JAKARTA (Independensi.com) – Ketua Penasehat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo), Handaka Santoso menilai ada tiga kelemahan sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) harus dibenahi agar UMKM lebih maju dan berkembang serta berdaya saing. Yaitu masalah kualitas, kuantitas dan kontinuitas.
“Ketiga itu harus menjadi perhatian kalangan pengusaha UMKM supaya bisnisnya bisa langgeng dan berkembang. Tanpa ada pembenahan ketiga hal itu akan berat untuk menghadapi persaingan, apalagi kalau ingin menembus pasar ekspor,” kata Handaka Santosa yang juga Presiden Direktur PT Out of Asia dalam Webinar Special Memperkokoh Peran Koperasi dan UMKM di Masa Pandemi yang digelar Independensi.com di Jakarta, Selasa (27/7/2021).
Menurut Handaka, pihaknya banyak membina sektor UMKM terutama yang di pusat-pusat perbelanjaan maupun minimarket yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari pengamatan di lapangan banyak yang tidak memperhatikan ketiga hal tersebut di atas.
Faktor kualitas produk sering tidak konsisten. Demikian pula kuantitas produk yang masuk di pasar swalayan, kadang banyak dan kadang sedikit, termasuk ukurannya. Misalnya pemasok jeruk ke swalayan, kadang dikirim besar, kadang kecil.
Dalam hal kontinuitas juga demikian, sehingga membuat konsumen kecewa. “Kalau ingin sukses dan maju, maka ketiga hal itu harus diperhatikan pengusaha yang bergeak di bidang UMKM.” Tegasnya.
Handaka yang mengaku sudah malang melintang selama 30 tahun dalam bisnis ritel sudah berkali-kali mengingatkan para pengusaha agar terus berbenah diri. Namun sejauh ini banyak yang belum mewujudkannya, sehingga wajar jika banyak pengusaha UMKM yang tidak berkembang, bahkan gulung tikar.
Dalam webinar yang dibuka Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dengan moderator pemerhati koperasi dan UKM Agus Muharram tersebut, Handaka Santosa yang juga Presiden Director Out of Asia tersebut menjelaskan bahwa UMKM binaannya di masa pendemi tetap eksis, terutama yang berbasis ekspor.
“Jumlah UMKM yang kami bina ratusan dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebagian besar malah mengerjakannya di rumah. Tapi mereka harus ikuti prosedur dan ketentuan yang kami tetapkan, khususnya dalam hal kualitas,” kata Handaka.
Sejauh ini, lanjutnya, usaha binaannya tetap beroperasi dengan baik karena produk UMKM binaanya berorientasi ekspor. Selama pandemi covid-19 tidak terdampak, malah meningkat jumlah ekspornya,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Handaka Santosa juga mengungkapkan bahwa ada beberapa kendala lain dalam membina dan mengembangkan UMKM yang begitu banyak, terutama dalam hal permodalan. “Kami membutuhkan modal untuk membeli bahan baku untuk diberikan ke para pengusaha. Kualitas bahan harus sesuai standar kita. Jadi, kita yang suplai bahan baku dan mereka yang mengerjakan sampai produk jadi,” tambahnya.
Dalam webinar Independensi.com ini juga tampil sebagai pembicara Presiden Direktur Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (BMI), Kamaruddin Batubara, Direktur Kelembagaan dan Perencanaan PT Permodalan Nasional Madani (PMN), Sunar Basuki, dan pembicara utama Ahmad Zabadi, Deputi Perkoperasian Kemenkop dan UMKM mewakili Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki. (kbn)