Jakarta-Pengamat Sosial Hiski Darmayana mengingatkan masyarakat untuk tidak melakukan boikot kepada perusahaan publik lokal yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh orang Indonesia.
Hal itu diungkapkan Hiski menanggapi aksi boikot produk yang dituduh mendukung Israel.
“Memang seruan boikot marak terutama di media sosial belakangan ini, terhadap produk-produk yang dituduh milik Israel atau pro Israel. Sayangnya, seruan itu banyak salah sasaran,” ungkap Hiski, Minggu (22/12/2024).
Alumni FISIP Universitas Padjadjaran itu melanjutkan, sejumlah pihak menyerukan boikot terhadap produk perusahaan go public hanya karena sebagian kecil sahamnya dimiliki oleh investor asing.
Bahkan, sambung Hiski, ada produk dari perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki perusahaan dan warga Indonesia juga menjadi sasaran boikot hanya karena mereknya merupakan waralaba dari Amerika Serikat.
“Contohnya, KFC Indonesia yang dimiliki PT Fast Food Indonesia Tbk. Merek waralaba ini terkena boikot, padahal mayoritas saham perusahaan pemiliknya dimiliki oleh perusahaan dan warga Indonesia, bukan Amerika apalagi Israel,” ungkap Hiski.
Hiski mengungkapkan, 40 persen saham PT Fast Food Indonesia mayoritas dimiliki oleh Keluarga pengusaha Indonesia, Gelael melalui PT Gelael Pratama.
Selain itu, 35,84 persen sahamnya dimiliki grup usaha Indomesia, Salim Group melalui PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. Adapun sisa saham lainnya dimiliki oleh publik Indonesia, yakni sebesar 7,9 persen.
“Jadi KFC Indonesia ini bukan milik Amerika, apalagi Israel. Namun dengan fakta-fakta itu, KFC Indonesia tetap jadi sasaran boikot, akibatnya sampai Kuartal III tahun ini KFC Indonesia telah memberhentikan 2.274 karyawan,” ungkap Hiski.
“Sehingga aksi boikot salah sasaran ini merugikan sesama anak bangsa, bukan Israel. Maka masyarakat perlu terus diingatkan untuk tidak melakukan boikot kepada perusahaan publik lokal yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh perusahaan dan orang Indonesia,” pungkasnya.