JAKARTA (Independensi.com) – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mendorong keterlibatan akademisi dan para ahli khususnya yang tergabung dalam Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) untuk memanfaatkan inovasi dan teknologi dalam memitigasi dan mengantisipasi hidrometeorologi. Salah satunya dampak dari fenomena badai La Nina yang diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan terjadi pada akhir tahun 2021 dan awal 2022.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah mengatakan dengan besarnya tantangan pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) seperti prasarana pengendali banjir, kita perlu memanfaatkan kemajuan teknologi digital untuk pengelolaan SDA yang terpadu (Integrated Water Resources Management – IWRM) dan diwujudkan melalui penerapan Smart Water Management System (SWM).
“Pengelolaan SDA dapat dilakukan dengan lebih baik dan berkelanjutan, dengan decision support system yang handal berbasis sistem cerdas,” kata Sekjen Zainal Fatah saat membacakan sambutan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono pada acara Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Ke-38 HATHI dan Seminar Internasional HATHI Ke-7 di Kota Surabaya, Sabtu (30/11/2021).
Sekjen Zainal Fatah menuturkan melalui Pertemuan Ilmiah Tahunan dan Seminar Internasional ini diharapkan HATHI dapat menemukan terobosan baru agar kita semakin siap dan siaga akan kejadian La Nina tahun ini. HATHI sebagai wadah dan sarana para engineers untuk berkarya, diharapkan dapat memberikan solusi kerekayasaaan yang handal dalam menjawab tantangan pengelolaan SDA di Indonesia.
“Saya ingin mengingatkan kembali bahwa dalam melaksanakan pengelolaan SDA yang berkelanjutan, keterpaduan pendekatan secara struktural dan non struktural sangat penting. Selain itu, pendekatan pengelolaan yang bersifat non-engineering juga tidak kalah penting. Partisipasi seluruh pemangku kepentingan, terutama kelompok masyarakat perlu didorong agar dapat diposisikan sebagai pemeran utama,” ujar Sekjen Zainal Fatah.
Menurut Sekjen Zainal Fatah, hasil kajian dari beberapa pihak menunjukkan bahwa kecenderungan peningkatan kejadian bencana hidrometeorologi merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim global. Untuk negara tropis seperti Indonesia, perubahan iklim ini berdampak pada meningkatnya variabilitas pola dan intensitas hujan.
Sebagai upaya mengantisipasi fenomena badai La Nina, Kementerian PUPR telah menyiapkan sejumlah langkah seperti mengaktifkan Satgas Penanggulangan Bencana Pusat untuk melakukan monitoring terhadap semua infrastruktur yang ada di Indonesia agar bisa mengetahui volume banjir yang bisa ditampung. Kemudian juga melaksanakan Standar Operasi Prosedur (SOP) siaga bencana seperti mengosongkan 205 bendungan dengan volume tampungan sebesar 4,7 miliar m3.
Selanjutnya membuka seluruh pintu pengeluaran 12 kolam retensi dengan volume tampungan 6,8 juta m3 dan bendung gerak dengan volume tampungan 65,8 juta m3, mengempiskan 12 bendung karet dengan volume tampungan 7,3 juta m3, membuka tunnel pengendali banjir dan floodway, dan mengoperasikan 192 unit pompa pengendali banjir dengan kapasitas 263,4 m3/detik.
Prediksi La Nina juga digunakan untuk mengantisipasi kecelakaan konstruksi pada pembangunan bendungan on-going dengan menempatkan petugas di hulu Coffer Dam sejauh 5 –10 km, untuk mengamati pola debit air yang masuk di sungai yang sedang dibangun bendungannya. Selain juga menginventarisasi bahan banjiran yang ada di masing-masing BBWS/BWS yang tersebar di 34 provinsi seperti geobag dan kawat bronjong serta alat berat seperti dump truck, excavator, dan perahu karet, termasuk kesiapsiagaan petugas.(wst)