumenter SANGIHE MELAWAN itu, masyarakat sangat antusias untuk bersama berjuang SSI melawan PT.Tambang Mas Sangihe (PT.TMS)

Menurutnya, meski berbeda pulau (daratan), masyarakat Mandolokang atau Pulau Tagulandang Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara, merasa sepenanggungan dengan  masyarakat  Sangihe yang sampai hari ini masih terus berjuang menolak hadirnya PT. Tambang Mas Sangihe (TMS) karena berpotensi menghancurkan ekosistem dan ruang hidup di pulau kecil ini.

Wujud kebersamaan dalam perjuangan dengan  Save Sangihe Island telah dikumandangkan sejak bulan Oktober 2021 lalu di gereja  GMIST Imanuel Kelling – Balehumara Tagulandang.

Dengan penuh kesadaran sebagai saudara dekat dengan masyarakat di pulau Sangihe, Jemaat GMIST Imanuel – Kelling Balehumara terpanggil dalam  perjuangan bersama SSI.

Gerakan perjuangan penyelamatan lingkungan dan kemanusiaan ini, dimotori  oleh seorang Pendeta perempuan,  Pdt.  Adel Marasut S.Th, M.Si .

Jemaat GMIST Imanuel -Kelling, bahkan jemaat-jemaat GMIST lain di resort Tagulandang   mendukung  perjuangan SSI baik melalui pengumpulan persembahan secara sukarela dan pembelian t’shirt SSI.

“ Yang lebih mencengangkan bagi tiap yang melewati halaman gereja-gereja GMIST di Tagulandang sampai Biaro,  terpasang spanduk penolakan tegas terhadap beroperasinya PT.TMS,”ujar Jull  Takaliuang.

Rohaniawan Kristen di Sangihe panjatkan doa bersama dan nyalakan lilin menolak kehadiran PT TMS

Dipasangnya spanduk penolakan tegas terhadap kehadiran PT.TMS, merupakan tindak lanjut  penolakan GMIST  sebagai lembaga gereja terbesar di Sangihe.

Sebelum doa bersama dan pemasangan 1000 lilin,acara didahului dengan nonton bareng film

“SANGIHE MELAWAN” yang dihadiri oleh ratusan orang jemaat dan masyarakat sekitar Balehumara.

Jemaat sangat antusias menyaksikan film dokumenter itu dan mereka menyanyikan lagu  ‘Sangihe Melawan’ yang diciptakan oleh Alfred Pontolondo, salah satu pentolan SSI.

Pdt.Adeleide Marasut,S.Th, M.Si.,  yang juga adalah Ketua Peruati Sangihe sangat bersemangat memimpin jemaat dan masyarakat menyanyikan lagu tersebut.

Ia mengatakan bahwa keterpanggilan jemaat di Tagulandang merupakan wujud kebersamaan dan persaudaraan  dalam perjuangan menolak PT.TMS.

Ia sendiri kagum akan ketulusan dan keikhlasan jemaat untuk menopang  doa dan  dana bagi perjuangan SSI di tengah kekurangan dan kelebihan jemaat. “ Sang Pencipta bekerja secara ajaib di sini,”ujar Adel Marasut

Usai menonton film “Sangihe Melawan”, Elbi  Piter dari Bowone  diberi kesempatan menyampaikan isi hati dan spirit perjuangannya bersama SSI membebaskan Sangihe dari ancaman PT. TMS selama ini.

Elbi Piter mengucapkan apresiasi  dan terima kasih kepada Jemaat Imanuel – Kelling dan jemaat-jemaat GMIST bersama para Pendeta yang  konsisten dengan tulus mensuport perjuangan SSI selama ini.

“Semangat kebersamaan ini diharapkan menjadi panutan yang diharapkan bisa diteladani oleh jemaat-jemaat  lain di daratan pulau Sangihe,”tuturnya.

Doa bersama dan nyalakan lilin

Elbi juga mengisahkan pengalaman sedihnya pada saat mengadang  alat bor TMS di pelabuhan Pananaru-Sangihe.

Ia harus melewatkan Malam Natal 24 Desember 2021 yang khusuk di dalam gereja dengan berdiri di depan pelabuhan untuk mengusir alat bor PT.TMS agar segera diangkut lagi keluar dari pulau Sangihe.

Sementara, Jan Takasihaeng, Koordinator SSI yang hadir di acara tersebut sangat bangga dan terharu atas dukungan Jemaat-jemaat di Tagulandang.

“Sedangkan bapak/Ibu saudara di pulau Tagulandang, terbeban dan maju berjuang bersama menyelamatkan Sangihe, maka bagi kami SSI sebagai penghuni pulau Sangihe yang lahir besar di sana,  keselamatan Sangihe harga mati! TMS harus keluar dari Sangihe,” tegas Jan Takasihaeng.

“ Dan kami siap untuk berkorban nyawa sekalipun untuk ruang hidup kami,” tambahnya

Setelah selesai mendengarkan penyampaian dari SSI,  6 orang Pendeta perempuan memimpin doa  secara berantai yakni  Pdt. Indri M. Salindeho, M.Teol, Pdt. Feiby

P.Makakombo, S .Th, Pdt. Adeleide Marasut,S,Th., M.Si., Pdt. Yuanita G.Bawoleh,S.Teol, Pdt. Aristha Horman, S.Th., dan Pdt. Netty Topuh, S.Th.

Didaulat untuk menutup acara, Jull Takaliuang (Inisiator SSI) tak mampu menahan air mata haru, menghaturkan terima kasih tak terhingga.

“Dari Jemaat Imanuel Kelling – Balehumara Tagulandang terus mengalir kekuatan doa dan dukungan yang makin menumbuhkan kekuatan bagi SSI untuk mencapai tujuan yakni perginya TMS dari pulau Sangihe untuk selama- lamanya”,ujar Jull.

Tidak Banding

Sementara itu, Berita kemenangan gugatan  terhadap Ijin Lingkungan PT.TMS  oleh 56 orang perempuan dari Bowone dan Binebase  Sangihe, menjadi pemacu semangat mereka untuk terus berikhtiar dan perjuangan bersama SSI.

Bahkan, ketika  mendapatkan informasi resmi dan akurat bahwa Pihak tergugat Dinas Penanaman  Modal dan Perijinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)  dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sebagai tergugat I yang diwakili oleh Biro Hukum Kantor Gubernur Provinsi  Sulut tidak menyatakan banding ke Peradilan Tinggi TUN (Tata Usaha Negara)  – Makasar. (edl )