Sosialisasi Vaksin MR di Kota Bekasi. (foto:jonder sihotang)

70 Juta Anak Indonesia Wajib Imunisasi MR

Loading

BEKASI (IndependensI.com) –  Penyakit  campak dam rubella, tidak dapat diobati. Pengobatan yang diberikan kepada penderita,  hanya bersifat supportif. Tapi, kedua penyakit ini bisa dicegah dengan imunisasi.

Mengingat besarnya perkiraan beban penyakit rubella dan tersedianya vaksin kombinasi measles rubella (MR), maka diputuskan untuk mengganti vaksin measles dengan vaksin kombinasi MR. Untuk memberikan vaksin itu, pemerintah melaksanakan kegiatan imunisasi massal MR.

Penjelasan itu diungkapkan  dr Imade Yosi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di  Bekasi, kemarin. Ia mengatakan, dalam imunisasi massal MR, pemerintah menargetkan 70 juta orang anak Indonesia yang berusia sembilan bulan hingga 15 tahun, wajib divaksin. Vaksin ini adalah hak anak, katanya.

Namun dalam pelaksanaan, dibagi dua tahap. Tahap pertama di Pulau Jawa mulai Agustus sampai Semptember 2017.  Sasaran anak pada tahap pertama 2017, sebanyak 34, 9 juta jiwa. Sisanya dilaksanakan tahun 2018 di luar Pulau Jawa pada bulan Agustus sampai September.

Untuk pengadaan vaksin yang diimpor dari India itu, Yosi mengakui pemerintah mengeluarkan dana Rp 893, 5 miliar lebih pada tahun 2017. Sedang tahun 2018, disediakan anggaran oleh pemerintah pusat Rp 873 miliar lebih.

“Vaksin itu kita beli dari India. Indonesia dalam hal ini Bio Farma belum mampu mengadakan vaksin. Jadi vaksin diimpor dari luar negeri,” katanya.

Dikatakan, dalam pelaksanaan tahap pertama tahun 2017, belum semua Pemerintah Provinsi (Pemprov) di Pulau Jawa yang memenuhi taraget. Sebab dalam target ditetapkan minimal 95 persen dari jumlah anak, tervaksin.

Sampai sekarang yang memenuhi target baru Pemprov Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Bahkan di tiga pemprov itu, pencapaiannya di atas 100 persen.

“Jadi yang belum memenuhi target adalah Pemprov Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. Karena belum memenuhi capaian, akhirnya pelaksanaan vaksin MR diperpanjang hingga tanggal 14 Oktober 2017,” katanya.

Di Kota Bekasi sendiri sebagaimana diakui Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan setempat dr  Dezi Sukmawaty, baru sekitar 90 persen capaian penerima vaksin MR dari 600.000 lebih anak.

Ia mengakui, setidaknya ada enam kendala di lapangan dalam pelaksanaan vaksin MR. Salah satu adanya traumatik masyarakat dampak pelaksnaan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) palsu beberapa waktu lalu yang sempat menghebohkan masyarakat.  Jadi bisa saja masyarakat tidak percaya lagi dan khawatir anaknya terdampak vaksin MR. (jonder sihotang)