JAKARTA (IndependensI.com) – Dorongan semangat terus diberikan para suporter Indonesia yang merupakan atlet SKO Ragunan dalam mendukung tim sepakbolanya pada pertandingan semifinal melawan SKO Bangkok dalam ajang 21st Thailand Sports School Games yang berlangsung di Lapangan Ronpiboon, Thungsong, Nakhon Si Thammarat, Thailand, Kamis (9/8/2018). Pertandingan yang sejatinya enak ditonton, harus dicederai oleh performa wasit yang dianggap berat sebelah bagi keuntungan tim tuan rumah, terlebih tim SKO Ragunan lebih dahulu unggul 0-1 setelah pemain belakang melakukan gol bunuh diri dari skema tendangan penjuru.
Tim tuan rumah mampu menyamakan keadaan menjadi 1-1, namun gol tersebut sangat kontroversial, pasalnya gol hasil dari skema tendangan bebas di depan garis kotak pinalti terjadi saat para pemain SKO Ragunan tengah membangun pagar hidup, tanpa adanya aba-aba dari wasit, pemain Bangkok melesakkan si kulit bundar saat lawannya tidak siap dan gol tersebut disahkan oleh wasit. Permainan yang sangat fair play diperlihatkan oleh para pemain SKO Ragunan meski kerap dirugikan oleh keputusan wasit yang memimpin jalannya pertandingan. Alhasil, gol kedua pun menimpa SKO Ragunan pasca menerima tendangan pinalti. Hingga laga berakhir skor 1-2 untuk keunggulan tim SKO Bangkok Bahkan pemain bertahan Sulis diganjar kartu kuning kedua yang akhirnya dikeluarkan wasit pada menit ke 80 setelah duel dengan pemain depan Bangkok.
“Itu kejadian sama-sama mengejar bola dan kami sama-sama jatuh disamping lapangan yang becek, tapi wasit memberikan kartu kuning kepada saya yang merupakan kartu kedua bagi saya dalam pertandingan itu,” ungkap Sulis. SKO Ragunan pun melalui pelatih Bambang Warsito menerima hasil pahit ini yang gagal melakoni babak final. Menurutnya, ini menjadi pelajaran berharga bagi para pasukannya untuk terus fokus bermain baik meski dicederai oleh sang pengadil. “Anak-anak secara permainan tetap fokus di mana skill individu diatas rata-rata pemain lawan, banyak menekan dalam jalannya laga, namun hasil ini tak sesuai dengan apa yang kita harapkan karena keberpihakkan wasit yang sangat merugikan kita,” ungkap Bambang.
Lebih lanjut pelatih yang akrab disapa BW itu menuturkan jika dirinya membawa 18 pemain dalam ajang ini, namun dipartai semifinal ini, dirinya harus kehilangan dua pemainnya yang diganjar kartu merah dan akumulasi kartu kuning. “Dua pemain inti kita tidak bermain, itu memang menjadi berat, namun kami coba merotasi, hasilnya bagus, kita sempat unggul terlebih dulu karena kita bermain fight dengan banyak menekan, namun anak-anak terpengaruh dari keputusan-keputusan wasit yang sangat menguntungkan tim lawan,” ungkap BW. “Itu pembelajaran bagi para pemain semua dimana harus tenang tak boleh terlalu emosional menyikapi keputusan wasit, karena mampu mempengaruhi irama permainan selanjutnya. Kami sebelumnya sudah mengingatkan, karena dari pertandingan sebelumnya kami sudah pincang dikerjai wasit, namun kami mampu melewati hal itu dengan kemenangan,” imbuhnya.
Lebih jauh BW mengatakan, jika tim ini baru terbentuk sejak dua bulan lalu yang merupakan kompilasi antara penghuni SKO Ragunan baru dengan lama. Melalui komposisi tersebut, pelatih yang mengasah Egy Maulana Vikri sebelum di rekrut klub Lechia Gdansk itu mengaku cukup lumayan mampu berlaga di fase semifinal. “Berlaga di semifinal merupakan hasil yang cukup lumayan bagi para pemain penghuni SKO Ragunan yang baru, disamping ajang ini adalah jam terbang pertama mereka,” kata BW. Demikian berita dikutip dari rilis Deputi III Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga RI.