BEKASI (IndependensI.com)- Kepala Dinas Kesehatan Pemkot Bekasi dr Kusnanto Saidi mengakui ada dua penyebab kenapa pelaksanaan imunisasi campak-rubella (measles rubella/MR) di Kota Bekasi, tidak memenuhi target.
Dua kendala itu, adanya trauma masyarakat dampak vaksin palsu tahun lalu yang sempat heboh di Bekasi. Kemudian, masyarakat mempertanyakan halal tidaknya vaksin yang diimpor dari India tersebut.
Dua alasan inilah yang paling menonjol sehingga pencapaian imunisasi dibawah target. Pencapaian program imunisasi 92,3 persen dari target 95 persen. Tapi itupun sudah bagus dan DKI Jakarta masih dibawah Kota Bekasi, katanya kemarin kepada Independensi.com.
“Hasilnya tidak sesuai target yang dipatok pemerintah yakni 95 persen. Tapi bagi anak usia sembilan bulan sampai 15 tahun masih dapat diimuniasasi di Posyandu dan Puskesmas,” ujar Kusnanto.
Program imunisasi nasional merupakan hak anak sehingga pemerintah dan orang tua harus memenuhi hak mereka. Meski masa program imunisasi ini tahun ini telah habis dari pemerintah pusat, namun daerah terus melaksanakannya.
Kusnanto mengakui, di Kota Bekasi ada 600.000 orang lebih anak usaia sembilan bulan sampai 15 tahun yang wajib diimunisasi MR. Dalam pelaksanaannya, Dinas Kesehatan beekerja sama dengan pihak sekolah SD sampai SMP mengingat anak tersebut masih duduk di bangku sekokah.
Data dari Kementerian Kesehatan, setiap tahun dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspect campak-rubella. Untuk hasil campak berdasarkan uji laboratorium menunjukkan 12-39 persen, sedangkan rubella mencapai 16-43 persen.
Pelaksaan imunisasi MR, oleh pemerintah pusat akan dilanjutkan tahap kedua di luar Pulau Jawa pada Agustus sampai September 2018. Sedang tahap pertama di Pulau Jawa pada Agustus sampai September 2017 lalu. (jonder sihotang)