PENGANTAR – Bagi dunia perguruan tinggi kegiatan pengabdian masyarakat merupakan hal biasa dan lumrah. Lapangan untuk melakukan pengabdian masyarakat pun sangat terbuka luas dan tergantung visi dan misi dari kampus masing-masing. Namun apa yang dilakukan dosen dan mahasiswa FISIP Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta ini cukup langka dan menjadi sangat aktual, relevan dengan situasi kekinian, ketika bangsa ini berupaya menumbuhsuburkan kembali benih-benih Pancasila sebagai lambang negara dan pemersatu bangsa, ditengah ancaman pergeseran nilai-nilai luhur bangsa oleh kaum radikalis, teroris dan anti toleran. Apa yang dilakukan dosen dan mahasiswa ini patut diacungi jempol. Berikut laporan kegiatan masyarakat yang dituliskan oleh Anwar Ilmar untuk portal berita IndependensI.com. Selamat membaca.
***
SEGENAP dosen, dan mahasiswa program studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta (UTA’45 Jakarta) melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat, berupa pendidikan politik sejak usia dini untuk anak-anak masyarakat di kawasan kolong Jembatan Tiga, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (09/6/2017). Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan bukti kesungguhan insan akademis prodi Ilmu Politik UTA’45 Jakarta dalam mengamalkan nilai-nilai Tridarma Perguruan Tinggi.
Sesuai dengan visi dan misinya, UTA’45 Jakarta secara konsisten terus menyelenggarakan kegiatan akademik untuk menjadi universitas terbaik di Jakarta. Salah satu caranya yakni melalui kegiatan pengabdian masyarakat, yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Adapun tema dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah: “Pembentukan Nation and Character Building Melalui Pendidikan Multikulturalisme Pada Masyarakat Jembatan Tiga Penjaringan Jakarta Utara”. Tema ini diambil sebagai wujud konsistensi UTA’45 Jakarta sebagai kampus atau Universitas yang menjadikan Pancasila sebagai urat nadi perjuangan.
Pendidikan Pancasila dalam bentuk pendidikan multikulturalisme saat ini memiliki urgensi yang kuat jika melihat situasi negara dan bangsa ini yang kian mengkhawatirkan akibat merebaknya politik identitas dan sikap antiperbedaan akhir-akhir ini. Ruang publik diwarnai dengan berbagai ekspresi kekerasan baik fisik maupun verbal antar kelompok identitas.
Gotong royong yang menjadi intisari Pancasila dan nilai luhur Bangsa Indonesia telah luntur oleh sikap individualisme dan egoisme identitas. Universitas sebagai agen perubahan tidak boleh berdiam diri seperti menara gading. Universitas semestinya secara proaktif terus menyalakan cahaya kebajikan untuk mencegah kebobrokan peradaban, dan mendorong lahirnya generasi-generasi penerus penjaga peradaban.
Oleh karena itu, prodi ilmu politik UTA’45 Jakarta mengambil peran ini untuk membentuk generasi-generasi Pancasila yang dapat memuliakan kembali peradaban bangsa. Kegiatan pendidikan multikulturalisme ini diikuti oleh 54 orang anak warga kolong Jembatan Tiga. Kegiatan dilakukan melalui interaksi langsung dan intensif dengan anak-anak dan disertai games edukatif untuk menciptakan suasana riang dan gembira.
Selain itu, bertepatan dengan bulan Ramadhan, kegiatan pengabdian masyarakat ini juga diisi dengan acara buka puasa bersama untuk menambah kehangatan bersama anak-anak sekaligus mempererat rasa solidaritas di kalangan civitas akademik prodi ilmu politik UTA’45 Jakarta.
Mereka adalah anak-anak dari kelompok masyarakat yang termarjinalkan dari kemilau Ibukota Jakarta. Gelapnya kolong jembatan yang mereka huni telah menciptakan kesadaran anak-anak tersebut yang suram akan masa depannya. Sikap malu dan inferior dapat dirasakan dari interaksi dengan anak-anak warga kolong Jembatan Tiga.
Tentunya ini membutuhkan pendampingan dan pendidikan khusus yang berkelanjutan. Dalam hal ini, prodi Ilmu Politik UTA’45 Jakarta berkomitmen akan terus memberikan pendampingan dan pendidikan berkelanjutan demi membentuk generasi-generasi Pancasila. (Anwar Ilmar, Dosen Ilmu Politik UTA’45 Jakarta)