Ditjen Hubud perlu mendukung pengoperasian pesawat tanpa awak yang berkelanjutan tetapi harus sesuai dengan aturan tanpa mengesampingkan keselamatan dan keamanan.

Indonesia dan Amerika Bahas Penerbangan Tanpa Awak

Loading

JAKARTA (Independensi.Com) – Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat mendiskusikan kerja sama penerbangan sipil antara kedua negara khususnya Unmanned Aircraft System (UAS) pesawat tanpa awak. Kerja sama tersebut merupakan bagian dari kelanjutan program U.S – Indonesia Aviation Working Group.

Pertemuan kelompok kerja penerbangan sipil Indonesia dan Amerika dibuka oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Polana B Pramesti, Rabu (15/5).

Dalam pertemuan yang bertajuk “Strengthening Aviation By Incorporating Innovative Technology In Indonesia” tersebut turut dihadiri Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph R. Donovan, Commercial Counselor Rosemary Gallant,  Direktur FAA Regional Asia Pasifik, Carey Fagan, Perwakilan FAA Asia Tenggara, James Spillane, serta pejabat Eselon II Ditje Perhubungan Udara, perwakilan dari AirNav Indonesia, PT. Angkasa Pura I, PT. Angkasa Pura II, INACA, dan perwakilan dari maskapai serta stakeholder penerbangan lainnya.

“Saya menyampaikan rasa terima kasih kepada pemerintah AS, atas kerja samanya dengan pemerintah Indonesia melalui Aviation Working Group yang telah diselenggarakan sejak tahun 2016. Kami sangat menghargai adanya kerja sama  erat yang  dibangun antara kedua negara,” tutur Polana.

Polana mengemukakan bahwa saat ini teknologi berkembang sangat cepat, salah satunya penggunaan drone  atau Unmanned Aircraft System (UAS) pesawat tanpa awak.

Penerbangan tanpa awak menawarkan berbagai kemampuan dan  kecanggihan,  sehingga  industri tersebut  memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan.

“Ini merupakan tantangan bagi regulator, dan membutuhkan waktu khusus untuk  mengatur manajemen lalu lintas udara,” kata Polana.

Tantangan umum terletak pada mengintegrasikan pesawat berawak dan tak berawak dengan aman dan efisien terutama  dalam penggunaaan  wilayah udara yang sama.

Dengan adanya AWG, Polana berharap kegiatan ini mampu memberikan sejumlah solusi dari tantangan yang dihadapi penerbangan saat ini seperti peraturan  penerbangan terkait kedua negara, update teknologi UAS serta sharing terkait  bagaimana Pemerintah AS dalam penanganan  operasi UAS, serta membahas  kesiapan infrastruktur Indonesia untuk menghadapi perkembangan UAS beserta resiko dan pengawasannya.

Untuk ketahui, pengoperasian UAS telah memberikan sejumlah manfaat diberbagai sektor, oleh karena itu Ditjen Hubud perlu mendukung pengoperasian UAS yang berkelanjutan tetapi harus sesuai dengan aturan tanpa mengesampingkan keselamatan dan keamanan.

Duta besar AS untuk Indonesia Joseph R. Donovan mengatakan, working group yang dilaksanakan bertujuan untuk memperkuat kerja sama antara Amerika – Indonesia khususnya di bidang aviasi.

Fokus kali ini adalah infrastruktur transportasi khususnya penerbangan. Industri penerbangan punya peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Mengingat kondisi geografi Indonesia, yang memiliki ribuan pulau, maka industri penerbangan cukup diandalkan.

Sama seperti sektor ekonomi lainnya, industri penerbangan harus terus  berkembang sejalan dengan teknologi. Salah satunya adalah New Aviation System (sistem aviasi terbaru), yakni Unmnaned Aircraft System (UAS) atau pesawat tanpa awak. Kami, AS melihat teknologi UAS akan memberikan dampak signifikan pada sektor penerbangan,” katanya.

Lebih lanjut, Joseph menambahkan, hal ini tak terlepas dari kemampuan dan kelebihan UAS yang bisa mengirimkan bantuan dalam waktu cepat, dapat digunakan dalam membantu perkembangan ekonomi digital dan e-commerce serta meningkatkan realibilitas pembangunan ekonomi dan infrastruktur.

UAS atau pesawat tanpa awak, tak dapat dipungkiri, sangat efisien dan efektif menjangkau daerah atau kawasan-kawasan remote yang memang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.

“Kami melihat teknologi UAS bisa berkembang dan punya potensi untuk mendorong industri penerbangan di Indonesia. Namun, perkembangan industri ini tak terlepas dari regulasi dan strategi yang diterapkan oleh pemangku kebijakan yang mendukung pengembangan teknologi ini,” kata Joseph.

Amerika tertarik dan berkomitmen untuk mendorong industri penerbangan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya dukungan dari private sector company, pemerintah, stakeholder seperti FAA, TSA dan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan AS.

Pertemuan AWG kali ini dibagi dalam tiga panel yang masing-masing panel diisi dengan pemaparan dan tanya jawab. (hpr)