JAKARTA (Independensi.com) – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menerapkan inovasi bendung karet dalam rangka mendukung ketahanan air dan pangan di Indonesia. Bendung karet merupakan kantong karet yang dipasang melintang sungai atau saluran air untuk menaikan tinggi muka air sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengairi saluran irigasi, penyediaan air baku maupun sarana pengendali banjir.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan dukungan inovasi dan teknologi diperlukan dalam pembangunan infrastruktur untuk menjadi lebih baik, cepat, dan lebih murah. Pemanfaatan teknologi yang tepat guna, efektif, dan ramah lingkungan juga didorong guna menciptakan nilai tambah dan pembangunan berkelanjutan sehingga manfaat infrastruktur dapat dirasakan generasi mendatang.
Secara teknis pengoperasian teknologi ini dilakukan dengan memompa air/udara pada bendung karet untuk menahan aliran air. Saat karet menggelembung aliran air sungai akan tertahan untuk menaikkan tinggi muka air. Sebaliknya dengan mengempiskan secara manual atau otomatis dapat menurunkan tinggi muka air sesuai dengan kebutuhan. Bahkan dapat dibuat rata penuh dengan dasar sungai/saluran.
Bendung Karet memiliki beberapa keunggulan diantaranya waktu pelaksanaan pembangunan relatif cepat dan sederhana, bentang gate panel dapat lebih panjang (maksimum 100 meter), tanpa/sedikit pilar, tubuh bendung fleksibel dapat mengikuti bentuk pondasi, konstruksi sub struktur (pondasi) relatif lebih ringan sehingga biaya lebih murah dan fleksibel terhadap penurunan tanah, sistem pengoperasian dan pemeliharaannya tidak membutuhkan daya dan biaya yang besar serta tidak perlu perawatan dengan pengecatan karena tidak korosi.
Teknologi ini telah diterapkan Kementerian PUPR di beberapa wilayah di Indonesia diantarannya di Kali Perawan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Ditjen Sumber Daya Air yang terletak di Indramayu, Provinsi Jawa Barat pada 2017. Pembangunan bendung ini telah memberikan manfaat untuk mengairi area irigasi pertanian seluas 308 hektar, pasokan air irigasi seluas 2.307 hektar serta mendukung suplai air tawar industri perikanan seluas 200 hektar.
Pembangunan Bendung Karet juga dilakukan BBWS Pemali-Juanda Ditjen SDA untuk pengendalian banjir akibat luapan sungai Kanal Banjir Barat (KBB) di Kota Semarang. Pada saat musim hujan, air yang masuk di Sungai KBB akan ditahan bendung tersebut. Saat ketinggian air mencapai elevasi 2,5 meter, maka air langsung didorong oleh karet bendungan ke hilir sungai dan masuk ke laut. Sementara pada musim kemarau bendung karet sepanjang 155,5 meter tersebut juga berfungsi sebagai long storage yang dapat menampung sekitar 700.000 m3 air.
Selanjutnya Bendung Karet juga dibangun oleh BBWS Bengawan Solo di Kali Pepe, Tirtonadi, Kota Solo. Teknologi Bendung Karet di Solo dilengkapi dengan gate panel yang terbuat dari baja dengan ketebalan 16 mm dan tinggi 305 cm saat pembendungan dan 32 cm saat kondisi flat. Saat musim kemarau, bendung akan ditutup untuk menahan aliran air sungai dengan daya tampung sebesar 1 juta m3 dan panjang 1,5 km.
Sementara pada musim penghujan akan dibuka dengan kapasitas pengaliran sebesar 1.048 m3/detik, atau lebih besar dari debit awal 390 m3/detik. Kehadiran bendung ini diharapkan dapat mengurangi risiko banjir seluas kurang lebih 110 hektar di Kecamatan Banjarsari dan kurang lebih 80 hektare di Kecamatan Pasar Kliwon dan Laweyan. (wst)