Indonesia Dalam Genggaman China

Loading

Beberapa Negara dunia hari ini telah mulai menjauhkan diri dari ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Langkah-langkah ini telah di mulai oleh beberapa Negara seperti China, Rusia, dan sekutunya dalam aliansi dagang BRICS sesaat setelah Barat menjatuhkan sangsi terhadap Rusia.

Dalam hal ini juga Indonesia mengambil langkah serupa yang terlihat dari pertemuan Menteri Keuangan dan Bank Sentral Asean di Indonesia pada 30-31 Maret lalu yang menghasilkan poin untuk menghindari ketergantungan dolar.

Kemudian, secara khusus lima Negara Asean yakni, Indonesia, Thailan, Malaysia, Singapura, dan Filipina telah mengabil kebijakan menekan kerjasama transaksi pembayaran lintas batas sejak November 2022. Di tengah pelaksanaan KTT G2O di Indonesia, kerjasama pembayaran lintas batas 5 negara Asean mencakup kode QR,fast payment,data,RTGS,dan transaksi mata uang lokal. Kemudian dalam hal ini Indonesia berhasil mendorong lima anggota Negara Asean lainya untuk melakukan kerjasama melakukan transaksi meninggalkan dolar AS.

Untuk mengimbangi tekanan AS ke Indonesia, Indonesia harus bergabung dalam BRICS, karena Amerika Serikat punya Group of Save (G7).Sesuai dengan namanya, G7 merupakan lembaga skala dunia yang mencakupi tujuh Negara. Organisasi tujuh Negara maju dengan Ekonomi terbesar dunia. Umumnya yang dilakukan oleh organisasi ini ialah melakukan kolaborasi dalam rangka memecahkan masalah Ekonomi dunia.

Kenapa Indonesia harus bergabung di BRICS ?

Karena hari ini aliansi dagang ini adalah saingan Group of save (G7), dan G7 ini di kendalikan oleh AS. Negara yang tergabung dalam G7 ini juga adalah Negara besar seperti; Amerika Serikat, Britania Raya, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Perancis. Peluang besar kita untuk menghindari dolar dengan bergabungnya Indonesia ke dalam grup BRICS.

Grup BRICS ini adalah akronim dari Brazil,Rusia,India,China dan Afrika Selatan,yang merupakan 5 negara berkembang terdepan di dunia.

Peluang besar Indonesia untuk mengambil alih Freeport sangatlah besar apabilah kita menekan laju dolar melalui BRICS. Dengan ini Indonesia akan terhindar dari Bank Sentral yang di buat AS (World Bank Group). Bahkan jika Indonesia lebih kuat lagi, Indonesia harus menjadi pelopor untuk membangun kerjasama dengan beberapa Negara lain untuk bergabung di BRICS, seperti Turki,Meksiko,Argentina,Arab Saudi,UEA,Mesir dan sejumlah Negara Afrika lainnya.

Ini penting untuk meyatukan kekuatan agar menekan dolar menjadi penguasa mata uang dunia hari ini.

Di sisi lain sebenarnya China hari ini sedang merebut Indonesia dari AS. Proses itu dilakukan dengan cara yang sistematis yang dilakukan China,melalui kehadiran tenaga kerja China ke Indonesia. Kita jangan menganggap remeh dengan adanya tenaga kerja China dari tenaga kerja kasar sampai pada tenaga kerja ahli lainya.

Dengan adanya China memulai ketidaktergantungan dengan dolar AS, dari situ juga Indonesia akan terancam dengan terjadinya perang dagang antara China dengan Amerika Serikat. Keberadaan Indonesia sedang tertekan oleh China hari ini.

Apa yang membuat Indonesia tertekan oleh China ?

Hal dasar yang menjadi rujukannya adalah Indonesia dengan China telah membagun kerjasama dalam sektor ekonomi dan Infrastruktur. Melalui Menteri Pekerjaan Umum lah yang paling dominan di bangunya kerja sama antara China dengan Indonesia dalam sektor Infrastruktur. Dari tenaga kerja sampai pada kesediaan barang dalam pembangunan infrastruktur itu sendiri.

Hal tersebut dapat kita lihat dalam kerjasama jembatan Suramadu, jembatan Tayan, dan yang sedang berjalan saat ini adalah pembagunan Bendungan Jatigede dan Proyek kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Proyek Kereta Cepat Jakarta- Bandung saat ini mengalami pembengkakan biaya. Pemerintah Republik Indonesia (RI) tengah mencari cara untuk menutupi pembengkakan biaya, atau cost overrun dari proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCLJB), salah satunya dengan menarik utang senilai USD 550 juta, atau setara RP 8,36 triliun (kurs RP 15.200 per dolar AS) dari China Development Bank (CDB).

Dalam kasus pembangunan Kereta Cepat ini kita semakin terjepit utang oleh China.
Indonesia dan China telah menyepakati nominal pembengkakan biaya atau cost overrun untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Ada pun menurut BPKP pembengkakan biaya proyek kereta cepat mencapai USD 1,4 miliar, jauh lebih tinggi dari perhitungan China yang sebesar USD 190 Juta. Dan dalam pekerjaan ini ada penambahan biaya sebesar USD 1,2 miliar (unaudited).
Artinya pembengkakan ini di sebabkan dengan adanya pinjaman kembali kepada China Developmen Bank (CDB).

Negara Indonesia kembali utang pada China sementara hari ini juga sedang menekan dolar dari kekuasaanya menjadi mata uang dunia. Dan hari ini aliansi yang tergabung dalam BRICS yang dipelopori China sedang mengajak Indonesia agar bisa bergabung dalam alinasi ini, tujuanya adalah untuk menekan AS dan itu artinya Indonesia sedang di perebutkan oleh kedua Negara ini dan tujuanya adalah kepentingan ekonomi politik.

Hari ini Indonesia sedang dalam tekanan dua neraga besar ini, AS dan China. Dan kita sedang dalam genggaman China.

Opini oleh Ferdinando Saferi (Sekertaris DPD GMNI Provinsi Sulawesi Selatan)