Marketing Director Parakrama Organizer, Arief Rachman (istimewa)

Menjaga Budaya Lewat Eksibisi Pernikahan Tradisional

Loading

Jakarta, Independensi.com – Banyak cara yang bisa dilakukan untuk melestarikan kekayaan adat istiadat dan budaya tradisional di Indonesia, salah satunya adalah lewat acara menggelar pameran. Tema itu pula yang diusung Parakrama Organizer dalam Gebyar Pernikahan Indonesia 10th Edition yang diselenggarakan selama tiga hari mulai 8-10 Februari 2019 di Kartika Expo Center, Balai Kartini, Jakarta.

Dalam dunia pameran pernikahan, Parakrama Organizer sudah memiliki jam terbang tinggi. Perusahaan event organizer ini telah sukses sembilan kali menggelar eksibisi pernikahan tradisional sejak tahun 2005 silam. Khusus untuk pameran pernikahan di awal tahun 2019 ini, Parakrama mengangkat tema Asmaradana Pengantin Jawa.

“Eksibisi akan terbuka untuk umum sehingga seluruh masyarakat dapat menikmati dan menyaksikan rangkaian acara yang kaya akan budaya adat Jawa dan seluruh Indonesia,” kata Marketing Director Parakrama Organizer, Arief Rachman dalam rilisnya yang diterima Independensi.com di Jakarta, Rabu (6/2/2019).

Menurut Arief Rachman, tahun 2019 merupaan pameran yang ke sepuluh di mana Parakrama tetap berkomitmen untuk adat tradisional Indonesia. Melalui pameran yang kami gelar, kami berharap masyarakat terus mencintai adat tradisional. “Melalui pengalaman bertahun dalam menyelami adat budaya Indonesia, Parakrama memahami bahwa masyarakat Jawa memiliki tradisi yang demikian beragam dalam perhelatan hari besar, salah satunya tentang pernikahan,”katanya.

Dijelaskan, dengan mengangkat tema Asmaradana Pengantin Jawa, Gebyar Pernikahan Indonesia 10th Edition mengulas dengan seksama Paes Ageng Kanigaran nan anggun, megah dan sakral. Dahulu kala berlaku atau hanya digunakan di kalangan keraton.

Oleh karena itu, katanya, selama tiga hari berturut-turut arena pameran akan bernuansa adat Jawa khususnya Yogyakarta, mendominasi panggung utama, area pameran hingga menjangkau sudut ruangan. Pameran ini didukung lebih dari 150 vendor pernikahan mulai dari venue, catering, dekorasi, busana, aksesoris, tata rias adat, undangan, fotografi, paket honeymoon hingga entertainment, seluruhnya menghadirkan berbagai informasi pernikahan yang membantu calon pengantin mengadakan atau menyiapkan pernikahan impian.”

Setiap detail upacara pernikahan mengandung arti mendalam, mulai dari make up dan baju adat kedua pengantin dan keluarga besar, pranata cara atau pembawa acara, susunan acara yang sesuai adat, dekorasi gebyok khas Jogjakarta. Demikian pula, menu jamuan yang disajikan bagi keluarga dan tamu undangan, hingga musik dan hiburan yang mengiringi sepanjang acara turut mendukung terciptanya kesempurnaan bagi pernikahan bertema Paes Ageng Kanigaran.

Di bagian lain, Marketing SISS The Wedding, Rostantri mengatakan Paes Ageng Kanigaran Yogyakarta menjadikan pengantin laksana raja dan ratu dalam prosesi pernikahan. “Begitu indah, unik dan rinci serta harus dijalani penuh kekuatan dan kesabaran. Riasan dan busana pengantin menjadi ciri khas utama adat ini, dimana terdapat rangkaian pakem atau aturan yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilakukan secara sembarangan,” ujarnya.

Oleh karena setiap daerah di Pulau Jawa memiliki pakem masing-masing, lanjutnya, maka sangat penting untuk memperhatikan detail perbedaan karena makna yang hadir akan berbeda. Seperti paes pengantin putri, busana kain jawa dan aksesoris yang dikenakan kedua pengantin, beberapa diantaranya bermakna kesucian, kehormatan, persatuan, dan harapan kebahagiaan. “Keseluruhan pernikahan Paes Ageng Kanigaran menampilkan pernikahan yang berkesan mewah, gagah, bijaksana dan agung,”tuturnya.

Sementara itu, Kanya Wirasati sebagai PR dan Marketing Suryo Decor turut menambahkan, “Dekorasi memegang peran signifikan pada suatu pernikahan, karena dekorasi mampu menggambarkan latar belakang keluarga, adat budaya yang dijunjung serta harapan yang ingin dicapai. Beriringan dengan rias dan busana, dekorasi Paes Ageng Kanigaran memiliki detail yang menyempurnakan keseluruhan susunan adat dan suasana yang menggambarkan pernikahan laksana bangsawan keraton. “Gebyok bernafaskan Jawa Tengah khususnya Yogyakarta, akan membangun atmosfer tradisional keraton pada ruangan,” kata Kanya Wirasati.

Khusus untuk Gebyar Pernikahan Indonesia 10th Edition, tambahnya, Suryo Decor akan mendekorasi keseluruhan ruangan yang mengadopsi arsitektur bangunan Gedhong Kaca Museum Hamengkubuwono IX yang terletak di kawasan keraton. Plafon konstruksi bertingkat dan ditopang tiang Soko Guru adalah ciri khas bangunan keraton dan akan didominasi warna merah, hitam dan emas sehingga masyarakat seolah dapat merasakan langsung keagungan dan keindahan Keraton Yogyakarta. (Endang Nourmayanti)