MAJALENGKA (IndependensI.com) – Terlahir dari keluarga religius, sosok politisi dan tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) ini sudah tak asing lagi bagi masyarakat Jawa Barat maupun Indonesia. Dia adalah KH Maman Imanulhaq.
Pria kelahiran Sumedang 49 tahun silam ini wajahnya sering wira-wiri di media nasional baik televisi, radio, cetak dan daring menyampaikan gagasan, ide, dan kritikannya dalam membangun bangsa ini.
Kang Maman sapaan KH Maman Imanulaq merupakan anak dari pasangan Drs. H. Abdurrochim (almarhum) dan Hj. Lalih Halimah (almarhumah) memiliki kemampuan di berbagai bidang mulai politik, agama, ekonomi, dan seni budaya.
Pemilik nama lengkap Maman Imanulhaq Faqih ini menghabiskan masa kecilnya di kampung halaman dan kemudian mengenyam pendidikan dasar di SDN Cimalaka III pada tahun 1978-1984. Kemudian Kang Maman meneruskan pendidikan di MTs dan MA Baitul Arqom Bandung Barat sambil mondok di Pesantren Baitul Arqom hingga tahun 1990.
Selama enam tahun menempa ilmu di Ma’had Baitul Arqom, dengan kedisiplinan belajar, berorganisasi serta keahlian berbahasa telah membentuk kepribadian Kang
Maman yang progressif, toleran, serta mempunyai kualitas spiritual yang penuh.
Kang Maman melanjutkan studi di STAI Majalengka untuk menepuh program sarjana pada 1995-2001. Tak hanya itu, ia juga sempat kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Darul Ulum Jombang.
Ia menikah dengan Upik dan dikaruniai tiga orang anak, yaitu Fahma, Hablie, dan Ghaitsa.
Selain di Baitul Arqom, Kang Maman melakoni silaturahmi ke beberapa ulama besar dan pesantren di Pulau Jawa, seperti Ua Khoer Afandi Manonjaya Tasikmalaya, Mama
Bantargedang, M’bah Dullah Salam di Kajen Pati Jawa Tengah, Kyai Mudzakir Pekalongan hingga mondok di Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur.
Tahun 1999, Kang Maman mendirikan Pondok Pesantren Al-Mizan di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat. Hingga kini, selain pesantren, Al-Mizan mengembangkan
lembaga-lembaga Pendidikan mulai dari TK, SDIT, MTs hingga SMA Islam dan SMK.
Melalui Pesantren Al-Mizan, Kang Maman terus aktif mengukuhkan spirit nasionalisme dan kebangsaan serta menanamkan nilai-nilai keagamaan dan kepesantrenan yang humanis, damai dan toleran yang menghargai perbedaan dan keberagaman kepada ratusan santri dan ribuan Jamaah Paguyuban Sholawat Akar Djati yang
diasuhnya.
Ia mengembangkan pesantrennya dengan berbagai program, diantaranya Program Out Bond (Pesantren Alam), mengembangkan pengajian dzikir & muhasabah, dan merintis Pesantren Budaya dengan Komunitas Gamelan Sholawat “Qi Buyut” sebagai maskotnya.
Anggota Komisi VIII DPR RI ini terus aktif berdakwah menyebarkan Islam damai dan toleran yang rahmatan lil alamin. Materi dakwahnya yang memperlihatkan pemihakan terhadap dhu’afa dan mustadh’afin, kepedulian pada ranah budaya lokal, merangkul kaum pinggiran (marginal) serta mensponsori kreativitas anak-anak muda, telah menjadikan sosok Kang Maman diterima oleh semua kalangan yang beragam.
Di samping aktif mengisi pengajian, Kang Maman rajin menghadiri diskusi-diskusi, seminar, worskhop, halaqoh budaya, kegiatan kesenian serta dialog lintas agama
dan kepercayaan.
Ia pun aktif di lembaga-lembaga masyarakat yang konsen pada isu-isu anti korupsi, transparansi anggaran serta kebijakan publik dan lingkungan hidup, seperti; Indonesia Corruption Watch (ICW), Komisi untuk Orang Hilang dan
Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK), Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (WALHI), Transparency Internasional Indonesia (TII), dan Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA).
Dengan ghiroh memperjuangkan maqashid syari’at Islam, yakni menegakkan nilai dan prinsip keadilan sosial, kemaslahatan umat manusia, kerahmatan semesta, dan
kearifan lokal, Kang Maman aktif di dalam kajian pemikiran Islam progressive di Fahmina Institute Cirebon, Akademi Entrepreneur Al-Biruni Ciwaringin Yayasan
Pendidikan Seni Nusantara Jakarta dan TGI (The Grage Institute).
Di tengah kekerasan dan diskriminasi atas nama agama dan kepercayaan yang mengungkung Indonesia, Kang Maman konsisten mendorong dan menyebarkan
pluralisme, toleransi dan keberagaman. Ia kerapkali membela dan menyuarakan hak-hak kelompok agama minoritas yang diabaikan.
Kiai yang memiliki minat dalam dunia sastra ini pernah berkeliling dalam Olimpide Kebudayaan berkeliling dalam kegiatan Syukur Pesisir. Bahkan pada Oktober 2003, Ia menjadi pembicara dalam Kongres Kebudayaan V di Bukittinggi, Sumatera Barat. Pada September hingga Oktober, ia singgah ke ke Amerika Serikat untuk menghadiri program Inter-religios Dialogue di Ohio University.
Kang Maman tercatat pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LD-NU) serta Pengurus Jamiyyah Thaoriqoh Al-Mu’tabor An-Nahdiyyah.
Dalam bidang politik, Maman Imanulhaq Faqih saat ini menjabat sebagai anggota DPR-RI periode 2019-2024 dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat 9, Kabupaten Majalengka, Subang dan Sumedang. Ia bertugas di Komisi VIII yang membidangi agama, sosial dan pemberdayaan perempuan.
Ia juga dipercaya pasangan Jokowi-KJ Ma’ruf Amin sebagai Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional Jokowi-KH Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 lalu.
Selain itu, Kang Maman juga saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Kerapatan Indonesia Tanah Air (KITA). (Chs)