Komisaris Utama PHE dan Dirut Pertamina Denny JA (kiri) di PT Pertamina, Jakarta, Jumat (25/7/2025).

Denny JA Gaungkan Semangat ‘Make Pertamina Great Again’: Kemandirian Energi Jadi Mandat Peradaban

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Komisaris Utama Pertamina Hulu Energi (PHE), Denny JA, menyuarakan sebuah visi ambisius yang ia rangkum dalam satu semboyan kuat: Make Pertamina Great Again. Gagasan ini lahir dari serangkaian dialog strategis dengan jajaran pimpinan Pertamina, termasuk Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, Direktur Utama PHE Awang Lazuardi, serta para komisaris dan pimpinan subholding lainnya.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada 25 Juli 2025, Denny JA menyampaikan bahwa masa kejayaan Pertamina di era 1970-an, khususnya di bawah kepemimpinan Ibnu Sutowo, perlu menjadi inspirasi sekaligus pijakan dalam membangkitkan kembali kejayaan energi nasional. Kala itu, produksi minyak Indonesia mencapai 1,2 juta barel per hari, menjadikan Indonesia eksportir utama energi dunia.

Namun, Pertamina tak lagi berada di puncaknya. Produksi kini turun ke sekitar 600 ribu barel per hari. Citra perusahaan sempat tercoreng oleh isu mafia impor, korupsi pengadaan, hingga beban utang yang menggunung, yang bahkan ikut memperparah krisis ekonomi 1998. Ironisnya, Petronas perusahaan minyak asal Malaysia yang dahulu berguru ke Pertamina kini telah menjelma menjadi pemain global dengan manajemen modern dan efisien.

Denny JA menyebut, “Jika kita ingin membuat Pertamina hebat kembali, maka perusahaan ini tak cukup dibangun sebagai entitas bisnis. Ia harus tumbuh sebagai gerakan nasional sebuah simbol bahwa bangsa ini sanggup berdiri di atas kakinya sendiri.”

Tiga Pilar Strategis

Dalam pertemuan strategis dengan Dirut Pertamina Simon Mantiri, Denny JA memetakan tiga pilar utama untuk membawa Pertamina kembali berjaya:

1. Target Produksi 1 Juta Barel per Hari
Dengan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR), eksplorasi aktif, serta percepatan perizinan migas, target ini dianggap realistis dalam jangka menengah.

2. Keterlibatan Swasta Seluas Mungkin
Pertamina didorong membuka pintu kolaborasi dengan sektor swasta melalui mekanisme transparan dan efisien, tanpa mengabaikan kepentingan nasional.

3. Membangun Ekosistem Energi yang Berkeadilan
Ditekankan pentingnya keberpihakan pada masyarakat dan daerah penghasil migas melalui program CSR yang menyentuh aspek pendidikan, kesehatan, budaya, hingga ekonomi lokal.

Revitalisasi Struktural dan Inovasi Budaya

Bersama dewan komisaris PHE yang dijuluki “The Fantastic Eight”, Denny JA mendorong revitalisasi struktur subholding dengan prinsip efisiensi dan transparansi. Tak hanya itu, ia juga menggagas inisiatif kebudayaan melalui Pertamina Peduli Budaya, yang akan mendukung festival seni seperti film, musik, dan sastra sebagai bagian dari pembangunan jati diri nasional.

“Bangsa yang besar bukan hanya ditandai oleh kekuatan ekonominya, tapi juga oleh kekayaan narasinya dan keberanian imajinasinya,” tegas Denny JA.

Langkah Menuju Energi Masa Depan

Di luar migas, Pertamina didorong untuk bertransformasi menuju energi hijau dan teknologi bersih. Investasi strategis pada biofuel, geothermal, dan energi surya menjadi langkah penting dalam menciptakan masa depan energi yang berkelanjutan dan tahan terhadap dinamika geopolitik.

Gagasan mendirikan Pertamina Energy Innovation Hub juga digulirkan sebagai tempat bertemunya akademisi, startup, dan industri untuk menghasilkan inovasi dalam sektor energi.

Dorongan Regulasi dan Identitas Sosial

Denny JA menekankan perlunya fast-track policy untuk menyederhanakan izin migas dalam satu pintu yang dipayungi oleh undang-undang khusus. Ini menjadi penting agar reformasi struktural tidak mudah tergerus oleh fluktuasi politik.

Ia juga menegaskan pentingnya keterkaitan antara energi dan budaya, menjadikan festival budaya bukan sekadar bentuk CSR, melainkan investasi sosial yang memperkuat identitas nasional.

Penutup: Merah Putih sebagai Semangat Kolektif

Visi Make Pertamina Great Again bukan sekadar jargon pribadi. Ia adalah seruan kolektif, yang menuntut sinergi dari pemerintah, sektor swasta, komunitas lokal, hingga para pelaku budaya.

“Jika semboyan itu berhasil,” kata Denny JA menutup pernyataannya, “itu karena kerja bersama dalam satu semangat: merah putih.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *