JAKARTA (IndependensI.com) – Tim bulutangkis China meraih Piala Thomas & Uber 2018 setelah dalam pertandingan final mengalahkan tim Jepang 3-1 di Impact Arena Bangkok, Thailand, Minggu (27/05/2018). Dengan demikian, China meraih lambang supremasi bulutangkis beregu putra dunia itu yang ke-10 kalinya. Indonesia harus puas berada di peringkat 3-4 bersama Denmark.
Final Jepang-China diawali dengan pertemuan antara Kento Momota dan juara Olimpiade 2016 Chen Long. Kento Momota memenangi partai ini 21-9, 21-19, 21-18. Kemudian pada partai kedua pasangan China Liu Cheng-Zhang Nan berhasil membalas dengan mengalahkan Takuyo Inoue-Yuki Kaneko 21-20, 21-18. China berbalik unggul setelah tunggal kedua Shi Yuqi menaklukkan Kenta Nishimoto 21-12, 21-17.
Pada partai keempat, China memastikan kemenangan melalui pasangan Li Junhui-Liu Yuchen yang bermain tiga gim untuk mengalahkan Keigo Sonoda-Yuta Watanabe 17-21, 21-19, 22-20.
Sementara itu manajer tim Piala Thomas dan Uber Indonesia 2018, Susi Susanti mengaku, kiprah para asuhannya ini tidak lebih baik dari pencapaian tim Thomas Indonesia tahun 2016, dimana saat itu tampil sebagai runner up. “Hasil ini memang tidak sesuai dengan harapan. Karena paling tidak kami ingin mempertahankan hasil tahun lalu. Tapi saat ini dengan rangking keseluruhan, kami seeded tiga. Ini juga mempengaruhi. Kalau dilihat kekuatan yang merata itu ada di Tiongkok, baik tunggal maupun ganda. Mungkin kalau ketemu Jepang, peluangnya lebih besar. Lawan Denmark pun bisa,” kata Susi seperti dikutip dari rilis Humas PP PBSI.
Saat bertemu Tiongkok, Indonesia kehilangan poin pertamanya dari pemain tunggal, Anthony Sinisuka Ginting. Berhadapan dengan Chen Long, Anthony kalah 20-22 dan 16-21. Namun setelahnya, pasangan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon berhasil menang mengatasi Liu Cheng/Zhang Nan. Posisi pun menjadi imbang 1-1. Sayang di partai berikutnya, Jonatan Christie tak berhasil mengamankan kemenangan. Ia kalah dari Shi Yuqi, 21-18, 12-21 dan 15-21.
“Dari hasil hari ini memang harus kami akui, bahwa tim Tiongkok masih lebih kuat. Dari awal semua sudah berjuang maksimal. Pertama dari Anthony, dia punya kesempatan, sudah ketat-ketat, tapi di akhir harus mengakui keunggulan Chen Long. Tapi permainan secara keseluruhan Anthony sudah cukup baik. Hanya menang di poin-poin kritis ada beberapa kesalahan yang membuat kalah. Semua sudah bermain maksimal, tapi lawan cukup baik. Kevin/Gideon sudah tampil cukup baik. Tunggal putra kedua, Jonatan sebenarnya punya kesempatan. Game pertama menang. Saya rasa salah satu kuncinya adalah kalau dia bisa mempertahankan iramanya. Tapi di game kedua berubah dan game ketiga dia agak sedikit tertekan,” jelas Susi.
Di partai keempat, Indonesia kembali kehilangan poin setelah Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan kalah dari Li Junhui/Liu Yuchen. Hasil ini membuat Indonesia kalah 1-3 dan tak berhasil meneruskan langkah ke babak final. “Kami memang berharap di ganda kedua, tapi ternyata pemain Tiongkok memang main dengan bagus. Dari situ memang semua yang dilakukan para atlet sebetulnya sudah maksimal secara keseluruhan, tapi mereka lebih baik. Ya inilah hasil yang bisa kami dapat, bahwa kami harus sampai di sini,” lanjut Susi.
Lebih jauh Susi mengatakan, timnya masih harus melakukan beberapa perbaikan dengan penampilan yang lebih baik. Konsistensi merupakan salah satu aspek yang Susy sorot di sektor ganda. Sementara di sektor tunggal, Susy berharap pemain Indonesia bisa sejajar dengan pemain elit dunia. “Saat ini persaingan sangat ketat. Di ganda harus lebih konsisten lagi, sedangkan tunggal kami masih ada PR bagaimana untuk meningkatkan performa, konsistensi, permainan lebih matang lagi. Sejauh ini sudah ada peningkatan tapi masih belum konsisten. Masih belum bisa sampai melewati elit dunia. Seperti misalnya Anthony saat bertemu dengan Lee Chong Wei sudah ramai, tapi di akhir saat poin kritis akhirnya kalah. Kalah pengalaman, kalah matang dan juga jam terbang,” ungkap Susi.
Isyaratkan Pensiun
Pebulutangkis spesialis ganda putra Hendra Setiawan mengisyaratkan untuk pensiun dan menyatakan kejuaraan beregu putra Piala Thomas edisi 2018 ini menjadi yang terakhir dalam kariernya. “Hari ini akan selalu memiliki tempat dalam kenanganku. Ini mungkin menjadi terakhir kalinya aku berpartisipasi dalam Piala Thomas dan kecintaanku akan tim ini tak bisa tergambarkan,” tulis Hendra dalam akun instagramnya, seperti dikutip dari Antara, Minggu (27/05/2018). Dalam akunya tersebut, Hendra mengisyaratkan ada sedikit penyesalan dalam dirinya yang tidak bisa mambawa kembali piala lambang supremasi bulutangkis putra tersebut sejak 2002 usai kalah dari China di semifinal dengan skor 1-3.
“Memikirkan tahun ini belum merupakan waktu kami untuk membawa Piala Thomas kembali ke Indonesia, tapi aku mengapresiasi semua perjuangan dan kerja keras seluruh tim untuk membawa kembali piala itu. Seseorang mengatakan ‘ini adalah mengenai perjalanan, bukan mengenai tujuan’,” tulis Hendra kemudian. Unggahan Hendra tersebut mengundang komentar lebih dari 900, termasuk dari tandemnya saat dia sedang berjaya sebagai ganda paling berbahaya di dunia, Mohammad Ahsan yang menyiratkan rasa kehilangannya.
Selama kariernya, Hendra Setiawan yang merupakan peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 dan tiga kali juara dunia tersebut, belum pernah meraih Piala Thomas. Prestasi terbaik Hendra, adalah menjadi runner-up pada tahun 2010 dan 2016.