Penyerangan di Sleman dan Jawa Barat Dilakukan Sistematis, Mirip Seperti Zaman Soeharto

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Ketua Umum PPP M Romahurmuziy menduga penyerangan yang dilakukan oleh seseorang terhadap pastor dan jemaat Gereja Katolik St Lidwina Bedog, Sleman, Yogyakarta, dilakukan secara sistematis karena sebelumnya juga terjadi terhadap seorang Bhiksu di Tangerang Selatan dan seorang Ustad di Jawa Barat.

“Melihat kejadian ini begitu berantai, saya menduga ini bukan kebetulan, ini adalah serangkaian kegiatan sistematis yang ditujukan untuk mendestabilisasi situasi dan kondisi,” kata Romahurmuziy atau Romi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (12/2/2018).

Dia juga menduga kejadian tersebut merupakan prakondisi atau cipta kondisi untuk mendestabilisasi Pilkada 2018 maupun Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.

Karena itu, Romi mengingatkan kepada seluruh aparat keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) pemerintah khususnya Polri dan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk bisa melakukan pengawasan melekat kepada seluruh komponen komponen.

“Selain itu mereka juga harus bisa mendeteksi kejadian di lapangan sebelum peristiwa itu terjadi,” ujarnya.

Romi menilai rentetan kejadian tersebut bukan sekedar fenomena orang gila “beneran” akan tetapi orang gila buatan dan bisa juga ini memang diniatkan untuk melakukan cipta kondisi akan terjadinya destabilitas pemerintahan.

Kalau itu terjadi, menurut dia, masyarakat akan dikondisikan untuk merasakan bahwa “oh ternyata kita butuh pemimpin yang kuat, kita butuh pemimpin dari yang memiliki latar belakang tertentu yang diharapkan bisa mengatasi semua kegaduhan dan instabilitas yang muncul”. Masalah keamanan itu nantinya menjadi salah satu “dagangan” untuk kampanye dalam Pilkada maupun Pilpres, bahwa kita butuh pemimpin kuat.

“Sebagai pimpinan parpol dugaan itu tentunya didasarkan dari pengalaman sejarah karena jelang Pak Harto jatuh pada tahun 1998, cipta kondisi beraneka rupa, misalnya, operasi hitam untuk mempertahankan rezim yang menjadi korban para ulama sehingga dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki latar belakang kuat, yaitu Soeharto,” katanya.

Menurut dia, PPP membentuk tim untuk melakukan investigasi mengenai asal-muasal kejadian itu sekaligus menelusuri apakah ini memang murni alamiah kejadian atau kejadian non alamiah yang dialamiahkan.

Peristiwa penganiayaan berupa pembacokan terhadap empat orang terjadi di Gereja St Lidwina, Jambon, Trihanggo, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta pada Minggu (11/2/2018) pagi. “Betul, kejadian sekitar pukul 07.30 WIB pagi tadi,” kata Kapolda DI Yogyakarta Brigjen Pol Ahmad Dofiri saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (11/2/2018).

Dari empat korban, dua orang merupakan jemaat gereja, seorang pendeta dan seorang polisi.

Ahmad mengatakan, awalnya pelaku masuk ke gereja melalui pintu barat gereja dan menyerang seorang jemaat bernama Martinus Parmadi Subiantoro dan melukai punggung Martinus.

Selanjutnya, pelaku masuk ke gedung utama gereja sambil mengayun-ayunkan parang sehingga para jemaat ketakutan dan membubarkan diri.

Pelaku lantas menyerang Romo Prier yang sedang memimpin misa dan seorang jemaat, Budi Purnomo, yang ketika itu masih berada di gereja.

Romo Prier menderita luka di kepala bagian belakang sementara Budi mengalami luka di kepala bagian belakang dan leher. (ant/kbn)