Pekanbaru (Independensi.com) –Pembangunan Sekolah Tinggi Theologia Arastamar Riau (STT STAR), ditengarai tanpa resapan limbah. Dua kali sehari, Lamtiur Silitonga (78), harus menahan bau busuk yang sangat menyengat dari komplek STT STAR.
Ratusan orang anak sekolah dan mahasiswa yang menimba ilmu di STT STAR, setiap hari membuang limbah tanpa lebih dulu di resap, mengalir kebawah lewat parit yang dibangun secara ‘serampangan’.
Kebetulan kediaman kami berada di bagian bawah, otomatis semua limbahnya tumpah-ruah ke lokasi kami. “Baunya tak kepalang tanggung,” kata Lamtiur Silitonga (78) janda almarhum M Albert Siahaan di lokasi kepada rombongan Lurah Bencah Lesung Alwis Septian S.STP.MSi.
Rasa kecewa juga disampaikan Hotmaruli Tua Siahaan, karena melihat kurangnya kepedulian pengelola STT STAR terhadap lingkungan. Sudah puluhan tahun orang tua saya tinggal di daerah ini, jauh sebelum keberadaan STT STAR, kata Hotmaruli Tua Siahaan.
Menurut Hotmaruli Tua Siahaan, di komplek STT STAR itu, juga didirikan sekolah TK, SD, SMA hingga Sekolah Tinggi Theologia Arastamar Riau. Bahkan di komplek itu, mereka membangun rumah kost atau asrama sebagai sarana tempat tinggal siswa.
Coba kita bayangkan, apakah limbah dari ratusan orang itu tidak membahayakan bagi keluarga kami yang tinggal di sekitar ini, kata Hotmaruli Tua dengan nada kesal pada rombongan Lurah yang turun melihat langsung keadaan lapangan,
Sanggup Manullang perwakilan STT STAR yang ikut bersama Lurah dan aparat lainnya meninjau aliran limbah di pekarangan Lamtiur Silitonga, buru-buru minta ijin pulang karena ada kepentingan lain. Sementara Pdt Binsar Sitohang salah seorang pimpinan di STT STAR saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, menyarankan agar wartawan menghubungi bagian humas.
Usai meninjau saluran limbah dari komplek STT STAR yang melintasi pekarangan keluarga Siahaan, Lurah Bencah Lesung Alwis Septian kepada Independensi.com mengatakan, peninjauan lapangan ini dilakukan karena tidak adanya kata sepakat saat dilakukan mediasi di kantornya.
Hanya saja kata Alwis, saat mediasi tadi, Sanggup Manullang yang mengaku sebagai Humas dan mewakili STT STAR, minta waktu 3 bulan dilakukan perbaikan saluran limbahnya.
Kita berikan waktu 3 bulan untuk dilakukan perbaikan, tapi jangan lagi seperti ini, kata Lurah sambil menunjuk saluran limbah yang sudah amblas ketanah. Kita harapkan, STT STAR, agar membangun resapan limbah di sekitar komplek sekolahnya.
Apalagi posisi bangunannya di atas, otomatis semua limbahnya akan langsung mengalir kebawah ini. Aturannya, mereka lebih dulu membangun resapan, lalu salurannya dibuat tertutup dari beton agar limbahnya tidak menguap.
Bagaimana jika dalam waktu 3 bulan belum ada perbaikan ujar Donal Sinaga dari keluarga Siahaan, Alwis Septian langsung meminta pada Rizki Ananta selaku notulen rapat, agar hasil mediasi dibuat tertulis. “Suruh kedua belah pihak menandatangani hasil mediasi, agar di ingat,” kata Lurah.
(Maurit Simanungkalit)