JAKARTA (Independensi)- SETARA Institute menunjukkan meningkatnya tren intoleransi terhadap keberagaman intra-agama di Indonesia
Syera Anggreini Buntara,Peneliti Kebebasan Beragama/Berkeyakinan SETARA Institute mengungkapkan, hal itu tampak dari fakta pada tahun 2022, ketika masjid adalah rumah ibadah yang mengalami gangguan terbanyak, yaitu 15 peristiwa.
“Dan perlu digarisbawahi bahwa sebagian besar masjid yang menjadi objek gangguan adalah Masjid Ahmadiyah dan masjid-masjid lain yang ‘berbeda’ dari kelompok muslim arus utama atau mainstream,” ujar Syera dalam keterangan tertulisnya, Kamis (17/11/2022).
Untuk diketahui, data terbaru SETARA Institute dari Januari 2022 hingga akhir September 2022 menunjukkan, terdapat setidaknya 32 peristiwa gangguan rumah ibadah.
Syera melanjutkan, dalam kasus penolakan dan gangguan terhadap masjid, mayoritas gangguan datang dari sesama muslim dan terjadi di wilayah mayoritas Islam.
Maka, mengingat meningkatnya tren intoleransi terhadap keberagaman intraagama, SETARA pun menyatakan pemerintah tidak hanya perlu menggencarkan dialog antariman, tetapi juga semakin mengintensifkan dialog intraiman.
“Dialog intraiman tersebut diharapkan dapat meningkatkan literasi akan keberagaman intraagama, meningkatkan kohesi sosial di tengah perbedaan keberagamaan di dalam dan antar agama, serta mewujudkan kerukunan di dalam dan antar umat beragama,” ujar Syera.