JAKARTA (Independensi.com) – Manajemen PT (Persero) Angkasa Pura I mempercepat pembangunan dan pengembangan sejumlah Bandar udara, terutama untuk mengantipasi pertumbuhan penumpang. Pertumbuhan penumpang itu tidak lepas dari membaiknya kondisi perekonomian nasional dan makin maraknya maskapai bertarif murah atau low cost carrier (LCC). Hal itu disampaikan Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I, Israwadi kepada Independensi.com di Jakarta, Senin (14/8/2017).
Menurut Israwadi, pertumbuhan penumpang itu hampir terjadi disemua bandara di Indonesia. Namun, pertumbuhan itu tidak sebanding dengan kapasitas fasilitas bandara yang ada saat ini. “Menghadapi kondisi seperti itu, PT AP I terus berupaya melakukan percepatan terhadap proyek pengembangan dan pembangunan beberapa bandara yang dikelola AP I,” katanya.
Menjawab pertanyaan mengenai sumber pendanaan, Israwadi mengatakan dari sisi anggaran tidak masalah karena banyak sumber pendanaan untuk pembangunan dan pengembangan proyek infrastruktur bandara tersebut. Diantaranya melalui penjualan obligasi dan sumber pendanaan lainnya.
Dia menjelaskan, ada tiga bandara yang dikebut pengembangannya yakni Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, Bandara Ahmad Yani (Semarang) dan Bandara Syamsudin Noor (Banjarmasin). Khusus, di Yogyakarta dibangun bandara baru dimana tanggal 27 Januari 2017 lalu, Presiden Jokowi Widodo melaksanakan peletakkan batu pertama (groundbreaking) proyek pembangunan Bandara Baru Yogyakarta di Kulonprogo.
Saat ini Bandara Adisutjipto yang berkapasitas hanya 1,6 juta penumpang, sementara realisasi sudah mencapai 7,2 juta orang penumpang per tahun. Kondisi itu membuat bandara Adi Sucipto sudah sesak dan crowded. Maka mau tak mau (pembangunan bandara baru) harus segera dimulai. Bandara ini nantinya kalau sudah selesai akan berkapasitas 14 juta penumpang. Tahap kedua bahkan akan sampai 20 juta penumpang. Wisatawan yang datang ke Yogyakarta semakin hari semakin meningkat, karena budaya yang terpelihara di DIY,” kata Israwadi.
PT Angkasa Pura I (Persero) menyiapkan investasi sebesar Rp 9,3 triliun untuk merampungkan megaproyek berkonsep “airport city” ini. Bandara baru ini pada pembangunan tahap I (2020-2031) akan memiliki terminal seluas 130.000 meter persegi dengan kapasitas penumpang hingga 14 juta penumpang per tahun, runway sepanjang 3.250 meter, dan apron berkapasitas 35 pesawat.
Selain Bandara Baru Yogyakarta, PT Angkasa Pura I (Persero) juga tengah melakukan pengembangan dua bandara lainnya, yaitu Bandara Ahmad Yani Semarang yang ditargetkan beroperasi tahun 2018 dan Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang ditargetkan selesai tahun 2019. Bandara Ahmad Yani Semarang merupakan floating airport atau bandara di atas air pertama di Indonesia, dengan terminal dan akses jalan yang berdiri di atas perairan rawa ditopang menggunakan tiang pancang serta sebagian besar area terminal yang dikelilingi oleh air.
Selain mewujudkan konsep floating airport, pengembangan area terminal Bandara Ahmad Yani juga nantinya mengimplementasikan konsep eco-airport di mana rancangan bandara direncanakan, dikembangkan, dan dioperasikan dengan tujuan menciptakan sarana dan prasarana perhubungan yang ramah lingkungan serta berkontribusi positif kepada lingkungan hidup. Nantinya, kapasitas terminal Bandara Ahmad Yani akan dapat menampung 7 juta penumpang per tahun dengan luas terminal 58 ribu meter persegi. Saat ini, bandara ini hanya dapat menampung sekitar 800 ribu penumpang per tahun.
Sementara Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin akan dikembangkan dalam dua tahap. Pada tahap I bandara akan dikembangkan menjadi 65 ribu meter persegi untuk dapat menampung 6 juta penumpang per tahun dari kapasitas saat ini yang hanya 1,3 juta penumpang per tahun. Pada tahap II, bandara akan diperluas menjadi 108 ribu meter persegi dengan kapasitas 10 juta penumpang per tahun. (kbn)