IndependensI.com – Menjelang Hari H Pilkada Jawa Tengah persaingan antara dua pasangan yakni pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin melawan Sudirman Said-Ida Fauziyah justru menunjukkan kecenderungan melemah. Pasalnya elektabilitas Sudirman Said-Ida Fauziyah tidak juga membaik dan justru mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan tidak ada hal spektakuler yang mampu memperbaiki atau meningkatkan elektabilitas pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah. Berbagai kampanye yang dilakukan pasangan penantang petahana ini bersifat monoton dan tidak menawarkan program yang konkrit yang lebih baik dibandingkan calon petahana. Stagnasi dan justru merosotnya elektabilitas Sudirman Said-Ida Fauziyah terlihat dari survey yang dilakukan oleh Charta Politika.
Berdasarkan perhitungan yang dilakuksan Lembaga Survei Charta Politica elektabilitas pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah berada jauh di bawah pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin Maimoen. Dalam survei itu disebutkan elektabilitas Ganjar-Taj Yasin sebesar 70,5 persen. Sementara pasangan Sudirman-Ida hanya sebesar 13,6 persen.
Meskipun tidak kunjung membaik menanggapi elektabilitasnya yang kian menurun, calon gubernur Jawa Tengah Sudirman Said mengaku tidak cemas. Sebaliknya Sudirman meragukan metodologi survei yang dilakukan lembaga itu. “Ini aneh saya merasakan di mana-mana banyak orang minta selfie. Yang dulu enggak kenal jadi mengenal. Jadi, saya merasa masyarakat Jawa Tengah merindukan figur baru. Saya enggak cemas sedikit pun dengan hasil survei itu,” kata Sudirman menanggapi hasil survei itu.
Ia mengkritik lembaga survei yang menempatkan dirinya dalam posisi rendah. Menurutnya, yang menentukan terpilih atau tidaknya menjadi gubernur Jawa Tengah pada Pilkada Serentak 2018 bukan dari lembaga survei. “Bagi saya yang menentukan adalah rakyat dan Tuhan. Jadi, tugas saya berusaha terus supaya masyarakat Jawa Tengah teryakinkan bahwa saya bisa memberi solusi-solusi untuk Jawa Tengah,”kata Sudirman.
Untuk meyakinkan masyarakat, Sudirman mengaku selalu menghadiri forum kegiatan yang diselenggarakan oleh warga. Ia optimitistis bahwa melalui forum kegiatan itu, dirinya akan mudah dikenal dan diketahui oleh masyarakat. “Seperti berdialog keliling Jawa Tengah. Kemarin ada kongres petani di Brebes dan Tegal. Itu enggak akan saya hentikan sebelum habis masa kampanye,” tutur dia.
Direktur Eksekutif Lembaga Survei Charta Politika, Yunarto Wijaya mengatakan, salah satu masalah yang terlihat dari survei tersebut adalah rendahnya tingkat pengenalan publik terhadap pasangan Sudirman-Ida. Dari 1.200 responden, hanya 41,2 persen yang mengenal Sudirman dan 27,9 persen mengenal Ida. Sementara Ganjar dikenal sebanyak 86,8 persen responden dan Taj Yasin dikenal 34,8 persen responden.
Sementara menurut survei Kompas Ganjar-Taj Yasin 76,6 Persen dan Sudirman Said-Ida Fauziyah 15 Persen. Publik yang tidak mengenal calon pemimpinnya tentu tidak akan memilih yang bersangkutan. Tidak kenal, maka tidak sayang. Sementara seseorang yang memiliki popularitas di atas 80 persen, potensi menang sangat tinggi. Sudirman-Ida tidak cukup waktu untuk mendongkrak popularitasnya di Jateng, meski keduanya tokoh nasional.
Pengumpulan data dilakukan pada 23-29 Mei 2018 melalui wawancara tatap muka 1200 responden dengan kuesioner terstruktur. Adapun margin of error plus minus sebesar 2.83 persen. Artinya, angka tersebut bisa bertambah atau berkurang 2,83 persen. Dana untuk melakukan survei tersebut berasal dari dana sendiri.
Melihat Hari H pemilihan kurang dari sebulan tampaknya kecenderungan tidak akan banyak berubah kecuali terjadi tsunami politik. Jika pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin tidak melakukan blunder politik maka elektabilitasnya akan bertahan atau bahkan mengalami peningkatan.