Terlepas dari masalah tersebut, yang jelas kepandaiannya mendalang dan sebagai pranata cara, semuanya otodidak.
Dan, seperti para pendahulunya di bidang seni pedalangan, mas Kris pun kalau tampil mendalang, dia menguasai dengan baik dan benar 3 gagrag atau gaya pedalangan daerah asalnya yakni gagrag Banyumasan, Metaraman, dan gagrag Surakarta.
Secara pakem pedalangan ketiga gagrag tersebut tidak ada perbedaannya secara substansial. Yang membedakannya hanya satu yaitu empat tokoh ponokawan.
Kalau gagrag Metaram dan Surakarta ke empat ponokawan terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong. Akan tetapi gagrag Banyumasan terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bawor bukan Bagong.
Tokoh ponokawan bernama Bawor bicaranya khas Banyumasan yakni ngapak-ngapak yang sering dijadikan bahan guyonan sehari-hari bahwa (katanya) kalau tidak ngapak ora kepenak .. he he he.
“Leres, niku. Angger ora ngapak-ngapak orang kepenak,” kata mas Kris dengan logat Banyumasan yang sangat kental memungkasi obrolannya bersama independensi.com.
(Penulis: Like Wuwus)