Rakyat Catalan berkumpul di alun-alun Sant Jaume, Barcelona, Jumat (27/10/2017), untuk merayakan deklarasi kemerdekaan Catalunya. (AFP)

Spanyol Hadapi Dilema Catalunya

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Catalunya menyatakan kemerdekaannya pada Jumat (27/10/2017). Deklarasi kemerdekaan itu menghadapkan Spanyol pada dilema.

Madrid memandang politikus Catalan bertindak sepihak sehingga perlu ditindak untuk meredam separatisme. Tapi pihak kerajaan juga tidak bisa gegabah karena bisa dianggap otoriter.

Rakyat Spanyol, terutama orang Catalan, masih trauma dengan sejarah kelam negeri itu saat dipimpin diktator Francisco Franco pada 1936-1979. Sebagai orang modern, mereka tentunya tidak mau masa lalu yang buruk itu terulang lagi.

Sejauh ini, Madrid baru melakukan tindakan administratif. Aksi “penegakan keamanan dan ketertiban” sebisa mungkin dihindari. Pengerahan polisi terbukti tidak efektif untuk menghentikan referendum kemerdekaan Catalan pada 1 Oktober 2017.

Dari 135 orang anggota legislatif Catalunya, kemarin, sebanyak 70 orang mendukung kemerdekaan. Hanya 10 orang yang menolak. Sisanya tidak ikut voting.

Segera setelah mayoritas legislator Catalan mendukung deklarasi kemerdekaan, Perdana Menteri Mariano Rajoy membubarkan pemerintahan dan parlemen Catalunya. Rajoy kemudian mengusulkan digelarnya pemilihan umum pada 21 Desember 2017 untuk membentuk pemerintahan baru di kawasan itu.

Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy (tangah) memimpin rapat kabinet di Istana La Moncloa, Madrid, Jumat (27/10/2017).

Rangkaian peristiwa yang disoroti Eropa dan dunia ini membuat Rajoy serba salah. Dia mengecam pemimpin pro-kemerdekaan, Carles Puigdemont, serta para menteri, kepala kepolisian Catalan, dan utusan Catalan untuk Madrid dan Brussel, sebagai orang-orang yang “semakin lama semakin tidak patuh”. Di luar itu, sang perdana menteri belum bertindak apa-apa.

Pengamat mengingatkan bahwa keadaan ini juga bakal memicu masalah di masa depan. Pejabat dan pegawai negeri di Catalunya kemungkinan tidak mau mematuhi utusan dari pemerintah pusat.

“Ketegangan berpeluang terus meningkat dalam beberapa hari ke depan,” kata lembaga analis risiko, Teneo Intelligence.

“Pengunjuk rasa mungkin akan berusaha mencegah polisi mengusir para menteri Catalan dari kantornya. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya bentrokan,” tambah lembaga itu dalam pernyataannya.

Catalunya punya akar budaya dan sejarah yang berbeda dari Spanyol. Itulah salah satu alasan mereka ingin memisahkan diri dari kerajaan dan membentuk negara sendiri dengan sistem pemerintahan republik.

Madrid telah memberikan otonomi khusus untuk Catalunya. Tapi keistimewaan itu tidak mengurangi keinginan orang Catalan untuk merdeka.

Kawasan itu dihuni sekitar 7,5 juta jiwa atau sekitar 16 persen dari populasi Spanyol. Orang Catalan yakin mereka mampu berdiri sendiri karena selama ini saja Catalunya menyumbang sekitar seperlima perekonomian Spanyol. Catalunya juga menarik lebih banyak wisatawan dibanding kawasan lain di negeri itu.

Orang Catalan amat menjaga keasilan bahasa, budaya, dan otonominya, yang terkekang selama periode kepemimpinan Franco.