JAKARTA (Independensi.com) – Berbanding terbalik dengan sebagian besar sektor industri yang harus berjibaku melawan tekanan akibat pandemi COVID19, industri farmasi dan kesehatan justru seolah mendapatkan momen yang tepat untuk menangguk untung. Tak terkecuali bisnis rumah sakit swasta. Dengan adanya pandemi saat ini, tingkat kebutuhan masyarakat terhadap berbagai layanan kesehatan seketika melesat kencang. Seperti halnya yang dirasakan oleh perusahaan pemilik jaringan rumah sakit Siloam, yaitu PT Siloam International Hospitals Tbk.
Bila pada Semester I/2020 lalu perusahaan milik Keluarga Riady ini diketahui masih menderita kerugian alias minus Rp130,04 miliar, kini pada Semester I/2021 neraca keuangan negatif itu berhasil diputar balik menjadi cuan dengan catatan laba bersih mencapai Rp291,54 miliar. Sebagaimana tergambar lewat laporan keuangan perusahaan, kemampuan SIloam mengubah tekor menjadi tokcer tak lepas dari realisasi pendapatan perusahaan yang melesat hingga 50,79 persen di sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Bila pada semester I/2020 lalu nilai pendapatan Siloam masih tercatat sebesar Rp2,51 triliun, maka pada semester I/2021 ini perusahaan dengan kode saham SILO itu mampu meraup pendapatan sebesar Rp3,81 triliun.
Pertumbuhan pendapatan sebesar itu, berdasarkan data kinerja keuangan perusahaan, nampak ditopang oleh layanan rawat inap, yang mampu berkontribusi hingga 54,59 persen terhadap keseluruhan nilai pendapatan Siloam pada semester I/2021. Tepatnya, dalam periode Januari hingga Juni 2021 bisnis layanan rawat inap Siloam mampu meraup pendapatan hingga Rp2,08 triliun, melonjak drastis dibanding perolehan pendapatan jasa rawat inap pada semester I/2020 yang masih sebesar Rp1,36 triliun. Sedangkan pendapatan dari layanan rawat jalan nampak tumbuh dari semula Rp1,15 triliun menjadi Rp1,73 triliun untuk perbandingan periode yang sama.
Tak hanya ekspansif dalam hal pendapatan, moncernya kinerja Siloam juga didapat dari kesuksesan manajemen dalam memangkas beban keuangan dari semula Rp85,88 miliar pada semester I/2020 menjadi hanya Rp32,84 miliar pada semester I/2021 lalu. Di lain pihak, pendapatan bunga perusahaan juga mengalami lonjakan signifikan, yaitu dari semula hanya Rp4,04 miliar menjadi Rp7,92 miliar. Sementara dari segi kepemilikan aset per Juni 2021 juga terlihat penambahan, dari semula tercatat sebesar Rp8,43 triliun pada semester I/2020 menjadi Rp8,73 triliun pada posis akhir semester I/2021.
(TSP)