GRESIK (Independensi.com) – Kasmuah (71), warga RT03 RW01 Desa Lowayu Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik, menjadi potret kesenjangan sosial dinegeri ini. Nenek dengan kondisi mata rabun dan nyaris buta itu, hidup sebatang kara. Tanpa ada, sanak saudara atau keluarga yang menemaninya.
Bahkan, dalam kehidupan kesehariannya jauh dari kata layak. Apalagi, rumah yang ditempatnya pun kondisinya sangat memprihatinkan. Sebab, dinding rumahnya terbuat dari bambu yang sudah tampak rapuh dan genting bagian atapnya porak poranda. Sehingga, kalau hujan turun bagian dalam rumahnya menjadi becek dan tergenang air. Karena, tak ada lantainya hanya tanah tanpa ada kramik.
Meski program yang mengatasnamakan pengentasan kemiskinan, marak digembar-gemborkan. Baik oleh Pemerintah Pusat, Provinsi hingga Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik begitu gencar. Namun, Mbok Kasmuah begitu ia biasa dipanggil tak pernah sekalipun mendapatkan bantuan apapun.
Keberadaannya pun, seolah-olah tidak diakui oleh pemerintah. Hal itu bukan tanpa alasan, sebab namanya tidak pernah masuk sekalipun dalam Program Keluarga Harapan (PKH). Apalagi, program bedah rumah yang sudah bertahun-tahun dilakukan pemerintah.
Ironisnya lagi, Mbok Kasmuah merupakan tetangga satu desa dengan desa tempat kelahiran Sambari Halim Radianto, Bupati Gresik yang telah menjabat hampir 2 periode ini.
Saat ditanya apakah dirinya pernah mendapat bantuan dari pemerintah, ia mengaku belum pernah sekalipun mendapat apalagi merasakannya. “Saya belum pernah dapat bantuan, dalam bentuk apapun dan dari manapun,” kata Mbok Kasmuah, Kamis (14/3/2019).
“Disini saya hidup sendiri, anak saya satu tapi sudah menikah. Sehingga, dia (anaknya, red) memilih tinggal bersama keluarganya. Meski demikian, untuk keperluan makan sehari-hari saya dikirimi anak saya,” ujarnya. (Rezereno)