YOGYAKARTA (independensi.com) – Dunia internasional sepakat bahwa pengelolaan hutan secara berkelanjutan, memberikan manfaat yang optimal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya perwakilan 15 negara di dunia dari berbagai stakeholder, dalam konferensi International Conference of Indonesian Forestry Researchers (INAFOR) yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Yogyakarta, Senin (24/07/2017).
Mewakili Menteri LHK, Kepala Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi (BLI) KLHK, Dr. Henry Bastaman menyampaikan bahwa dalam mengelola hutan lestari perlu pendekatan pengelolaan hutan tanaman dalam menyeimbangkan produksi dan keberlanjutan. “Pengelolaan hutan tanaman perlu menyeimbangkan tuntutan baru dan pertumbuhan dengan kebutuhan berbasis tradisional dan berbasis masyarakat,”ujar Henry.
Salah satu upaya yang tengah digiatkan BLI KLHK saat ini, disampaikan Henry, yaitu pengembangan tanaman bioenergi melalui penanaman di lahan bekas kebakaran, khususnya di kawasan gambut. Hal ini sekaligus mendukung upaya restorasi kawasan ekosistem gambut.
Acara yang berlangsung dari tanggal 24-27 Juli ini, dihadiri oleh para peneliti dan ilmuwan yang tergabung dalam International Union of Forest Research Organization (IUFRO). Adapun tema kali ini adalah “Promoting Sustainable Resources from Plantations for Economic Growth and Community Benefits” (Mempromosikan Sumberdaya Berkelanjutan dari Hutan Tanaman untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Manfaat Masyarakat).
Terkait hal ini, Henry menyampaikan terdapat empat hal perlu dilakukan, yaitu mengendalikan penyalahgunaan hutan tanaman dan mempromosikan pengelolaan berkelanjutan; mempromosikan pembangunan ekonomi lokal melalui keberlanjutan hutan tanaman; mendorong kepemimpinan lokal dan desentralisasi tata kelola kehutanan ke tingkat masyarakat; dan dukungan dari instansi pemerintah secara kontinu bagi masyarakat lokal.
Turut hadir dalam acara ini mewakili Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sekretaris Daerah Provinsi DIY, Sulistyo. Beliau berpesan kepada para ilmuwan agar dapat belajar secara langsung, bukti sejarah dan upaya restorasi ekosistem di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), sehingga dapat menghasilkan penelitian-penelitian yang aplikatif.
Selain presentasi ilmiah, dalam acara ini juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara KLHK dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Provinsi Bangka Belitung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Mulawarman dan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Tidak ketinggalan, dilakukan kegiatan penanaman tanaman endemik di kawasan TNGM oleh Kepala BLI, Duta Besar Finlandia, Gubernur Provinsi Bangka Belitung, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY, dan beberapa peserta IUFRO-INAFOR Tahun 2017. Jenis-jenis yang ditanam antara lain adalah Puspa, Nogosari, Pronojiwo, Tesek, dan Berasan. Kegiatan ini sekaligus merupakan upaya restorasi kawasan TNGM yang terkena dampak erupsi tahun 2010.
IUFRO-INAFOR Tahun 2017 merupakan yang keempat kalinya diselenggarakan sejak tahun 2011, dan bertujuan untuk memperoleh rekomendasi kebijakan strategis dan implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dalam pengelolaan hutan tanaman untuk kesejahteraan masyarakat. Terdapat enam topik utama konferensi ini, yaitu Plantation management for sustainable protection, Diseases and pests, Genetics and breeding, Risk and mitigation, Forest based products for greener future, dan Forests for community benefits.
Implementasi IPTEK BLI ini menjadi ruang lingkup beberapa kerjasama antara BLI KLHK dengan pemerintah daerah dan institusi pendidikan, antara lain yaitu pengembangan tanaman bioenergi dan bioethanol, serta pengembangan inovasi pengolahan aren menjadi bioethanol.(pr/effatha tamburian)