JAKARTA (IndependensI.com) – Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian pertanian I Ketut Diarmita mengatakan, proyeksi kebutuhan karkas tahun 2018 sebanyak 3.051.276 ton, dengan rataan kebutuhan per bulan sebanyak 254.273 ton.Sehingga berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan tersebut, I Ketut mengungkapkan bahwa kondisi daging ayam nasional masih mengalami SURPLUS pada tahun 2018, dengan potensi kelebihan produksi sebanyak 331.035 ton (rataan per bulan sebanyak 27.586 ton).
Menurut I Ketut, data produksi tersebut diperkuat dengan hasil audit GPS ayam ras broiler yang dilakukan oleh Tim Audit Populasi Ayam Ras yang telah dilaksanakan pada tanggal 18 Mei – 20 Juli 2018. Dari hasil verifikasi terhadap SAR (Self Assesment Report) ke lokasi telah diperoleh data populasi GPS D – Line sebanyak 799.158 dari 14 perusahaan pembibitan. Sedangkan jumlah total C line ayam ras GPS sebanyak 111.984 ekor, D line umur 1 – 24 minggu sebanyak 316.217 ekor, D line umur 25 minggu – afkir sebanyak 482.941 ekor, C line umur 1 – 24 minggu sebanyak 55.792 ekor dan C line umur 25 minggu – afkir sebanyak 56.192 ekor.
Selanjutnya, berdasarkan validasi akhir pada tanggal 7 Agustus 2018 (setelah mengeluarkan ayam GPS afkir, memasukkan realisasi impor DOC GPS dan deplesi ayam GPS berkisar antara 0,01 – 0,03% per minggu berdasarkan strain), maka total populasi GPS ayam ras broiler yaitu: jumlah total D line ayam ras GPS sebanyak 763.075 ekor, C line ayam ras GPS sebanyak 123.180 ekor, D line umur 1 – 24 minggu sebanyak 214.335 ekor, D line umur 25 minggu – afkir sebanyak 548.740 ekor, C line umur 1 – 24 minggu sebanyak 54.438 ekor, dan C line umur 25 minggu – afkir sebanyak 68.742 ekor.
“Hasil audit ini dilaksanakan oleh Tim independen yang beranggotakan dari akademisi dan praktisi,” ungkap I Ketut Diarmita.
Pada kesempatan tersebut Ketua Tim Audit Populasi GPS Ayam Ras Broiler Dr. Drh. Trioso Purnawarman. MSi memaparkan bahwa audit dilaksanakan pada seluruh perusahaan Pembibitan GPS ayam ras broiler sebanyak 14 perusahaan yaitu: 1) PT. Charoen Pokphand Jaya Farm, 2) PT. Japfa Comfeed Indonesia, 3) PT. Bibit Indonesia, 4) Cheil Jedang-Patriot Intan Abadi (CJ-PIA), 5) PT. Wonokoyo Jaya Corporindo, 6) PT. Taat Indah Bersinar, 7) PT. Hybro Indonesia, 8) PT. Expravet Nasuba, 9) PT. Cibadak Indah Sari Farm, 10) CV Missouri, 11) PT. Reza Perkasa, 12) PT. Karya Indah Pertiwi, 13) PT. Satwa Borneo Jaya dan 14) PT. Berdikari (Persero), dengan jumlah Farm GPS sebanyak 37 unit dengan kandang yang terisi sebanyak 237 unit dari total kandang sebanyak 289 unit (82%).
Sebaran farm GPS ayam ras broiler berada di 7 (tujuh) provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Kalimantan Barat serta strain GPS ayam ras broiler yang ada di Indonesia yaitu Cobb, Ross, Indian River dan Hubbard.
Trioso Purnawarman menyebutkan bahwa mekanisme pelaksanaan audit GPS ayam ras broiler dibagi atas 2 (dua) tahap yaitu: (a) tahap pertama Desk Review dengan mengisi form/borang self assessment report (SAR); dan (b) tahap kedua Outside Review dengan melakukan verifikasi dan observasi dilapangan terhadap populasi GPS ayam ras broiler, manajemen pemeliharaan, penetasan dan kesehatan, serta biosekuriti. Kemudian Tim melakukan evaluasi, valuasi dan rekomendasi hasil audit secara kompehensif.
Ia katakan bahwa verifikasi dan observasi jumlah populasi GPS ayam ras broiler berdasarkan: (a). laporan harian kandang (LHK) dan laporan mingguan (weekly report); (b). jumlah peralatan (equipment) yaitu feeder dan drinker space, nest box dan lampu; serta (c). jumlah GPS ayam ras broiler pada saat vaksinasi terakhir (dihitung satu per satu sesuai dengan dosis vaksin).
Lebih lanjut Ia sampaikan, Tim juga melakukan verifikasi dan observasi manajemen pemeliharaan, penetasan dan kesehatan meliputi ventilasi udara, kualitas air minum dan pakan, deplesi (kematian dan afkir) jantan dan betina, program vaksinasi dan titer antibodi, bobot badan dan keseragaman (uniformity) jantan dan betina, kepadatan (density) per meter persegi, manajemen litter, rasio jantan dengan betina, program lampu (lighting program), produksi (egg mass) dan hatching egg, fertility, hatchebility (setting dan hatching report), DOC per hen house (HH), serta distribusi DOC PS.
Selain itu juga dilakukan verifikasi dan observasi biosekuriti program biosekuriti berupa: penerapan higiene karyawan dan tamu, sanitasi dan desinfeksi, isolasi dan karantina, serta lalu lintas (orang, pakan, ayam dan peralatan).