BEKASI (IndependensI.com)- Biasanya berdasarkan pengalaman, pada bulan Juli, Agustus dan September setiap tahun saat kemarau, pencemaran di Kali Bekasi, sangat parah. Padahal, air kali ini oleh Perum Jasa Tirta (PJT) II dijadikan sebagai sumber air baku buat perusahaan daerah air minum (PDAM), selain dari Sungai Tarum Barat atau Kalimalang.
Pada saat kemarau dampak limbah yang sudah mengkhawatirkan, air kali ini sudah tak laik diolah sebagai air baku PDAM. Kalau musim hujan, kendati limbah tetap ada, tapi air Kali Bekasi masih dapat diolah dicampur dengan air dari Tarum Barat Kalimalang.
Kali Bekasi, merupakan pertemuan Sungai Cikeas dan Cilengsi dari Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Dan ternyata, sejak dari hulu di Bogor, air sudah tercemar. Diduga kuat akihat limbah industri mengingat di sisi Sungai Cilengsi banyak pabrik atau industri berdiri.
Giliran di wilayah Kota Bekasi, tiga tahun lalu diketahui ada sedikitnya 12 pabrik di sisi Kali Bekasi yang berpotensi melakukan pencemaran. Ke 12 pemilik perusahaan itupun, sudah sempat dipanggil dan membuat surat pernyataan tidak membuang limbah ke Kali Bekasi. Itu terjadi saat Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi dijabat Dadang Hidayat.
Kemudian, awal 2018, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, menyegel dua pabrik di tepi Kali Bekasi. Lalu, pekan lalu, Kepala Dinas LH Kota Bekasi Jumhana Lutfi, juga menyegel satu pabrik karena melakukan pencemaran.
Namun hingga saat ini, belum satu pun pelaku pencemaran dibawa ke jalur hukum di pengadilan. Padahal, pencemaran hingga saat ini, terus terjadi hingga PDAM Tirta Patriot dan PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi, sudah sering menghentikan produksi akibat limbah, sebagaimana diberitakan sebelumnya.
Pintu Air
Terkait hal itu, Direktur Utama PDAM Tirta Patriot Bekasi, Solihat P ST mengemukakan, jika saat kemarau dan terjadi pecemaran parah di Kali Bekasi, dan pihaknya tak mungkin mengolah air kaki ini sebagai air baku PDAM, sementara air dari Saluran Tarum Barat Kalimalang, tidak mencukupi, pihaknya mengharapkan ada solusi.
Dikatakan, jika air Kalimalang setelah Sipon Bendung Bekasi, sebagian besar diprioritaskan ke Jakarta, dan PDAM Tirta Patriot serta PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi hanya kebagian sedikit, pihaknya mengusulkan dapat mengambil air Kalimalang sebelum Sipon Bendung Bekasi.
“Ada wacana air Kalimalang sebelum Sipon Bendung Bekasi, dapat diambil dan di sana dibangun pintu air sehingga air baku pasokan ke Jakarta tidak terganggu,” katanya kepada Independensi.com, Kamis (23/8/2018).
Kemudian, air Kalimalang sebelum Sipon Bendung Bekasi, dapat dialirkan menggunakan jaringan pipa ke Pintu Air Nowo di Jalan Veteran Bekasi Selatan. Panjang pipa yang dibangun hanya sekitar dua kilo meter dan biayanya sekitar Ro 12,5 miliar, kata Solihat.
Dari Pintu Air Nowo kemudian air dialirkan ke saluran irigasi depan Asrama Haji Jawa Barat hingga ke intik PDAM Patriot Bhagasasi di Jalan Perjuangan Bekasi Utara. Kemudian, air itu juga sebagai pasokan air baku untuk kebutuhan PDAM Tirta Bhagasasi Cabang Babelan, Pondokungu dan Tarumajaya, Solihat menambahkan.
Namun jika air Kali Bekasi dapat diolah sebagai bahan air baku PDAM, dan upaya pencemaran dapat diatasi, pintu air sebelum Sipon Bendung Bekasi, dapat ditutup.
“Jadi itu sifatnya tidak permanen, dan hanya dapat digunakan jika air Kali Bekasi tidak dapat diolah. Sifatnya itu hanya dalam keadaan darurat saja,” tambahnya. (jonder sihotang)