Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani

Jaga Rupiah, Sri Mulyani Kejar Pertumbuhan Pajak Tahun Depan

Loading

JAKARTA (independensi.com) – Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat diprediksi belum akan stabil hinggal pergantian tahun. Diprediksi pada awal tahun depan rupiah masih berkisar di atas Rp 15.000 per dollar AS. Kondisi ini menekan laju pertumbuhan ekonomi yang asumsinya menurun menjadi 5,12 persen dari 5,3 persen.

Kondisi yang belum stabil ini membuat pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati harus memutar otak untuk bisa mengejar target pertumbuhan pajak yang sebesar 16% di tahun depan. Sri Mulyani mengatakan dolar AS yang makin menguat dan laju pertumbuhan ekonomi yang melemah akan membuat penerimaan pajak non migas menurun. Untuk pajak migas mungkin bisa naik karena dolar AS yang menguat.

“Kalau ekonomi kita katakanlah tumbuh 5%, dan inflasi 3,5%, maka penerimaan pajak hanya akan naik 8,5%. Tapi kita harus tetapkan naik 16%. Makanya harus ada extra effort. Makanya seberapa besar kita bisa dorong supaya kerja ekstra tadi nanti namun ekonomi tidak jadi mengkeret. Kami bisa tentukan penerimaan pajak yang cukup kredibel, ambisius, tapi tidak mencekik perekonomian,” katanya dalam rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR hari ini, Selasa (16/10/2018),

Mantan Direktur Bank Dunia ini mengakui, ketidakpastian ekonomi masih akan berlangsung sampai tahun depan. Apalagi tahun depan bersamaan dengan gelaran politik. Selain itu juga masih ada risiko bencana alam yang bisa kapan saja terjadi.

Sebelumnya, pemerintah bersama Banggar DPR menyepakati target penerimaan perpajakan non migas dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 sebesar Rp 1.720,2 triliun. Namun target ini masih menggunakan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) Rp 14.500/US$.