Prabowo : Panggilan Jabatan “Presiden” untuk SBY Melekat

Loading

JAKARTA (Independensi.com)  – Pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Cikeas, Kamis (27/7/2017) malam diakhiri dengan memberikan pernyataan sikap kedua pemimpin terhadap beberapa perkembangan situasi di dalam negeri.

Ada beberapa poin penting dalam pertemuan kedua pemimpin partai politik itu yang diawali dengan acara makan bersama dengan santapan nasi goreng. Adalah Prabowo Subianto yang mengungkap bahwa menu nasi goreng yang Cikeas yang sangat enak dan luar biasa rasanya.

“Saya harus akui bahwa nasi goreng Cikeas itu sangat enak karena mampu mengalahkan nasi goreng Hambalang,” kata Prabowo. Hadirin pun semua tertawa mendengar candaan Prabowo. Lalu dilanjutkan lagi,  “Ini berarti karena intel pak SBY masih kuat. Terima kasih pak Presiden SBY,” kata Prabowo.

“Saya sengaja memanggil Presiden kepada pak SBY,” katanya. Tentu saja pernyataan nyeleneh itu menimbulkan tanda tanya. Prabowo lalu secara spesifik memperjelas omongannya kenapa dia masih menyebut Susilo Bambang Yudhoyono dengan sebutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Alasannya, jabatan presiden dianalogikan dengan seorang guru besar atau profesor, sehingga melekat seumur hidup. Jadi, walaupun SBY tidak lagi menjadi Presiden, tetapi jabatan itu melekat,” kata Prabowo berargumen.

“Presiden” Susilo Bambang Yudhoyono yang ada duduk di sampingnya tidak memberi respon yang setuju atau tidak dengan pernyataan Probowo tersebut. Susilo Bambang Yudhoyono malah tampak tegang dan menunjukkan mimik yang sangat serius, persis ketika masih menjabat Presiden dulu.

Dalam acara”Diplomasi Nasi Goreng” tersebut, “Presiden” Susilo Bambang Yudhoyono yang mengawali  dalam memberikan keterangan kepada pers tentang hasil pertemuan dan pandangannya soal kondisi terakhir perpolitikan dalam negeri.

Ketika melontarkan pesan politiknya, SBY mengaku sudah enam bulan tak muncul di media. Sekalipun demikian, SBY tetap memantau situasi politik nasional. “Saya sudah hampir 6 bulan tidak bicara di depan pers, saya puasa, meskipun saya mengikuti what’s going on this country,” kata SBY.

Karena itu, lanjut SBY, mana kala kekuasaan, penguasa melakukan kekuasaan yang melampaui batas, menyakiti rakyat, maka kami akan bergerak, memberi masukan, mengoreksi. SBY lantas melanjutkan  pesan politiknya. Tujuannya adalah penguasa dan penyelenggara negara.

“Power must not go uncheck” kata SBY. Artinya kami harus memastikan bahwa penggunaan kekuasaan oleh para pemegang kekuasaan tidak melampaui batas, sehingga tidak masuk apa yang disebut abuse of power. Banyak pelajaran di negara ini, manakala penggunaan kekuasaan melampaui batasnya masuk wilayah abuse of power, maka rakyat menggunakan koreksinya sebagai bentuk koreksi kepada negara,” kata SBY.

Karena itu kini Partai Demokrat dan Gerindra sepakat untuk bekerja sama. Meskipun bukan koalisi, mereka akan mengkritik kebijakan pemerintah jika tidak pro rakyat. “Kami akan terus mengingatkan, gunakan kekuasaan dengan amanah, proper, sesuai konstitusi, UU, etika, tidak melampaui batas, dan tidak keliru,”katanya.

Sementara itu, Prabowo Subianto mengatakan pertemuan dirinya dengan SBY dalam suasana yang prihatin.

Prabowo mengatakan, Gerindra dan Demokrat berpandangan saat ini telah terjadi cara-cara yang tidak sehat atau menyakiti kemampuan berpikir rakyat Indonesia yang mencemaskan. “Terlihat sikap Demokrat, Gerindra, PAN, PKS itu satu dalam masalah UU Pemilu yang baru saja disahkan,” ujar Prabowo.

Prabowo menekankan Gerindra tidak ikut bertanggung jawab atas UU Pemilu tersebut. “Karena kita tidak mau ditertawakan sejarah. Kekuasaan silakan mau berkuasa 5,10, 50 tahun, tapi diujungnya sejarah menilai. Gerindra tidak mau ikut hal yang melawan logika. Presidential Threshold 20 persen lelucon politik yang menipu rakyat, saya tidak mau terlibat,” kata Prabowo.

Menurut Prabowo, lahir dari kecemasan tersebut, Gerindra dan Demokrat khawatir demokrasi akan rusak. “Karena itu sesuai apa yang disampaikan bapak SBY, kita wajib mengawal, mengingatkan, mengimbau. Demokrasi butuh semangat patuh pada logika, semangat patuh pada ‘rules of the game’ dan harus adil dan tidak memaksakan kehendak dengan segala cara,” katanya.

Prabowo sependapat dengan SBY, bahwa setiap kekuasan harus diimbangi dan diawasi. “Mudah-mudahan kita bisa melakukan ini terus. Siapapun undang kami, kami siap melakukan dialog dan bertukar pandangan,” kata Prabowo mengakhiri pernyatannya.(kbn)