Banda Aceh (Independensi.com) – Guna mendukung pemerintah mengurangi angka stunting di Aceh, Kejaksaan Tinggi Aceh berinisiatif menyelenggarakan Program Adhyaksa Peduli Stunting dengan menggandeng BUMN/D dan organisasi profesi seperti IDI, IBI serta perguruan tinggi di Aceh.
Kepala Kejaksaan Tinggi Aceh Bambang Bachtiar mengatakan upayanya tersebut didasari Provinsi Aceh masuk kategori peringkat ke-3 di Indonesia dengan total 33,2 persen angka stunting nasional berdasarkan data Studi Status Gizi Nasional.
“Sehingga persoalan stunting bukan hanya terjadi di masa sekarang, tetapi akan menjadi masalah jangka panjang di Aceh,” kata Bambang dalam acara pemberian penghargaan kepada pimpinan BUMN/D di Aceh yang mendukung Program Adhyaksa Peduli Stunting di Aula Kejati Aceh, Selasa (28/3/2023).
Oleh karena itu, tutur Bambang, program stunting merupakan prioritas karena menyangkut masa depan anak bangsa yang harus diselamatkan. “Karena bagaimana kita bisa membangun Aceh jika modal dasarnya anak-anak Aceh mengalami stunting, terganggu perkembangan kognitif, intelegensia, dan kesehatannya,” ungkapnya.
Apalagi pihaknya menginginkan anak-anak Aceh dapat peluang dan kesempatan yang sama dengan anak-anak di daerah lain untuk menjadi anggota TNI, Polri, PNS maupun di Kejaksaan.
Saat ini, ungkap dia, program stunting dilakukan di wilayah Kejari Aceh Utara dan Aceh Timur sebagai pilot proyek. “Mudah-mudahan bisa jadi role model di Aceh maupun luar Aceh, dimana saya juga sudah perintahkan Kajari lainnya di Aceh untuk serentak melakukan program stunting.”
Dia menyebutkan sasaran atau target dari program ini adalah anak-anak tergolong stunting umur 0-24 bulan dan ibu-ibu hamil. “Total 100 anak stunting dan 50 ibu hamil akan kita pantau kehamilannya selama enam bulan,” sebutnya.
Adapun, kata dia, 100 anak dengan stunting ini akan diintervensi gizinya dengan memberikan paket peningkatan gizi seperti susu, biskuit makanan tambahan, dan vitamin yang akan diberikan selama enam bulan.
Selanjutnya, kata dia, akan dipantau perkembangannya melalui pemeriksaan kesehatan, tumbuh kembang anak oleh tenaga di Puskesmas meliputi antopometri seperti berat badan, tinggi badan, dan kognitifnya.
“Melalui program ini juga akan dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang merangsang kreativitas anak dan aktivitas fisik lainnya yang mendukung kesehatan anak,” ucap mantan Aspidsus Kejati Jawa Barat ini.
Sementara, kata dia untuk ibu hamil diberikan susu ibu hamil dan vitamin zat besi selama enam bulan serta memfasilitasi pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) setiap bulannya yang dilakukan para dokter dan bidan desa melalui bantuan Puskesmas.
“Difasilitasi juga kegiatan senam ibu hamil yang akan membantu kesiapan proses melahirkan bagi ibu hamil, penyuluhan dan edukasi untuk meningkatkan pemahaman kesehatan ibu hamil dan juga pentingnya ASI ekslusif,” ujarnya.
Kajati dalam kesempatan itu mengapresiasi Bank Aceh, Bank Syariah Indonesia (BSI), PT PLN, PTPN-1 dan PT Pupuk Iskandar Muda yang bersedia menjadi donatur program Adhyaksa Peduli Stunting melalui Corporate Social Responsiblity (CSR).
Sementara itu Dewan Pengawas Indonesia Health Observer (IHO), Syamsul Rizal mengapresiasi Kejati Aceh yang berinisiatif menyelenggarakan program peduli stunting yang bukan menjadi tugas pokok utamanya.
Syamsul mantan Rektor Universitas Syiah Kuala ini pun meyakini jika lebih banyak lagi instansi maupun BUMN dan BUMD terlibat membantu melalui CSR, maka program stunting ini 20 persen akan berhasil dicapai dalam tiga tahun mendatang. (muj)