Foto : Plt Bupati Gresik Aminatun Habibah saat membuka kegiatan advokasi dan inisiasi pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Al Mustofa Desa Sidoraharjo Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik. 

Plt Bupati Gresik Minta Pesantren Jadi Lembaga Pendidikan Ramah Anak

Loading

GRESIK (independensi.com) – Lembaga pendidikan berbasis agama (Pondok Pesentren) yang berada di wilayah Kabupaten Gresik Jawa Timur, diharuskan bisa menjadi ruang aman dan nyaman bagi anak. Serta bebas dari kekerasan dan perundungan (bullying) saat sedang menjalani akitivitas belajar. 

Hal itu disampaikan Plt Bupati Gresik Aminatun Habibah saat membuka kegiatan advokasi dan inisiasi pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Al Mustofa Desa Sidoraharjo Kecamatan Kedamean, Kabupaten Gresik.

“Hadirnya anak-anak ini bukan hanya tanggung jawab pendidik atau guru maupun orangtua, tetapi juga tanggung jawab bersama masyarakat. Sinergi dan kolaborasi antara berbagai pihak ditekankan untuk mewujudkan pesantren yang bebas dari kekerasan dan bullying,” katanya, Senin (18/11).

Ia berharap, melalui sosialisasi ini dapat meningkatkan pemahaman kita semua mengenai perlindungan anak. Serta menjadikan kegiatan ini sebagai komitmen bersama mengenai perlindungan anak di Kabupaten Gresik.

“Kegiatan advokasi dan inisiasi pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak ini sudah dilaksanakan di beberapa tempat. Maksud dari Pemkab Gresik yaitu meminimalisir kekerasan pada anak tidak terjadi di kota santri (sebutan lain Kota Gresik.),” tuturnya.

Menurutnya, diperlukan komitmen bersama diantara pendidik, pimpinan atau pengasuh dan santri bahwa pendidikan berasrama berbasis agama ini harus memberi ruang aman dan nyaman bagi anak dalam menempuh pendidikan.

“Upaya ini, untuk memperkuat orientasi dan komitmen para pihak dalam rangka memajukan, memenuhi, melindungi serta menghormati hak-hak anak,” tegasnya.

Di tambahkannya, para guru diharapkan bisa memiliki kedekatan hubungan emosional yang lebih terhadap para santrinya. Agar dalam proses transfer ilmu yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar.

“Anak-anak adalah masa depan kita, dan perempuan adalah tiang keluarga. Kita harus memastikan bahwa mereka terlindungi dari segala bentuk kekerasan,” pungkasnya. (Mor)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *