JAKARTA (IndependensI.com) – Korea Utara meluncukan roket yang diduga sebagai peluru kendali balistik antarbenua (ICBM), Rabu (29/11/2017) pagi WIB.
Uji coba ini merupakan yang pertama dilakukan Korut dalam lebih dari dua bulan terakhir. Pentagon mengatakan bahwa ICBM tersebut terbang sekitar 1.000 kilometer sebelum jatuh di laut yang masuk zona ekonomi eksklusif Jepang.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyebut uji coba itu sebagai tindakan yang tidak dapat ditoleransi. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengecam sikap Pyongyang yang “sembrono”.
Angkatan bersenjata Korsel menanggapi peluncuran roket itu dengan menggelar latihan penembakan rudal balasan. Latihan seperti ini selalu digelar setiap Korut melakukan uji coba.
Sebelum hari ini, uji coba terakhir Korut dilakukan pada 15 September 2017. Setelah itu, negeri yang dipimpin Kim Jong-un berdiam diri sehingga sempat diduga sudah mau menerima desakan internasional.
Presiden AS Donald Trump menegaskan tidak akan mengurangi tekanan terhadap Korut. Tapi Menteri Luar Negeri Rex Tillerson mengatakan bahwa langkah-langkah diplomatik masih “terbuka dan mungkin dilakukan”.
Uji coba hari ini menjadi tes penembakan ICBM ketiga yang sukses dilakukan Korut. Rudal yang dapat dipasangi hulu ledak nuklir itu diperkirakan bisa mencapai wilayah Amerika Serikat.
Meski Pyongyang belum menguasai teknologi yang bisa meluncurkan roket ke atmosfer dan mengarahkannya kembali ke Bumi, para ahli mengatakan rudal mereka bisa digunakan untuk menyerang kota-kota besar di AS.
Ketegangan seputar program persenjataan Korut mencapai puncaknya setelah Pyongyang menggelar uji coba nuklir keenam yang tercatat sebagai yang terkuat pada September lalu. Korut kemudian menembakkan rudal jarak menengah ke wilayah Jepang.
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan uji coba hari ini lebih besar dibanding sebelumnya. Mattis juga mengatakan hal ini membuktikan bahwa Korut bisa membuat rudal yang dapat “membahayakan wilayah mana pun di seluruh dunia”.